Kok, judulnya mengesankan generasi tua tidak simpel? Saya sebenarnya belum merasa tua hehe, meski usia hampir 50 tahun. Dalam usia sebegitu saja saya pernah merasakan jaman Generasi Simpel dan yang dianggap tidak simpel.
Awal tahun 1970an di kampung tempat saya tinggal belum ada listrik. Penerangan masih memakai lampu petromak. Tahu kan lampu petromak? Generasi Simpel yang masih muda tentu gampang saja bila ingin tahu, tinggal googling dan kelihatanlah gambarnya.
Tapi lampu petromak itu hanya untuk orang kaya. Keluarga yang belum bisa membeli lampu petromak, biasanya memakai lampu minyak tanah kecil yang biasa disebut juga lampu teplok.Â
Mungkin disebut lampu teplok karena menyimpannya nemplok (menempel) di dinding. Bila tidur di kamar menggunakan lampu teplok ini, subuh-subuh begitu bangun lubang hidung hitam-hitam.Â
Saya sering saling menertawakan dengan teman bila melihat lubang hidung hitam-hitam. Belum mengerti bahwa itu berbahaya bagi kesehatan, karena berarti semalaman menghirup asap minyak tanah.
Pengalaman seperti itu tidak simpel? Dilihat dari jaman sekarang jawabannya bisa ya. Penerangan kok dibikin repot. Tinggal pijit saja saklar, menyala deh lampu.
Pengalaman merasa hidup tidak simpel tidak cukup sampai di situ. Awal tahun 1990an saat masih kuliah saya baru mengenal benda yang bernama komputer. Tabung layarnya besar lebih dari kardus mie instan.Â
Bila mau dipakai menggunakan dulu disket dos. Bila saat dipakai lampu padam, komputer itu harus diinstal ulang. Waduh, repot. Benar-benar tidak simpel.Â
Meski begitu, untuk saat itu, saya merasa kerja dengan bantuan komputer itu yang paling simpel. Tentu bila dibanding dengan mesin tik yang bila banyak salah di tengah kertas harus ganti kertas baru dan ngetik dari awal lagi.
Sebagai generasi yang baru mengenal komputer pada usia dua puluhan awal tidaklah gampang menyesuaikan diri. Saya pernah berkali-kali marahan dengan komputer.Â