Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saat Arkarna Menyanyikan Kebyar-kebyar

17 Agustus 2015   11:05 Diperbarui: 17 Agustus 2015   11:12 5416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arkarna, band asal Inggris (foto: kapanlagi.com)

BAND asal Inggris, Arkarna, menyanyikan lagu Kebyar-Kebyar dalam bahasa Indonesia yang fasih. Batin saya tercekat. Bukan karena syair lagunya yang penuh makna dan membangkitkan nasionalisme, melainkan satu keping sejarah dan suara-suara lirih yang selama ini terabaikan.

Melalui lagu ini, saya tersadar bahwa kemerdekaan bukan sekadar hasil dari perjuangan bersenjata di medan laga. Suara-suara pada lagu ini hendak menunjukkan bahwa kemerdekaan ibarat bangunan yang setiap bata penyusunnya adalah rakyat Indonesia yang memiliki beragam profesi. Kemerdekaan adalah akumulasi suara-suara banyak orang yang mengalirkannya dalam berbagai warna.

Tentu saja, kemerdekaan tak bisa diklaim sebagai kerja-kerja militer di medan laga. Bahwa ada banyak manusia-manusia lain yang siap sedia merebut kemerdekaan, lalu merawatnya dengan beragam cara. Di antara sosok–sosok itu terdapat para seniman yang menjaga api kemerdekaan dengan lagu-lagu yang menyentak, dan terus-menerus merawat kesadaran dan kecintaan kita pada bangsa ini.

Demikian pula dengan kerja-kerja mengisi kemerdekaan. Meskipun kemerdekaan telah direbut, bukan berarti keberadaan para patriot bangsa telah punah. Para pahlawan selalu hadir sesuai dengan spirit zaman hari ini. Tentu saja, keberadaan mereka tak bisa dinisbahkan hanya pada tentara, polisi, dan pemerintah. Kerja itu juga melibatkan para seniman dan penyair yang melalui kata telah membentuk gambaran kita tentang Indonesia.

Saya tiba-tiba saja terkenang pada Gombloh, seniman besar yang membuat lagu Kebyar-Kebyar. Sosok ini tak hanya milik rakyat Surabaya, yang menjadi rumah seninya, tapi juga seluruh bangsa Indonesia. Lagu-lagunya mengalir dalam nadi semua pencinta negeri ini. Lagu-lagunya menjadi lagu wajib para demonstran. Bahkan saat gerakan reformasi berkumandang, lagu-lagu milik Gombloh dinyanyikan bersama lagu karya Iwan Fals dan Franky Sahilatua di seluruh penjuru tanah air. Mereka adalah pahlawan besar yang merawat kecintaan pada tanah air melalui syair-syair.

Jika tak ada Gombloh, Iwan Fals, Franky Sahilatua, Leo Kristy, ataupun Ebiet G Ade, apakah momentum sejarah seperti reformasi bisa lahir? Belum tentu. Para seniman-seniman bersuara kritis ini telah memberikan sinyal kepada seluruh warga bahwa ada sesuatu yang salah di negeri ini. Melalui lagu, mereka mengisi kesadaran orang tentang perlunya menentukan sikap. Melalui syair, mereka menggedor hasrat anak-anak muda untuk segera bangkit dan meluruskan berbagai kesalahan yang dilakukan anak bangsa.

Karier Gombloh terbilang unik. Ia pernah belajar di jurusan arsitektur, Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya. Namun belajar di kampus bukanlah dunianya. Ia lalu bergabung dengan Leo Kristi dan Franky Sahilatua. Selanjutnya ia ber-solo karier. Ia menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat kecil melalui lagu Doa Seorang Pelacur, Kilang-Kilang, Poligami Poligami, Nyanyi Anak Seorang Pencuri, Selamat Pagi Kotaku. Ia juga membuat beberapa lagu bertemakan lingkungan, salah satunya adalah Lestarikan Alamku yang kerap dinyanyikan para aktivis. Lirik-liriknya khas, sedikit nakal, dan kadang misterius.

Sosok ini dikenang karena lagu-lagunya yang menggugah nasionalisme. Di antaranyaa dalah lagu Dewa Ruci, Gugur Bunga, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan Buat Negeriku, dan BK, lagu yang bertutur tentang Bung Karno, sang proklamator. Lagunya Kebyar Kebyar banyak dinyanyikan di masa perjuangan menuntut reformasi.

Gombloh memang sosok legendaris. Pada tahun 2012 lalu, saya bertemu Prof William Frederick, seorang profesor sejarah di kampus Ohio University, Amerika Serikat. Profesor ini amat mengagumi dedikasi dan nasionalisme yang dipancakan Gombloh. Menurutnya, pada diri musisi seperti Gombloh, kita bisa melihat bagaimana perubahan sosial perlahan disulut, bagaimana upaya menebalkan kecintaan pada atanah air, serta bagaimana mengasah kepekaan sosial atas apa yang terjadi. Bagi profesor ini, lagu-lagu Gombloh adalah jendela untuk memahami perubahan.

Tak hanya William Frederick, peneliti Martin Hitch juga banyak membahas lagu-lagu Gombloh saat mempresentasikan risetnya yang bertajuk, "Social Criticsm in the Songs of 1980’s Indonesian Pop Country Singers", yang dibawakan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology di Toronto, Kanada, pada tahun 2000. Ia mengutip beberapa lagu Gombloh demi menunjukkan keping-keping kenyataan yang dilihat sang seniman, yang kemudian diabadikan dalam lagu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun