Kan penulisnya dari seluruh dunia itu hehe. Jadi persiapkan saja mental, khususnya bagi yang pengalaman mengirim cerpennya hanya ke Fiksiana. Lho, kok? Di Fiksiana kan tanpa kurasi, tanpa seleksi. Jadi bila cerpennya belum waktunya dimuat Tribun Jabar, jangan patah semangat.
Ketiga, belajar menulis cerpen yang lebih bagus.
Kok, masalah cerpen bagus terus? Karena yang tadi belum selesai. Cerpen bagus menurut sendiri, belum tentu memang "bagus". Jadi perlu belajar lagi. Sederhana saja. Baca cerpen-cerpen yang pernah dimuat Tribun Jabar sebagai perbandingan.Â
Di website Tribun Jabar bisa dicari. Bila ingin baca cerpen-cerpen saya yang pernah dimuat Tribun Jabar, tinggal berkunjung ke: Dongeng Yusr Ismail. Lebih jauhnya, baca juga cerpen yang pernah dimuat media lain. Misalnya Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, Koran Tempo, dsb. Gampang kok sekarang mencarinya, tinggal googling saja. Wah, jadi belajar berat dong? Ya, begitulah, jangan tanggung untuk belajar. Tapi tidak "berat" kok. Kalau sudah suka, malah jadi menyenangkan.
Keempat, email yang tepat dan tunggu.
Dua email ini yang biasa saya kirimi cerpen buat Tribun Jabar: cerpen@tribunjabar.co.id dan hermawan_aksan@yahoo.com. Masa tunggu cerpen di Tribun Jabar sepengalaman saya beragam.Â
Ada cerpen yang dimuat setelah dua minggu kirim, ada juga yang setelah dua bulan kirim. Pantau saja grup Sastra Minggu di facebook, biasanya penulis saling bertukar kabar media-media yang memuat karya sastra pada hari Sabtu-Minggu.Â
Biasanya, bila sudah lewat dari tiga bulan, baru boleh kirim kembali ke media lain. Bila tidak dimuat aja di media lain, tinggal masukin ke Fiksiana kan. Mudah kan. Gitu aja kok repot hehe.
Kelima, bikin target mengirim.
Nah, sebenarnya yang sangat penting. Bikin target mengirim, misalnya setiap bulan satu cerpen. Jangan kirim satu lalu selesai. Kirim terus. Kan kita sudah hobi nulis cerpen. Jadi tidak akan berat. Biarkan yang berat cukup Dilan. Lho ko, sudah ngaco? Kalau begitu berhenti di nomer enam saja.
Keenam, berdoa.