Mohon tunggu...
Yusran Pare
Yusran Pare Mohon Tunggu... Freelancer - Orang bebas

LAHIR di Sumedang, Jawa Barat 5 Juli. Sedang belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Om Damy

1 Februari 2019   18:00 Diperbarui: 1 Februari 2019   18:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin cetak pun bergerak. Dan, hari itu Pos Kupang terbit dengan kertas warna warni. Ada yang warna telur-asin, hijau pupus, kuning muda, putih, ada yang gabungan antara kertas putih dan warna lain!

Itu janya gambaran kecil yang nyata keadaan saat itu. Kini cerita itu tentu tinggal kenangan. Para kerabat kerja Pos Kupang telah mulai mereguk hasil kerja keras mereka yang tiada henti.

Koran yang dirintis Om Damy ini kini sudah mendarah daging dan jadi bagian hidup warga NTT, menjadi ruh informasi mereka, menjadi penerang, jadi penggerak opini publik, jadi pengontrol yang awas dan dipercaya.

Keadaan sekarang, mungkin sudah jauh berubah. Setidaknya, sarana, fasilitas, dan infrastruktur pendukung, mungkin sudah lebih baik dibanding 25-27 tahun silam.

Mungkin segalanya masih jauh tertinggal oleh perkembangan yang terjadi di daerah-daetah lain di luar NTT, terutama di Jawa.  Toh kerabat kerja asuhan Om Damy ini tetap dalam spiritnya, tetap dalam gairah yang sama dengan saat-saat saya mulai berguru kepada mereka 24 tahun silam.

Itu cuma sekelumit kecil kisah di tengah persentuhan saya dengan Om Damy dan Pos Kupang. Om Damy dan Pos Kupang tak bisa dilepaskan. Ia adalah kesatuan. Saya, merasa sangat beruntung pernah belajar dan "dilahirkan kembali" di Kupang.

Ketika 17 Januari 2019 saya dapat kabar Om Damy sakit, saya coba kontak dia. Saya lihat WA-nya sedang online, jadi saya tanya kabar. Tak kunjung ada respon. selang sehari, Rani Godho, putrinya, yang membalas. "Ya, Papa sakit dan sekarang istirahat," tulisnya.

Saya kontak Ira Godho, putrinya yang meneruskan jejak dia sebagai jurnalis. Ira merespon, papanya memang sakit, tapi kata Ira, Om Damy wanti-wanti berpesan agar tidak memberitahu orang-orang. Lho? Iya,

"Papa gak mau orang-orang jadi repot," tulis Ira. Duh, Om Damy. Di tengah sakit pun ia masih memikirkan orang lain. Selasa (29/1/19) selarik pesan WA masuk, Om Damy telah pergi!

Selamat jalan Om. Beristirahatlah dalam damai, kakak dan sahabatku. Allah melapangkan jalanmu ke surga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun