Lagi-lagi astaga! Seorang wartawan besar yang dikagumi dan disegani begitu banyak orang, begitu punya perhatian pada “wartawan kencur” kayak saya, cuma dari media lokal yang kecil.
Saya sudah “magang” membantu redaktur mengelola halaman remaja dan budaya di Bandung Pos, ketika suatu hari Bang Hers menelpon. Intinya mengabari saya tentang sebuah proyek koran daerah. Jika tertarik, dia menyarankan saya membawa lamaran ke sebuah alamat di Jakan Gatot Subroto Bandung.
Pada hari yang sudah ditetapkan, saya dimita datang. Rupanya, hari itu proses rekrutmen, wawancara. Saat tiba di tempat itu, ternyata sudah ada beberap yang saya kenal, yakni mereka yang biasa mengirim esai, cerpen, dan sajak, ke halaman yang saya bantu mengasuhnya di Bandung Pos, di antaranya Agus Hadisujiwo Tedjo yang kini jadi seniman kondang, Giyarno Emha, Djahar Muzakir Saad dan Taufik Abriansyah.
Akhirnya kami sekantor, di harian Mandala, yang waktu itu pengelolaannya diserahkan ke Kompas Gramedia lewat PT Indopersda Primamedia (Persda - kini Tribun). Sayang sekali, kerja sama itu pendek. Sekitar sembilan bulan saja. Bubar.
Kami pun berpisah lagi. Bang Hers tetap di Bandung, saya dan teman-teman beredar ke berbagai tempat dan media. Juga ada yang beralih ke profesi lain. Sebagian di antaranya masih berkarya di media.
Tanggal 16 Mei 2015, kang Cecep Burdansyah, Pemimin Redaksi Tribun Jabar, mengirim pesan singkat mengabarkan bahwa Bang Hers dirawat di RS Immanuel, Bandung. Dua hari kemudian, kabar itu datang. Bang Hers telah pergi.
Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Selamat jalan Bang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H