Wisata 'ie seum berada di antara lembah perbukitan gunung meuh (Bukit Emas), sumber air panas diduga berasal dari gunung berapi Seulawah yang berada di Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Diperkirakan 25 Km dari pusat kota Banda Aceh ke arah timur, dan dapat ditempuh dengan dua rute, jalur jalan Krueng Raya atau jalur Blang Bintang.
Jika dari pusat Kota Banda Aceh akan lebih singkat jika menempuh rute Krueng Raya, jalannya lurus, mulus memang sedikit mecet karena lintas kota. Jika melewati Blang Bintang, perlu penambahan waktu sekira 20-30 menit karena medan yang ditempuh sedikit menanjak, berliku namun pemandangan disepanjang jalan sangat menggoda dan terasa singkat dimata.
Rute kami
perjalanan kami, Minggu, 21 Juni 2020 didukung dengan cuaca yang cerah, suasana hari libur, saya sebagai kepala keluarga, istri, tiga orang putri dan satu orang kakak perempuan, sudah merencanakan satu minggu yang lalu untuk mengunjungi lokasi wisata Ie Seum, dengan bekal yang seadanya kami sekeluarga berharap dapat makan makan siang di lokasi.Â
Kami siap-siap sekira jam 12. 20 kami start dari rumah di Ketapang, menelusuri jalan lurus Lampeunerut-Lambaro, selanjutnya mengarah ke jalan Blang Bintang menuju Bandara Sultan Iskandar Muda, dari Bundaran Blang Bintang kami belok ke kanan kearah Lanud Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya kami menyusuri jalan lintas Blang Bintang-Krueng Raya.Â
Sepanjang perjalanan kami merasa sangat nyaman dan tenang, jalannya mulus dan lebar untuk ukuran jalan membelah hutan, pada siang itu jalanan terasa sedikit longgar dan relatif sepi, hanya beberapa mobil yang melintas, itupun truk dengan bak besar pengangkut hasil alam atau material. Sepanjang jalan yang kami lewati Allah suguhkan pemandangan maha indah dengan hamparan perbukitan yang tertancap perkasa nan gagah, pesona alam hijau dan yang rimbun, udara sejuk membuat perjalan terasa lebih dekat.
Perjalan terus dipacu, sedikit mendaki dan berkelok, sesampainya dipuncak bukit, persis dipersimpangan pusat radar Bandara Sultan Iskandar Muda, kami mendapati pemandang berupa  hamparan bukit yang hijau, panorama alam hijau dan Kota Banda Aceh terlihat jelas disisi barat yang dilingkari dengan perkampungan penduduk. Sedangkan di sisi kiri terlihat hamparan kebun Kurma Barbate yang terhampar luas dan ladang penduduk yang dipenuhi taman hijau.Â
Sesampainya di area perkebunan Kurma Barbate, ingin hati untuk singgah sekedar memanjakan mata, meskipun penasaran berkecamuk di hati, untuk kali ini, kami bersepakat untuk tidak singgah, tujuan kami adalah taman wisata permandian ie seum, sudah mantap di hati. Maka kami langsung tancap gas, kembali menelusuri jalan yang sedikit menurut, dengan beberapa tikungan tajam dan terjal, membuat kami ekstra hati-hati. Â
Sekira 20 menit perjalanan, dari kebun kurma, kami menemukan plang nama Wisata Ie Seum, dengan penuh keyaninan kami belokkan kendaraan ke kanan dan menelusi jalan mulus yang dilingkari dengan pepohonan yang rindang. Setelah 10 menit perjalanan, kami sudah menemukan perkampungan penduduk dan kami membaca nama sekolah "SD Negeri I Seum", menambah yakin bahwa tujuan kami sudah benar dan semakin dekat, hanya terpaut 10 menit saja, kami sudah mencapai lokasi yang kami tuju yaitu Wisata Ie Seum. Alhamdullah siang itu sekira jam 13.10 kami sudah berada di lokasi, tanpa halangan dan rintangan malah didukung oleh udara segar dan cuara sangat cerah.
Pemandangan kami tujukan sejauh mata memandang terdapat pesona alam hijau membentang luas, yang seakan-akan dipagari oleh perbukitan yang kokoh sehingga kami terasa sangat nyaman dan aman berada di lokasi.Â
Kami, tiba setelah azan zuhur berkumandang, kami bergegas dan sepakat mencari pondok dan terlihat ada bebarapa pondok yang masih kosong, pondok terpilih adalah yang terdekat dengan area parkir, lalu kami turunkan barang bawaan dan diletakan di dalam pondok yang berukuran 4 x 4 Meter, pondok berbahan kayu dan beratap rumbia akan memberi perlindungan yang nyaman kepada pengunjung , selanjutnya kami bergegas shalat zuhur di mushalla dan wuduk pun dengan air hangat sedikit panas.
Pondok-pondok yang tadinya kosong, sudah mulai terisi oleh tamu dan keluarga yang terus berdatangan. Pengunjung akan memuncak sekira jam 16.00 WIB atau bakda Shalat Asar, kata Amri salah satu pelayan warung dekat pondok kami. Ternyata pernyataan Amri, itu benar adanya, sekira masuk waktu shalat asar hampir semua pondok sudah terisi oleh pengunjung. Selesai Shalat Zuhur, kami bergegas untuk makan siang, setelah makan, kami mulai searching spot (mencari titik) agar lebih fokus dan menghasilkan gambar dengan view dapat menginformasikan keadaan yang sebenarnya.
Sauna Alam dan Sumber Air Panas
Pertama sekali, kami telusuri sumber air panas, ternyata, sangat mudah dikenali karena di sekitarnya ada asap yang mengepul hingga ketinggian 10 meter. Semakin dekat dengan sumber air panas, uap dan hawa panas semakin menyengat, hawa panas yang ditiup angin menyapa tubuh kami secara berlahan-lahan, semakin dekat akan tercium bau belarang yang tajam seperti bau telur rebus.Â
Semakin mendekat, kita akan merasakan seperti di dalam ruangan sauna, hawa panas mulai  terasa, peluh dan keringat mulai terasa bercucuran, membuat badan terasa ringan dan lebih rileks, mungkin uap belerang itu dapat membugarkan badan.
Air panas bersumber pada pada 9 titik aliran dengan debit yang berbeda, ada 5 sumber mata air dengan debit lebih besar dan 4 mata air dengan debit kecil. Itu sangat tergantung pada curah hujan, jika keadaan hujan maka sumber mata air akan bertambah dan debitnya semakin besar. Panasnya air disekitar sumber air, dapat mematangkan telor ayam kampong, sebut Anwar, Warga setempat yang sekarang membuka warung air kelapa muda.Â
Para pengunjung, dengan camera smarthphones tak habis-habisnya mengabadikan setiap view yang dikaguminya, ditambah lagi dengan panorama bukit menjulang bagai background, yang memperindah latar foto. Sehingga keinginan berswafoto menjadi pilihan yang tepat untuk mengabadikan setiap peristiwa sebagai kenangan.
Fasilitas pemandianÂ
Fasilitas permandian air panas sudah dikondisikan untuk pengunjung dengan berbagai umur, pihak pengelola menyediakan lima kolam renang dengan debit dan kedalaman yang berbeda, diseuaikan dengan umur pengunjung. Tiga kolam untuk anak-anak dan remaja dengan berbagai umur, satu kolam mandi khusus untuk perempuan dewasa dan satu kolam untuk laki-laki, masing-masing berada ditempat yang terpisah. Bagi pengunjung, Â untuk dapat menikmati wahana pemandian tersebut, pihak penjaga membandrol Rp.5.000 dan dapat menikmati air hangat sepuasnya.
Sarana wisata mulai rusakÂ
Sarana pendukung untuk wisata sekelas regional tergolong sudah sangat memadai, malah melampau standar. Jalan masuk, pondok-pondok sebagai tempat berteduh, kedai/warung, mushalla, toilet, lahan parkir, wahana pemandian dan lain-lain. Khusus untuk tempat wisata Ie Seum, sudah tergolong memadai yang dibangun oleh pemerintah pasca tsunami 2004 lalu.Â
Jalan masuk, beraspal mulus, hanya perlu pembersihan pepehonan di kiri-kanan jalan, Pondok-pondok sudah disediakan, saat ini lebih dari 50 pondok sudah  dibangun secara teratur umumnya berbahan kayu dan beratap rumbia, juga ada pondok yang terbuat permanen, tetapi jumlahnya hanya dapat dihitung jari. Pondok dapat digunakan untuk istirahat dan makan siang, setiap pengguna pondok cukup membayar duapuluh ribu rupiah, mungkin untuk sekadar biaya perawatan.
Namun hasil pantauan kami, ada sebagian pondok yang sudah mulai bocor, kayu sandaran patah, malah ada pondok yang sudah miring karena tiangnya keropos, mungkin karena dimakan waktu, atau kurang terawat. Kita berharap pengelola dapat memperbaikinya agar para pengunjung lebih merasa nyaman, sebut Ikhsan salah sutu pengunjung. Warung kopi tersedia lebih dari tiga warung dan itu sudah sangat memadai untuk area wisata sekira 5 ha. Mushalla, tempat wudhuk, dan kamar mandi sudah tersedia dan tergolong bersih, lahan parkir yang terbentang luas, pelayan parkir sangat cekatan dan lincah dalam memberi arahan dan petunjuk kepada pengunjung. hanya saja, saluran air sudah mulai rusak, jembatan penyebrangan sudah patah, rabat beton sudah mulai pecah.Â
Kami belum menemukan, maka hendaknya pengelola atau pemerintah setempat perlu mempersiapkan denah lokasi yang berisi petunjuk dan arah, perlu menyediakan papan anjuran dan larangan berupa maklumat diseputaran sumber air panas, perlu disiapkan arakata sejarah ditemukannya lokasi pemandian Ie Suum dan buku tamu sebagai alat kontrol jumlah pengunjung yang hadir setiap hari. perlu juga, menyediakan papan informasi yang menterakan fungsi dan kahasiat air panas, tatacara permandian di setiap tempat pemandian. Hal ini penting untuk memberi informasi tambahan bagi pengunjung dan menjadi kewajiban pengelola guna memenuhi standar pelayanan prima. Semoga kunjungan berikutnya akan mendapat pelayanan dengan standar ISO... Amin...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H