Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Akhir Hayat

7 April 2019   09:42 Diperbarui: 7 April 2019   09:48 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: beritagar.id 

Mungkin karena hampir setiap hari saya ada di rumah, bekerja di rumah, saya tahu pasti kenakalan anak-anak. Kadang sebagai orang tua saya merasakan jengkel yang sangat karena kenakalan anak-anak yang terlalu. Bila sedang begitu, saya selalu teringat kisah Nenek.

Nenek, begitu biasanya saya dan tetangganya memanggilnya. Awal perkenalan kami karena sejak dua tahun lalu, mungkin karena saya kadang menceritakan anak-anak yatim, fakir-miskin, orang tua jompo yang hidup sendirian, di blog; ada beberapa teman yang menitipkan zakat atau shodaqoh kepada mereka. Salah seorang yang rutin menerima zakat titipan itu adalah Nenek.

Karena Nenek hidup sendirian, punya penyakit diabetes, setiap masuk ke rumahnya baru di pintu saja sudah tercium bau sengak air kencing. Pasti Nenek sering pipis di mana saja "tidak tertahan" seperti kelajiman orang tua yang berpenyakit diabetes. 

Bila sedang sakit, tetangganya yang kadang mengurus. Bila ke dokter, akhirnya istri saya yang suka mengantar. Sering melintas di pikiran saya tentang keluarganya. Tapi sebelum saya bertanya, sekali waktu Nenek menceritakannya.

"Nenek ini sebenarnya punya dua orang anak. Hanya dulu, sewaktu Nenek kerja, kedua anak itu masih batita (bawah tiga tahun), suami menikah lagi. Marah sama suami, kedua anak yang masih harus diurus itu diberikan untuk diurus. Biar dia tahu rasa bagaimana susahnya mengurus anak," katanya dengan suara putus-putus. "Makanya Nenek mengerti kalau anak-anak sekarang tidak memperdulikan Nenek. Baru sekali mereka datang ke sini. Nenek hanya bisa menyesali...."

Saya tidak bisa menanggapi ceritanya. Nenek mungkin menganggap anak-anak adalah "peliharaan" yang harus diurus. Padahal anak-anak adalah cinta yang tidak bisa dimengerti oleh kita sebagai manusia. 

Sejak bayi disuapi, dimandiin, tengah malam nangis ikut begadang, gede sedikit segala dipegang segala diancurin, nakalnya kadang keterlaluan, semakin besar disekolahin, segala dibeliin, makan-minum gak bayar, ada masalah diurusin; tapi orang tua rela dan dengan gembira melakukannya.

Itu cinta yang susah dimengerti. Dan karena cinta hanya bisa keluar dari hati, dan sampainya ke hati juga, anak-anak pun merespon cinta orang tua seperti itu. 

Setiap anak yang merasa diurus dengan cinta, akan balik mengungkapkan rasa cintanya. Sebagai anak, meski sudah berbuat yang terbaik untuk orang tua, tetap merasa belum bisa membayar cinta yang telah diberikan orang tua.

Mungkin anggapan Nenek itu yang salah, menganggap cinta seperti utang-piutang. 

***

Cerita inspirasi sebenarnya bertebaran di sekitar kita. Dalam perjalanan hidup seseorang, apakah itu orang kaya atau miskin, pintar atau bodoh, sehat atau sakit, cacat atau sempurna, terkenal atau biasa, pejabat atau rakyat; selalu ada hal yang bisa diambil hikmahnya. 

Kisah-kisah pendek ini merupakan catatan yang diambil secara acak dari cerita inspiratif jaman lampau atau dari pengalaman hidup seseorang beberapa hari yang lalu. Semuanya diambil hanya dengan pertimbangkan adanya "sesuatu" yang bisa diambil hikmahnya. 

Semoga kisah pendek dan kecil ini, gaung inspirasinya lebih panjang dan indah lebih dari yang kita bayangkan. Ikuti kisah inspirasi lainnya di: dongengyusrismail.blogspot.com

foto: beritagar.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun