Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kisah Setahun Jadi Kompasianer of the Year

21 Oktober 2014   18:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:15 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai Keajaiban

Penghargaan itu berimbas pada berbagai keajaiban yang seolah jatuh dari langit. Penerbit besar memublikasikan kumpulan tulisan saya selama belajar di Amerika Serikat dengan judul Kopi Sumatera di Amerika. Tak hanya itu, dua penerbit lain telah menghubungi untuk membukukan berbagai catatan yang pernah dibuat. Saya bergabung dalam beberapa buku keroyokan yang dibuat oleh teman-teman penulis. Perlahan, saya mulai melebarkan sayap ke mana-mana. Apalagi, beberapa lembaga juga mengundang saya sebagai trainer pelatihan menulis di beberapa kota.

Anugerah sebagai Kompasianer of the Year membawa langkah kaki saya pada beberapa lembaga internasional. Di satu lembaga yang dinaungi PBB, saya diminta menjadi editor atas berbagai modul pembelajaran pada politisi dan masyarakat awam. Di lembaga lain, saya diminta untuk menyusun riset dan buku yang berisi pembelajaran.

Project officer lembaga PBB itu menganggap saya adalah kandidat paling pas untuk membumikan wacana melangit ilmu politik menjadi lebih membumi dan sederhana sehingga dipahami siapapun. Ia mencari seseorang yang memahami bahasa akademik, dan memiliki kemampuan untuk mengemasnya agar dipahami masyarakat biasa.

1413866784957813434
1413866784957813434
buku saya yang diterbitkan Noura (Mizan)

141386734434416754
141386734434416754
saat berpetualang di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan

Barulah saya tahu bahwa semua tulisan di blog ibarat kertas CV yang bercerita banyak tentang diri kita. Benar kata Eric Schmidt dalam bukunya The New Digital Age. Di abad ini, orang-orang lebih percaya pada dunia maya, ketimbang lembar-lembar CV yang ditulis dan dikirimkan. Melalui dunia maya, jejak seseorang lebih mudah dilacak, sehingga terbuka lapis pengetahuan tentang siapa sesungguhnya orang tersebut.

Jangan salah, perusahaan dan lembaga-lembaga besar kerap memanfaatkan web spider atau laba-laba pencari yang mengumpulkan informasi tentang seseorang. Pantas saja, lembaga-lembaga itu tahu banyak tentang apa saja yang telah saya lakukan, padahal saya belum bicara apa-apa. Saya sering terkejut ketika bertemu orang baru, yang tba-tiba menanyakan kabar anak saya Ara. Hah? Tahu dari mana?

Tak hanya itu. Sekembali dari Phuket, Thailand, sebuah lembaga riset di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) meminta saya untuk bergabung. Mereka meminta saya untuk memimpin satu unit di lembaga itu yang memungkinkan saya untuk mengasah intelektualitas serta pengalaman lapangan sebagai peneliti. Saya lalu mengambil kesempatan emas itu.

Saya akhirnya bisa mengunjungi banyak tepat yang dahulu hanya bisa saya bayangkan. Di sepanjang perjalanan itu, saya tak henti mencatat demi mengabarkan pada banyak oang bahwa ada banyak hal menakjubkan di sekitar kita. Perjalanan ke berbagai daerah itu semain menebalkan keyakinan saya bahwa ada banyak hal luar biasa di sekitar kita, hanya saja kita sering tak menyadarinya. Kita lebih mudah terpukau pada satu keping kenyataan di negeri jauh sana, tanpa menyadari bahwa ada begitu banyak harta karun berharga di sekitar kita.

1413867399527389779
1413867399527389779
saat di kampus IPB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun