Tuhan menciptakan manusia tidak dengan kepribadian yang sama, tidak pula dengan sifat emosional yang sama. Ada yang begini, ada yang begitu. Dinamika emosional yang terjadi pada diri setiap manusia membuatnya bisa melakukan hal yang juga tidak selalu sama. Kadang begini, kadang begitu.
Masalah sosial kemanusiaan memang selalu menjadi topik yang pembahasannya tidak pernah selesai. Sifat dan pikiran manusia yang sering berubah-ubah menjadi salah satu penyebab utamanya. Pun, keikutsertaan unsur sosial yang belakangan ini semakin menjadi.
Manusia adalah makhluk yang ditakdirkan untuk mempunyai banyak sifat. Salah satunya adalah pembohong. Manusia adalah makhluk pembohong. Mereka bisa dengan mudah mengeluarkan kata-kata dan melakukan tindakan bohong setiap harinya. Iya, tentunya dengan berbagai alasan.
Lho? Tidak percaya?
Jangan berpikiran bahwa bohong itu hanya sebatas dalam hal-hal besar yang direncanakan saja. Terkadang, manusia bisa berbohong dalam hal-hal kecil yang tidak disadari apalagi direncanakan.
Perlu contoh?
Misal ketika masuk kelas, ekspresi kita terlihat sedang murung dan tidak bersemangat karena sesuatu. Kemudian, datanglah salah satu teman dan bertanya "kamu kenapa?", apa yang biasanya kita ucapkan? "Gapapa". Well, gapapa ini jelas bohong karena sebenarnya pasti ada penyebabnya.
Saya adalah orang yang tidak menganggap bahwa bohong itu tidak baik secara mutlak. Arti kata bohong sangat luas cakupannya. Bohong adalah ketika kita berbicara atau bertindak tidak sesuai dengan kenyataan.
Lalu, apa hubungannya kebohongan manusia dengan dinamika emosional manusia?
Setiap manusia memiliki sifat emosionalnya masing-masing. Sifat emosional adalah sifat natural yang ada pada diri manusia dan tidak bisa dibanding-bandingkan. Sifat emosioanal manusia bisa berubah kapanpun, karenanya sifat emosional manusia itu dinamis.
Kedinamisan sifat emosional manusia dipengaruhi dan mempengaruhi banyak aspek. Kedinamisan sifat emosional manusia disebabkan dan menyebabkan banyak hal.