Ya, tragedi itu tidak tiba-tiba datang. Muncul sebagai akibat ketamakan manusia saat memburu peluang bisnis karena memperoleh respon luar biasa besar dari mekanisme yang kita sebut pasar.
Tambang emas di sepanjang alur Barito yang menjadikan sungai itu sebagai keranjang sampah terbesar, hari-hari ini mungkin belum menghadirkan akibat yang ‘berarti’. Namun bisa dipastikan kandungan racun pada zat pencemar itu perlahan-lahan menggerogoti kehidupan.
Bumi Borneo yang kaya raya tampaknya akan segera tinggal sejarah jika tidak segera ada alangkah konkret dan serius untuk mengatasinya. Tekanan pembangunan telah membuat kawasan ini berada dalam proses pemiskinan yang luar biasa, karena sebagian di antaranya dilakukan tanpa konsep yang berpihak pada pelestarian lingkungan.
Hari-hari ini dan ke depan kita masih akan menyaksikan, hutan Borneo terus dikupas. Buminya digerus untuk ditambang dan sungai- sungainya dicemari aneka zat mengandung racun. Mudah-mudahan warga Banua ini segera terhindar dari mimpi buruk itu. **
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI