Ada juga yang menyatakan kekecewaan karena Presiden Jokowi hanya memperhatikan musibah longsor di Sumedang Jawa Barat, dan gempa bumi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat.
"Kami warga Kalsel, dan Kalsel itu  bagian dari NKRI juga Pak, tolong dong. Jangan hanya Sulbar dan Jabar," tulis seorang warganet.
Laman facebook tokoh-tokoh Kalsel pun diramaikan soal banjir luar biasa ini. "Hampir 14 Tahun tinggal di sini baru kali ini banjir parah sampai masuk rumah," tulis Ana Trombine, seorang warga Banjarmasin.
Sementara anggota DPR RI asal Kalsel, Rifqinizami Karsayuda menulis, ikhtiar untuk menghadapi bencana ini harus menjadi tanggung jawab bersama.
"Mari bergotong royong menghadapinya. Mohon doa dan dukungan bagi perjuangan yang sekarang saya lakukan," tulis Rifqi.
"Sudah lebih dari 20 tahun tinggal di rumah ini belum pernah air naik ke halaman. Baru hari ini terjadi," tutur Lily Karsana Saladin.
Cendekiawan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Dr. Mohammad Effendy menyoroti eksploitasi sumber daya alam yang dianggapnya sebagai pangkal masalah.
"Menurut catatan orang-orang tua, banjir kali ini yang terbesar dan terparah di Kalsel," tulisnya.
Karena itu, ia memandang perlu evaluasi terhadap kebijakan dlm eksploitasi SDA, agar menghasilkan langkah baru untuk bersahabat dengan alam.
"Kita sedang mempertaruhkan nasib rakyat hari ini dan nasib rakyat generasi berikutnya. Jangan berjudi dengan sejarah, karena sejarah memiliki gaya permainan unik yang tak pernah kalah," ujar pakar hukum ini.
Pelaksana tugas (Plt) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Mujiyat menyatakan, Kalsel telah berstatus tanggap darurat setelah pemerintah provinsi memproses penetapan.