Wilayah yang berada di lembah bukit barisan, tanahnya subur, udaranya sejuk, alamnya menakjubkan, itulah Kerinci. Dalam puisi-puisinya, penyair Ghazali Burhan menyebut Kerinci adalah "sekepal tanah surga". Meski begitu, tidak sedikit orang Kerinci yang hidup di perantauan. Dari sekitar 321.000 jiwa (masyarakat Kerinci dan Sungai Penuh), setengahnya hidup di perantauan.
Menurut Nukman SS (seorang budayawan Universitas Indonesia), masyarakat Kerinci memiliki tradisi rantau yang unik, khas dan berbeda dari pola rantau masyarakat daerah lain yakni konsep yang meniru prilaku Burung Bangau. Pepatah "sejauh-jauh Bangau terbang pulangnya tetap ke kubangan juga" benar-benar diaplikasikan mayarakat dengan terbentuknya konsep merantau murni atau merantai non permanen, merantau bukan pindah kampung halaman". Ini menandakan bahwa ada sesuatu yang istimewa dari Kerinci yang selalu dirindukan oleh para perantau.
Hal itu memicu saya (yang juga seorang perantau) menggali apa sih penyebab orang kerinci selalu rindu untuk pulang ke kampung halamannya?. Untuk itu saya melakukan wawancara, baik secara langsung, melalui telepon dan melalui media sosial ke beberapa teman perantau yang tersebar di Indonesia dan beberapa juga di luar negeri. Dan inilah 4 hal yang selalu dirindukan perantau untuk mudik ke Kerinci:
1. Sanak Keluarga/Karib Kerabat
Banyak alasan orang Kerinci merantau. Ada yang melanjutkan pendidikan, kerja, juga berdagang keliling. Pada prinsipnya mereka merantau dengan tujuan untuk penempaan jiwa, pencerdasan diri, dan mengangkat harkat hidup, dan sebagainya. Setelah dalam waktu yang lama tidak bertemu keluarga tentulah muncul rasa rindu untuk bercengkrama, bercanda gurau dengan sanak keluarga. Bagi orang kerinci, keluarga sangatlah penting.
Betapa tidak, dalam aktivitas-aktivitas penting seperti pernikahan, mendirikan rumah, secara tradisi sangat penting kehadiran dan peran teganai rumah dan ninik-mamak. Kekuatan hubungan kekeluargaan orang kerinci juga diikat oleh adat istiadatnya sehingga bersilaturahmi dengan sanak keluarga menjadi sangat penting, meskipun keberadaan kita jauh di rantau.
Setidaknya para perantau memanfaatkan momen lebaran untuk bersilaturahmi. Bagi yang telah lama merantau, reuni dan berkumpul kembali dengan teman kecil, teman sepermainan, ataupun teman sekolah juga merupakan momen yang mengasyikkan dan ditunggu-tunggu. Reuni ini biasanya diadakan bisa dalam bentuk buka bersama atau halal bihalal dalam suasana berlebaran.
2. Makanan dan Minuman Khas Kerinci
Terdapat banyak makanan/minuman khas Kerinci, seperti Cabe Suhen, Beras Payo, Sambal Belut Cabe Merah, Gulai Ikan Semah, dan Minum Air Kawo.
Cabe Suhen
Cabe Suhen dibuat dengan mencampurkan daun muda/pucuk Surian (Toona sureni) yang ditumbuk dengan rebung dan digoreng dengan cabe hijau, biasanya dicampur lagi dengan ikan teri. Disantap dengan nasi dan sayuran. Cabe suhen memiliki aroma yang khas dan selalu diikutsertakan dalam lomba kuliner dan pariwisata dari daerah Kerinci.
Beras Payo berasal dari bibit padi asli (endemik) Kerinci. Usia jenis padi ini diyakini sudah lebih dari lima abad. Usia panen adalah 6 bulan, sama seperti jenis padi lainnya. Daerah Lempur dan sekitarnya adalah daerah yang paling banyak membudidayakan padi payo. Beras payo beraroma harum yang khas, rasanya sungguh nikmat, terasa pulen dengan bulir beras besar-besar.
Akan terasa lebih nikmat bila dipadukan dengan lauk-pauk asal Kerinci. Jika mudik ke kerinci para perantau biasanya mencari warung makan yang menyediakan beras payo Kerinci. Bahkan tidak sedikit perantau yang membawa beras payo kembali ke perantauan sebagai oleh-oleh.
Sambal Belut ini dibuat dari belut sawah yang dikeringkan, kemudian digoreng dan dicampurkan dengan cabe merah. Biasanya dibuat dengan rasa yang sangat pedas karena lidah orang kerinci telah terbiasa dengan yang pedas-pedas. Rasanya gurih dan nikmat, lebih nikmat dimakan dengan beras payo dan sayur daun selada.
Belut kerinci bukan belut hasil budidaya seperti kebanyakan belut di daerah lain, tetapi benar-benar berasal dari hasil mancing di sawah-sawah. Penikmat belut tentu lebih menyukai belut sawah karena rasanya yang lebih nikmat.
Ikan Semah merupakan jenis ikan air tawar yang terhitung langka. Keberadaannya cuma ditemukan di perairan Sungai Batang Merangin dan Danau Kerinci. Ikan Semah ini biasanya dimasak untuk dijadikan hidangan nikmat oleh masyarakat Kerinci. Para perantau pasti merindukan menu gulai ikan semah ini. Citarasa asam pedas pada dagingnya berpadu dengan segarnya kuah kuning yang pekat. Dijamin mulut anda tak mau berhenti menyantapnya hingga ludes.
merupakan minuman pahit kesukaan nenek moyang orang Kerinci, diseduh dari daun kopi yang dikeringkan. Dihidangkan dengan cara yang unik yaitu disajikan di dalam batok kelapa. Bagi mereka yang tidak terbiasa meminumnya mungkin menganggap Kawo mempunyai citarasa yang asing.
Leluhur orang Kerinci mempercayai bahwa minuman kawo ini bisa meredakan ketagihan pada kopi, menangkal gangguan asam urat, menghindarkan terjadinya rematik dan bisa memperkuat stamina tubuh. Di tengah maraknya minuman yang tidak sehat di kota-kota besar, minum kawo sangat dirindukan oleh para perantau.
Dikelilingi oleh barisan perbukitan dan pegunungan, memiliki hamparan hutan yang luas, menjadikan daerah kerinci kaya akan potensi wisata alam yang mempesona. Sebut saja di antaranya adalah Danau Kaco, Taman Bunga, Air Terjun Telun Berasap. Ditambah lagi hamparan kebun Teh Kayu Aro yang dikenal sebagai kebun teh terluas di dunia. Terdapat pula Danau Kerinci sebagai salah satu wisata favorit. Pesona dan eksotisme alam Kerinci itu tentu membuat para perantau merindukannya.
Bagi perantau yang tinggal di kota-kota besar, terutama di pulau jawa tentu kemacetan menjadi hal yang menjemukan. Nah, mudik ke Kerinci menjadi obat kerinduan akan suasana lalu lintas perjalanan yang lancar, ditambah lagi udaranya yang sejuk. Di tengah-tengah kotanya (yang sekarang menjadi Kota Sungai Penuh) dikelilingi hamparan sawah yang menghijaukan kota, sehingga mampu menyejukkan mata yang memandang.
Itu adalah 4 hal yang paling dikangenin para perantau Kerinci dari hasil wawancaraku. Kalo kamu punya hal lain versimu, share ya pendapatmu di kolom komentar. Selamat Mudik !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H