Mohon tunggu...
Yusri K Huda
Yusri K Huda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

انت مخزون في خزينة الخيال 🙏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua Kejahatan Selalu Disertai Kebohongan, Benarkah?

24 Oktober 2021   09:21 Diperbarui: 24 Oktober 2021   10:38 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hidung Panjang - Sumber: www.pngdownload.id


Sejak Nabi Adam diutus ke Bumi hingga saat ini, Bumi/dunia mungkin tidak pernah lepas dari orang yang berbuat kejahatan di dalamnya. Alasan dan cara orang untuk melakukan kejahatan relatif berbeda. Tapi, benarkah semua kejahatan selalu disertai dengan kebohongan meskipun orang, alasan, dan caranya berbeda?


Masih ingat dengan kisah Nabi Muhammad dan para sahabat yang hijrah dari Makkah ke Thaif ? Benar, ketika itu masyarakat Thaif tidak menerima kedatangan Nabi Muhammad beserta sahabat dan malah melempari mereka dengan batu. Tapi tahukah Anda? Menurut sejarah, ternyata penyebab masyarakat Thaif melakukan hal demikian adalah karena mereka terhasut setelah mendapatkan berita bohong dari orang-orang kafir yang menjelek-jelekkan Nabi dan berkata bahwa Nabi adalah pembawa sial.

Bisa dilihat, kejahatan yang dilakukan orang-orang Thaif tersebut disertai kebohongan, lebih tepatnya, kebohongan menjadi dasar atau alasan dari kejahatan yang mereka lakukan.

Tahun 2020 lalu, Indonesia bahkan dunia dihebohkan oleh kasus kejahatan seksual terbesar di Inggris yang dilakukan oleh Reynhard TMT Sinaga, seorang pria kelahiran Jambi, 19 Februari 1983. Reynhard divonis penjara seumur hidup karena telah melakukan tindak kejahatan seksual terhadap 198 pria.

Menurut keterangan polisi, Reynhard mengawali aksinya dengan berpura-pura menawarkan bantuan berupa apartemen gratis agar korbannya bisa istirahat karena mereka sedang dalam keadaan mabuk berat.

Disini jelas, bahwa kejahatan yang dilakukan Reynhard disertai kebongan. Bahkan kebohonganlah yang menjadi awal dari kejahatan tersebut.

Masih di tahun 2020, tepatnya di bulan September, di Kabupaten Merauke telah terjadi aksi pembunuhan yang dilakukan orang seorang pria (suami) berinisial AO terhadap istri, anak, dan adik sepupunya.

Setelah Polres Merauke melakukan penyidikan, ditemukan fakta bahwa penyebab AO melakukan hal demikian adalah karena istri dan adik sepupunya terus menerus menuding AO sebagai seorang dukun santet karena tiba-tiba mendapat banyak kiriman minyak yang padahal menurut keterangan AO minyak tersebut adalah kiriman dari keluarganya di NTT, sehingga AO merasa tidak tahan kemudian merencanakan aksi pembunuhan.

Disini pun jelas, kejahatan yang dilakukan AO disertai kebohongan atau tudingan tidak benar yang dilakukan oleh korban.

Tahun ini, Indonesia juga digemparkan oleh kasus korupsi Bansos penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh Juliari Peter Batubara, Mantan Menteri Sosial Indonesia. Juliari dijerat hukuman 12 tahun penjara atas kasusnya.

Bansos tersebut bernilai sekitar Rp5,9 Triliun yang akan dibagikan kepada masyarakat wilayah Jabodetabek, yaitu berupa paket sembako senilai Rp300.000,00 per KK. Trik yang digunakan oleh Juliari dan rekannya adalah dengan mengambil Rp10.000,00 dari tiap paket sehingga paket yang diterima masyarakat bernilai Rp290.000,00. Cukup kecil memang, tapi karena ada ribuan paket maka keuntungan yang diperoleh Juliari dan rekan-rekannya mencapai milyaran rupiah.

Pada kasus Juliari ini, tentunya juga disertai kebohongan. Orang-orang yang terlibat sudah pasti memalsukan dokumen-dokumen pertanggung jawaban dan membohongi masyarakat penerima bantuan yang relaif polos.

Keempat kasus diatas merupakan contoh kasus yang merupakan bagian dari kasus-kasus besar yang terjadi di dunia (kekerasan, pembunuhan, pelecehan seksual, dan korupsi). Dan ternyata benar, semua kasus tersebut disertai oleh kebohongan.

Tapi sejauh ini, kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah “Hampir Semua Kejahatan Disertai Kebohongan”, karena mungkin saja ada kejahatan yang dilakukan tanpa disertai oleh kebohongan. Apalagi di zaman sekarang, banyak orang yang punya gangguan mental yang kemudian membuatnya menjadi seorang Psikopat yang bisa melakukan tindak kejahatan dimanapun, kapanpun, kepada siapapun, bahkan meskipun tak ada sebab.

Saran saya, setiap manusia, siapapun dia, harus lebih berhati-hati. Jangan bohong dan jangan mudah percaya. Jangan berbuat jahat dan hindari hal-hal yang berpotensi membuatnya menjadi korban kejahatan.

Selebihnya saya serahkan kepada pembaca.

Tasikmalaya, 17 Oktober 2021

Sumber:

youtu.be

kompas.com

jakarta.suara.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun