Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Taman Kota

28 Maret 2019   17:00 Diperbarui: 28 Maret 2019   17:25 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. lakonhidup.com

"Saya lihat kamu masih hobi demonstrasi. Hobi, kan? Kamu mendemo penghina agama. Lalu begitu heroik bilang, yang tidak ikut demo itu kafir! Yang tidak sependapat bahwa itu penghina agama adalah kafir! Sementara bertahun-tahun kamu melecehkan agamamu sendiri, kamu diam saja. Kamu itu baru bisa membaca Al-Qur'an terbata-bata, tanpa membaca artinya, tanpa membaca tafsirnya, tanpa tahu asbabunnuzulnya, tanpa merenungkan isinya! Makanya kamu eksklusif, tidak bermasyarakat, tidak peduli lingkungan, kamu lebih galak daripada anjing pemburu! Bila dipercaya kamu juga berhianat, korupsi!"

Rasanya saya semakin mengenal orang yang bicara seperti itu.

"Mestinya kamu bacakan lagi puisi yang pernah kamu tulis pada masa kuliah saat kamu suka demo: Ke jalan mana lagi kita demonstrasi bila yang mendemo diri sendiri?! Itu yang kamu butuhkan sekarang, mendemo diri kamu sendiri!"

Saya suka berbincang dengan siapa saja, termasuk dengan kenalan baru. Tapi dengan orang ini, diam-diam saya mulai jengkel juga. Dia sepertinya tidak sadar apa yang diomongkannya. Mungkin dia sendiri sebenarnya yang brengsek seperti itu! Saya ingin mendebatnya. Tapi sebelum saya bicara, murotal Qur'an dibacakan dari masjid di seberang taman kota.

"Ok, deh. Sepertinya sudah mau jum'atan lagi. Saya pergi dulu, saya jum'atan di rumah. Assalamualaikum."

Pulang jum'atan, di depan masjid, saya melihat istri saya sedang menunggu.

"Maafkan saya sudah mengikuti Mas sejak pagi. Saya heran waktu Pak Adri bilang Akang tidak pernah masuk kerja setiap Jum'at pagi. Saya pikir Akang menemui... istri siri."

Saya tersenyum kecut.

"Tapi Mas jangan seperti yang bicara sendiri, senyum-senyum sendiri. Mas seperti yang tidak waras! Tadi, di taman kota."

Saya diam beberapa saat, lalu tersenyum dan bilang: "Justru tadi itu saat-saat Mas merasa waras." ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun