Pada masa Perang Dunia ke-2, patung ini sempat dibombardir oleh tentara sekutu. Ajaibnya, patung ini justru tetap utuh. Selanjutnya, tentara Jepang lalu menghancurkannya hingga patah dan hancur. Pada tahun 1989, patung ini kembali dibangun warga, yang diresmikan secara langsung oleh Paus Yohannes Paulus, ketika memimpin misa agung di Maumere, 11 Oktober 1989 silam.
***
Saya beruntung karena bisa menyaksikan patung ini. Perjalanan ke Maumere, Sikka, semakin menguatkan kesan saya tentang perjalanan spiritualitas di kota ini. Patung Kristus Raja melengkapi sejumlah situs religi di wilayah ini. Yang saya suka dari Sikka adalah banyaknya tempat ziarah spiritual bagi mereka yang hendak mencari makna di berbagai kota.
Saya memaknai spiritualitas bukanlah dalam pengertian agama, atau sebagaimana dicatat dalam kitab-kitab suci. Saya memaknainya sebagai upaya manusia untuk menemukan keping-keping inspirasi, yang lalu memperkaya batinnya, lalu memunculkan keinginan untuk berbuat yang lebih baik.
Saya teringat pada sebuah artikel di majalah asing. Bahwa tujuan wisata dan perjalanan bukanlah sekadar melihat-lihat dan berfoto selfie. Tren wisata telah mengalami pergeseran. Banyak di antara wisatawan justru berkelana untuk menemukan banyak inspirasi yang tak ditemukan di kampung halamannya. Mereka ingin menemukan diri. Mereka ingin menemukan vitamin bagi jiwa.
Dalam buku Building Wow: Indonedia Tourism and Creative Industry, saya menemukan banyak argumentasi tentang wisata religi, wisata pedesaan, dan wisata alam yang justru menjadi primadona di banyak negara. Yang hendak dicari adalah kedamaian dan penguatan hati agar sesaat setelah berkunjung ke satu tempat, maka seseorang bisa lebih bersemangat dan menjalan hidup dengan visi baru yang lebih terarah.
[caption id="attachment_382138" align="aligncenter" width="576" caption="memotret bunga di Sikka"]
Mereka yang melakukan perjalanan adalah mereka yang hendak menemukan diri demi memperkaya kehidupannya. Itu terlihat pada sosok Elizabeth Gilbert yang mengunjungi tiga tempat, yakni Italia, India, dan Indonesia demi menemukan inspirasi pada banyak orang baik di berbagai tempat yang dikunjunginya. Melalui perjalanan dan ziarah, manusia bisa berefleksi dan menemukan hikmah di banyak tempat, mengambilnya sebagai energi bagi pertumbuhan jiwa.
Di mata saya, Sikka serupa oase yang menjadi tempat untuk mereguk air jernih demi membasahi kerongkongan yang kering kerontang. Inilah surga makna dan tempat menemukan hikmah bagi mereka yang tak sekadar bepergian, namun juga memungut helai demi helai makna untuk memperkaya kehidupan.
"Semoga saja berkah Kristus selalu hadir di tanah Sikka," kata Frans. Saya mengiyakan ucapannya. Semoga saja tanah ini selalu menjadi surga bagi para pejalan di jalan spiritual. Semoga saja tumbuhan penuh makna tetap rimbun, dan daun-daunnya bisa menjadi cenderamata berharga bagi siapa pun yang datang ke tanah penuh berkah ini. Semoga.