Mohon tunggu...
Yusran Yaman
Yusran Yaman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

twitter @yoes_endekan\r\nEnrekang, 17-01-1985

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Kerinduan

17 Maret 2015   21:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merantau bukan merupakan hal baru dalam hidupku. Hampir separu hidup ini ku lalui dalam perantaun. Dan hal ini yang sering aku banggakan dan ceritakan kepada teman-temanku selama ini. Hari berganti hari, bulan, tahun pun ikut berganti mungkin tidak ada yang begitu spesial bagiku dengan kata lain "nothing special", akan tetapi semua dapat kulalui hingga kugapai apa yg aku harapkan. apa yg aku inginkan, dan apa yg aku cita-citakan selama ini

Panggil saja aku Mamat, nama panggilanku sehari-hari dirumah. orang tuaku memberikan nama Ahmad Furqon, mungkin orang tuaku ingin aku sebagai pembeda, pembeda yg baik dan buruk, yg haq ataupun yg batil dan mungkin juga berbeda dari saudara-saudara ku yg lain. Masa kecil kulalui di sebuah kota kecil di utara Sulawesi Selatan. Kota dengan pegunungan nan berkelok dan Indah, dan dilalui oleh sungai dengan air yg jernih. sama seperti anak-anak pada umumnya, aku sekolah, dan sepulang sekolah dapat bermain dengan kawan seumuran. masih teringat dengan jelas diingatanku bermain kelereng, bermain kasti dilapangan, tapi sekarang ini lapangan tela berdiri rumah tidak ada lagi tempat bermain untuk anak-anak. Zaman pun telah berubah, tidak ada lagi permainan kelereng, yg ada permainan yg dimainkan melalui smartphone.

setelah tamat sekolah dasar, disitulah pertama kali aku harus menentukan pilihan, dan akhirnya aku memilih untuk masuk ke sekolah agama. entah apa yg ada dalam pikiranku saat itu, kenapa aku harus memilih untuk masuk ke sebuah pondok pesantren. orang tuaku pun terkesan tidak mengijinkan aku untuk nyantri, tetapi melihat keinginanku yg begitu kuat, merekapun akhirnya merestui. Disaat itulah aku baru menyadari bahwa mereka begitu sayang dan cinta kepada diriku. Tiga tahun, aku harus menjalani kehidupan mandiri tanpa kedua orang tua. Tiga tahun aku harus berjuang dengan sebuah tekad untuk sukses dan akhirnya aku dapat memberikan yg terbaik buat keduanya

entah mengapa, perasaan rindu itu selalu ada ketika aku menceritakan kisah ini. rindu untuk kembali ke masa-masa itu, anak kecil usia 12 tahun harus bangun subuh melawan rasa kantuk untuk sholat berjamaah di masjid. antrian mandi pagi sebelum masuk ke kelas. sarapan pagi dengan menu seadanya, dan menu yg paling terkesan pada saat itu adalah "telur bertulang", heheheheheehehehe, telur dadar yg dicampur sayur mayur sehingga terasa kriuk-kriuk ketika masuk kedalam rongga mulut. betapa indahnya masa itu. betapa kurasakan arti sebuah kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong

ku rindukan masa itu, masa aku harus berjuang melawan rindu, dimana rindu itu selalu ada air mata yg mengalir. mungkin itulah ku rasakan saat ini, aku rindu pada-Mu Ya Allah, rindu sentuhan-Mu, rindu petunjuk-Mu, rindu- dekapan-Mu dan selalu ada air mata kerinduan saat semua itu aku rasakan

Nay Pyi Taw, 17 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun