Mohon tunggu...
Yusran Pare
Yusran Pare Mohon Tunggu... Freelancer - Orang bebas

LAHIR di Sumedang, Jawa Barat 5 Juli. Sedang belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebiri, Lalu Sita Alat Utamanya!

23 Agustus 2016   20:08 Diperbarui: 23 Agustus 2016   20:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebiri, Lalu Sita Alat Utamanya!

Di India kaum hijra adalah para lelaki yang kehilangan penis maupun testisnya. Mereka biasanya mengenakan sari, atau pakaian tradisional yang biasa dikenakan kaum perempuan, dan riasan wajah yang tebal. Mereka dianggap membawa peruntungan baik dan karena itu diundang untuk memberkati pengantin pada hari pernikahan.

Kaum Galli, para pengikut Dewi Cybele, mempraktikkan ritual pengebirian diri sendiri, atau sanguinaria. Bahkan pada masa Kristen praktik ini tetap berlanjut; namun Gereja tidak mengikuti teladan dari teolog awal, Origenes, yang mengebiri dirinya sendiri berdasarkan pemahamannya tentang ayat-ayat pada kitab suci.

Sekte Skoptzi di Rusia pada abad ke-18 adalah sebuah contoh tentang penyembahan pengebirian. Anggota-anggotanya menganggap pengebirian sebagai cara untuk menolak dosa-dosa jasmani. Beberapa anggota dari sekte Pintu Gerbang Sorga juga dikebiri, dan tampaknya hal ini dilakukan dengan suka rela dan dengan alasan-alasan yang sama.

Nah, jika dilacak pada jejaknya, jelas sebagian besar tindakan kebiri atau pengebirian tidak bersangkut paut dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya. Sebagian di antaranya menunjukkan, kebiri sebagai tindakan sukarela demi pengabdian, bahkan penghambaan terhadap para dewa dan bagian dari pengamalan tentang apa yang diyakininya.

Zaman berganti, manusia berubah. Kini pengebirian jadi hukuman atas tindak kriminal buas, seolah dengan cara itu sang pelaku bisa jera dan tidak melakukan tindakannya lagi. Mungkin betul jika pemerkosaan hanya dilihat sebagai kejahatan bersenjatakan alat kelamin. Pemerkosaan jauh lebih luas dan rumit dari sekadar itu.

Ketika orang melampiaskan kemarahan, kebencian, penguasaan (hasrat mendominasi lawan) maka “senjata” apa pun bisa digunakan untuk menyerang dan merusak lawannya meski dia sudah kehilangan “alat utama sistem kejahatan birahi”-nya.

Jadi, sebaiknya pengebirian bukanlah akhir atau hukuman maksimum. Seorang pemerkosa, apalagi perusak anak-anak, harus dihukum seberat mungkin, dan kebiri sebagai “bonus” alias hukuman tambahan. Negara tak mungkin menjamin bahwa seorang penjahat kelamin tidak akan melakukan kejahatan serupa meski “alat kejahatannya” sudah disita! (***) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun