Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Fadli Zon di Mata Peneliti Jepang

3 November 2014   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 9036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dua tahun silam, seorang sejarawan yang saya temui di negeri Paman Sam menyampaikan kekagumannya atas upaya Fadli Zon mendapatkan koleksi foto saat Kartosuwiryo, pemimpin gerakan DI/TII, dieksekusi pemerintahan Soekarno. Dokumen foto itu amat bernilai bagi para sejarawan yang hendak memahami kejadian tersebut demi menyerap tetes-tetes hikmah masa silam.

Fadli mendirikan Rumah Budaya di Tanah Datar, Sumatera Barat, daerah kelahiran Fadli. Di situ, ia memang sekitar 100 koleksi keris Minangkabau yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Ia juga mengoleksi lebih 700 buku bersejarah yang bertema Minangkabau, serta beberapa koleksi bersejarah di antaranya keris Luk Sembilan asal pagaruyung yang dibuat pada abad ke-18, songket lama, dan lukisan kuno. Ia juga memajang fosil kerbau berusia dua juta tahun di rumah budaya itu.

Kecintaan Fadli pada ranah budaya dan literasi juga diwujudkan dengan pendirian Fadli Zon Library di Jakarta. Ia memiliki perpustakaan dengan koleksi buku sebanyak 40.000, koleksi koleksi naskah kuno, dan koleksi koran tempo dulu. Beberapa koleksi lainnya adalah: koleksi keris, tombak, pedang dan bandik dari berbagai kerajaan Nusantara, koleksi perangko, koleksi uang logam (coin), koleksi patung dan lukisan dari berbagai maestro seniman Indonesia, koleksi piringan hitam (long play) dari musisi atau penyanyi Indonesia, koleksi rokok yang di produksi di Indonesia, koleksi tekstil dan kain tua dari berbagai daerah, serta koleksi kaca mata dari beberapa tokoh.

Sayangnya, artikel Hisanori Kato tentang Fadli tidak menyajikan diskusi atau kisah-kisah mengapa Fadli lalu berbalik haluan dan mendampingi Prabowo Subianto. Saya menyayangkan mengapa hal ini tak dibedah lebih jauh. Sebab kisah perjumpaan dengan Prabowo serta pilihan politik Fadli untuk mendampinginya pastilah menyimpan cerita yang menarik bagi semua sejarawan dan pemerhati ilmu sosial.

Meskipun bulan termasuk pemilih Prabowo di ajang pilpres, saya selalu penasaran untuk mengetahui alasan Fadli berada di sisi jenderal itu. Sebagai budayawan dan pengkaji sejarah, barangkali ia punya sisi lain yang tak banyak diketahui publik. Apakah sang jenderal membiayai sekolahnya serta menjamin kehidupannya, sebagaimana rumor yang berseliweran di dunia maya?

Jika benar sang jenderal itu membiayai semua sekolah dan kehidupannya, maka pilihan politik Fadli mengabdi padanya atas dasar balas budi sembari melupakan berbagai agenda besar bangsa ini, akan menjadi cacat di mata banyak orang. Sebab ia bergerak secara oportunis demi pemenuhan kebutuhan pribadi. Ia bisa dituding telah menjadikan kebudayaan, pengetahuan, dan kebenaran sebagai alat legitimasi bagi ambisi politik seseorang. Namun jika pilihan itu didorong oleh pengenalan karakter, masa silam, serta visi ke depan Prabowo, maka Fadli akan menjadi bagian penting bagi sejarah masa depan. Mengapa? Sebab saya meyakini bahwa semua kebaikan pastilah akan mendapatkan ruang terhormat di rumah sejarah kita. Kebaikan kadang kalah, namun ia akan selalu memenangkan hati dan nurani banyak orang.

Semoga saja Fadli Zon berada di titik itu. Entah.

Bogor, 3 November 2014

BACA JUGA:

Inspirasi Indonesia di Mata Orang Jepang

Kisah Setahun Jadi Kompasianer of the Year

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun