Pagi ini aku melakukan aktifitas di kantor seperti biasanya. Bercerita dan berbagi pengalaman dengan atasan langsungku di kantor sambil melakukan beberapa pekerjaan rutin lainnya. Tiba-tiba teman kantor memanggilku bahwa ada orang sedang mencariku di depan. Dengan rasa penasaran aku pergi ke pintu depan kantor sambil bertanya-tanya dalam hati siapakah yang datang mencariku?
Dari pagi hari hujan turun deras dan membuat udara menjadi sedikit lebih dingin dari hari biasa. Sewaktu aku mencapai ke pintu depan kantor, telah  berdiri seseorang menggunakan jas hujan, air mengalir dari jas hujannya sehingga membuat lantai disekitar menjadi basah. Mendengar langkah kakiku orang tersebut berbalik dan melihat kearahku.
Ternyata dia adalah teman yang semenjak kemarin WA denganku. Aku menghampirinya dan bertanya ada apa? Perasaan bersalah masih terlihat jelas dari wajahku karena telah bercerita kepada orang lain tanpa seijin darinya. Ternyata dia datang untuk mengantarkan sebuah surat. Saat aku membuka surat tersebut, kudengar dia mengatakan bahwa yang menulis surat itu adalah rekan kerja yang merupakan suami dari kepala sekolahnya.Â
Aku kaget Candy... Surat ini tertuju untuk Kepala Dinas tempat aku bertugas. Sedangkan di dalam surat bertandatangan kepala sekolah dilengkapi dengan kop sekolah. Kenapa bisa rekan kerjaku yang membuat surat? Bukankah itu tidak wajar walaupun itu adalah sekolah yang dipimpin oleh istrinya sendiri. Namun, itu tetap merupakan lingkungan pekerjaan yang tidak boleh dicampuri oleh anggota keluarga karena tempat itu bukan merupakan usaha leluhur mereka.
Akhirnya semua pertanyaan aku terjawabkan oleh penjelasan dari temanku. Dia menjelaskan panjang lebar tentang apa yang terjadi kemarin. Dia juga mengatakan bahwa niatnya hanya ingin membantu, namun disalah artikan oleh orang lain. Setelah berbicara beberapa saat dan hujan sudah mereda akhirnya dia pun pamit dan meminta tolong agar surat tersebut disampaikan ke Kepala Dinasku. Tidak lupa aku meminta maaf dan mengatakan agar dia hati-hati di jalan karena jalanan yang licin saat itu.
Candy...
Dari pengalaman ini aku bisa mengambil pelajaran bahwa tidak semua niat yang kita anggap baik diartikan baik oleh orang lain dan apa yang kita sampaikan kepada orang lain bisa dipahami dengan baik oleh orang tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H