[caption id="attachment_327527" align="aligncenter" width="450" caption="www.antarajateng.com"][/caption]
"Kami doakan semoga Prabowo menjadi presiden" atau "Kami doakan semoga Jokowi menjadi presiden". Sebuah kalimat yang sering terdengar dilayar kaca dan akan selalu terdengar dalam waktu sebulan mendatang. Kalimat tersebut biasanya akan selalu diucapkan oleh para tim sukses dari kedua kubu atau pun dari mereka (baca rakyat) yang mengutarakan isi hatinya dengan pengharapan semoga capres pilihannya menang dalam pilpres Juli mendatang. Kalimat tersebut terkesan lumrah dan hal yang wajar, namun jika kita kaji lebih dalam lagi, kalimat tersebut sebenarnya tidak tepat untuk diutarakan dan tidak mendidik. Mengapa?
Kata "doa", secara harfiah bermakna memohon kepada Tuhan berupa kebaikan, leberkahan, kemudahan, kesehatan, dan lain-lain. Doa juga merupakan sebuag dialog langsung antara manusia (hamba) dengan Sang Pencipta. Doa biasanya dilantunkan ketika setelah melakukan rutinitas ibadah. Namun, ucapan yang terlontar dimulut kita juga menjadi doa, maka berhati-hatilah menjaga lisan. Kekuatan doa sendiri sangat dahsyat dan luar biasa. Sebuah hadist menyebutkan "tidak ada yang mampu mengubah takdir selain berdoa dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaikan".
Jika kekuatan doa begitu dahsyat, maka sudah sepatutnya kita dituntut untuk selalu berdoa dan harus memerhatikan tata cara dan adab berdoa yang baik, sehingga doa kita lebih cepat dihijab oleh Tuhan. Bukankah itu yang kita harapkan? Berdoalah dengan kalimat yang sopan, baik, dan santun. Tidak semua doa yang kita ucapkan akan dikabulkan oleh Tuhan, seperti mendoakan seseorang agar celaka, kalah dalam sebuah kompetisi, atau pun doa lain yang berusaha untuk menjatuhkan atau membuat celaka orang lain.
"Kami doakan semoga Jokowi/Prabowo menjadi presiden", adalah contoh doa yang tidak tepat untuk dilontarkan. Meski kalimat itu terucap tidak dalam keadaan setelah beribadah, perlu diingat dan diperhatikan juga, kalau doa itu tidak harus setelah beribadah, namun dalam keadaan di luar beribadah apa yang ke luar dari lisan kita akan menjadi sebuah doa dari kita.
Kalimat "Kami doakan semoga Jokowi menjadi presiden" mengisyaratkan sama halnya kita berdoa kepada Tuhan agar Jokowi jadi presiden. Atau dapat pula diartikan "Semoga Prabowo kalah" dalam pemilu presiden nanti. Begitu juga sebaliknya, "Kami doakan semoga Prabowo menjadi presiden" sama artinya dengan "Semoga Jokowi kalah" dalam pemilihan presiden nanti. Kalimat tersebut memang hal yang wajar dan sudah menjadi trend di Indonesia bahkan seluruh dunia. Kalimat tersebut tentu berbanding terbalik dengan konsep tuntunan (tata cara) berdoa yang baik. Berdoa seperti itu tentu tidak baik karena sama halnya kita mendoakan seseorang agar kalah dalam sebuah kompetisi.
Ketika kita mengatakan/berdoa "semoga Jokowi jadi presiden" sama halnya kita mengintimidasi Prabowo lewat doa. Dan saya pikir, tentu ini tidak baik mengingat doa merupakan sebuah dialog langsung dengan Sang Pencipta. Sama saja kita berdoa "Ya Tuhan, Semoga Prabowo kalah". Begitu pula sebaliknya. Kekhawatirannya, ketika pilihan kita kalah, kita tidak akan terima dan mulai mencari celah dan mencari alasan kekalahannya sama halnya tidak mau menerima kekalahan kita.
Lalu bagaimana kalimat atau doa yang baikdalam situasi seperti ini? "Semoga hasil pilpres nanti, Prabowo/Jokowi mendapatkan hasil yang terbaik". Dengan demikian, tidak akan ada pihak yang dijatuhkan dalam doa kita. Keuntungannya ketika pilihan kita kalah, kita tidak akan menyalahkan siapa-siapa apalagi menyalahkan Tuhan. Lah wong kita mintanya yang terbaik kok, jadi apapun hasilnya, itulah yang terbaik menurut Tuhan. Ingat, doa itu kita mintanya sama siapa?Tuhan, kan? Yah sudah, itulah jawaban Tuhan, jawaban terbaik di antara yang terbaik. Tuhan adalah Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan lain-lain. Tuhan selalu mengasihi hambah Nya dan tidak pernah menjerumuskan hambaNya ataupun menyakiti hamba-Nya.
Perbaiki kembali cara kita berdoa selama ini khususnya doa ketika kita sedang dalam berkompetisi. Bukan hanya dalam pemilu presiden, tapi berlaku juga ketika kita sedang bertanding, ujian kenaikan kelas, melamar pekerjaan, dan hal-hal lain yang terkait dengan kompetisi. Semua orang tentu ingin menang, gak ada orang yang ingin kalah. Prabowo dan Jokowi tentu ingin memenangkan pemilu presiden nanti. Keduanya tentu tidak ingin kalah. Oleh karena itu, baik Prabowo, Jokowi, dan tim sukses kedua kubu tersebut harus memberi contoh yang baik lagi, terutama Prabowo dan Jokowi yang salah satu di antara keduanya akan menjadi ulil amri (pemimpin) bagi ratusan juta rakyat Indonesia.
Salam . . . :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H