Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkah Kristus di Tanah Sikka

12 Desember 2014   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_382136" align="aligncenter" width="576" caption="patung Kristus Raja di Sikka"][/caption]

TEPAT 22 tahun silam, gelombang tsunami menerjang Maumere, Sikka. Hari itu, 12 Desember 1992, air laut tumpah ke darat. Rumah-rumah diterpa badai. Tak jauh dari laut, sebuah patung tetap berdiri tegak dan memberikan perlindungan bagi warga yang ditimpa musibah. Patung itu memberikan ketenangan dan keajaiban bagi warga. Hingga kini, patung itu tetap ajaib. Patung itu adalah patung Kristus Raja.

***

DI dekat laut Kota Maumere, Sikka, saya mengenang tragedi tsunami. Sebelum Aceh diredam tsunami, tanah Maumere lebih dahulu diterjang. Saya membayangkan lautan yang teduh, tiba-tiba menjadi beringas. Dewa laut seakan murka dan mengirim bala tentara ke daratan dan mengamuk lalu menerjang apa pun. Kini, keganasan sang dewa masih membekas di hati warga Maumere.

Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka, yang diapit Laut Flores dan Laut Sawu. Meskipun kegiatan ekonomi warga berpangkal pada perkebunan, namun lautan adalah halaman rumah sekaligus pusat aktivitas. Banyak yang bekerja di sektor kelautan. Posisi kota juga tepat di tepi lautan. Bisa dibayangkan, tsunami menjadi badai yang membangkitkan pengalaman traumatik bagi warga kota.

Seorang lelaki bernama Frans mengisahkan tragedi itu di tepi laut Maumere. Lengannya yang kekar menunjukkan area yang terkena dampak tsunami. Ia berkisah tentang ratusan rumah yang terkena dampak tsunami, serta nestapa dan kesedihan yang memenuhi udara kota. Akan tetapi, saat menunjuk ke area sekitar pelabuhan, ia sempat terdiam. Ia bercerita tentang sesuatu yang ajaib. Ia menunjuk patung Kristus Raja yang saat itu tetap berdiri kokoh, di saat semua bangunan di sekitarnya hancur. Mengapa tetap kokoh?

"Saya tak tahu harus menjelaskan dari mana. Patung ini jadi saksi atas gempa tektonik dan tsunami. Banyak yang lihat kalau patung ini tiba-tiba saja merentangkan tangan dan menghalau tsunami. Andai tak ada berkat dari patung, barangkali hancur semua seisi kota," katanya saat mengenang.

Saya merenung. Sejak dulu, saya percaya bahwa keajaiban bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan nalar. Keajaiban juga tak sesederhana ketika Aladin mengusap lampu wasiat yang lalu memunculkan jin sebagai pewujud atas semua keinginan. Keajaiban bisa hadir tatkala kita mempercayai dan meyakini sesuatu bisa hadir. Di tengah kota ini, keajaiban pernah hadir dan dikisahkan pada siapa pun yang berkunjung.

Saya lalu berkunjung ke patung Kristus Raja. Patung berwarna keemasan itu terletak di Jalan Mgr Sugiyopranoto, tepat di depan Pelabuhan L Say. Sepintas, patung ini sama dengan beberapa patung bernuansa religius yang pernah saya saksikan. Namun di Maumere, patung memiliki nuansa magis. Di depan patung terdapat altar yang di atasnya terdapat banyak lilin. Nampaknya, banyak yang beribadah di sekitar patung.

Sebelumnya, saya pernah mengunjungi patung Bunda Maria di Bukit Nilo. Patung Bunda Maria ini didirikan oleh Biara Karmel yang selama beberapa waktu telah memukau para peziarah. Umat Katolik di Maumere percaya bahwa didirikannya patung itu merupakan berkat yang tak terhingga. Di tengah bebukitan yang dipenuhi pohon-pohon hijau, patung itu menjadi sentrum dari kegiatan ibadah.

Berbeda dengan patung Bunda Maria di Bukit Nilo, patung Kristus Raja justru terletak di tengah kota. Patung itu menghadirkan magis yang lalu menjadi identitas kota, simbol solidaritas serta simbol pemersatu dari berbagai kelompok. Itu terlihat dari sejarah pendirian patung tersebut. Patung ini dirikan pada masa pemerintahan Raja Sikka ke-15, Don Yosephus Ximenas da Silva, pada tahun 1926. Ia merelakan tanahnya untuk dibangun tempat ziarah. Patung itu lalu dibangun dengan dana yang dihimpun secara gotong-royong oleh warga Sikka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun