Olympic girl seen but not heard
BEIJING, China (CNN) -- A little girl and her song captivated millions of viewers during the opening ceremony of the Beijing Olympics. But what they saw was not what they heard.
Lin Miaoke was the darling of the Olympic opening ceremony, but it turns out she was lip-syncing.
Games organizers confirm that Lin Miaoke, who performed "Ode to the Motherland" as China's flag was paraded Friday into Beijing's National Stadium, was not singing at all.
Lin was lip-syncing to the sound of another girl, 7-year-old Yang Peiyi, who was heard but not seen, apparently because she was deemed not cute enough.
"The reason was for the national interest," said Chen Qigang, the ceremony's musical director, in a state radio interview. "The child on camera should be flawless in image, internal feeling and expression. ... Lin Miaoke is excellent in those aspects."
"If you're not good-looking, no matter how well you sing, you'll not be onstage. Do you know you're twisting a whole generation?" read one
Setahun berlalu
Tapi tak juga menguburkan bayangan itu
Setiap tatapan tertuju padanya
Tatapan seluruh podium
Tatapan seluruh dunia
Gadis berbaju merah itu membuka Olimpiade pertama di Beijing
Sungguh terang gaunnya bersinar
Seterang sinar wajahnya dan keseluruhannya
Sedang apa ia di sana?
Apa yang akan ia lakukan?
Ayah Ibunya berharap harap cemas apakah ia akan lengah, apakah semuanya berjalan seperti geladi resik, sekaligus memandang penuh bangga dari jauh
Sangat bangga
"Itu anakku. Itu anakku. Lihat. Betapa cantiknya dia !" berkata ia kepada semua orang yang ia kenal maupun tidak.
Para penonton mulai takjub ketika irama pertama dilantunkan gadis kecil itu.
Gadis itu memang bersinar !
Sinar wajahnya !
Terutama suaranya !
Indah !
Suara yang memiliki masa depan !
Wajah dan suara yang mengundang kontrak rekaman dan rentetan tawaran iklan !
Namun ternyata..
Bukan..
Bukan suaranya..
Sama sekali bukan suaranya..
Ia hanya memamerkan gaunnya di sana
Memamerkan kedua bola matanya yang mengerling sedikit menggoda
Memamerkan sinar rambutnya yang hitam berkilau
Hanya itu yang ia punya..
Siapa yang memiliki suara yang indah itu ?
Bukan dia
tentu saja bukan dia
Tapi seorang gadis kecil
Yang berwajah biasa biasa saja, menurut si produser dan rekan rekan yang merasa dirinya sebagai penilai yang sempurna
Sesungguhnya siapakah mereka menilai gadis kecil itu yang dianggap tidak pantas hanya karena alasan yang begitu picik ?
Sedemikian luas podium ini
Sedemikian sempit pemikiran
Mengajarkan keindahan fisik secara turun temurun pada anak anak yang belum tau apa apa...
Bahwa,
kamu tidak cantik kalau kamu tidak berwajah seperti gadis kecil berbaju merah di atas panggung mewah itu.
Itu yang disebut cantik
Hanya dengan wajah seperti dia, kamu bisa mendapat bagian potongan kue yang lebih besar, baju yang lebih indah, dan fasilitas yang lebih mewah.
Kamu harus ingat itu !
Kami mulai menanam bibit bibit kesombongan pada diri kalian, anak anakku
tapi
bagaimana dengan anak malang yang dianggap tidak cantik itu ?
Ia..
Ia hanya akan terus ingat
Ingat seumur hidupnya
Kenapa hanya suaraku yg dihargai ?
Kenapa bukan keseluruhan diriku ?
Kenapa hanya setengah menghargai diriku ?
Apakah ada yang salah dengan raut wajahku dibanding dengan gadis berbaju merah itu ?
Jadi hargaku hanya sebatas suaraku.. ?
Hanya begitu... ?
Tidakkah ada hal lain yang lebih daripada itu yang bisa aku berikan ?
Tapi aku diam saja
Karena aku memang tidak dilahirkan untuk bersinar seperti gadis berbaju merah itu...
Biarlah suaraku dipakai dan diakui sebagai suaranya
Biarlah aku tetap menjadi gadis di balik layar,
asalkan bisa membuat orang lain bahagia
, aku sudah cukup bahagia
Meski mereka tidak akan pernah mengenali wajahku...
aku sudah cukup bahagia
Meski dada ini sesak
Sakit..
Tapi aku harus mengerti bahwa
Tepukan riuh itu memang bukan untukku.....
Adilkah ini.. ?
Usiaku belum genap 10 tapi kenapa ketidak adilan dan kepura puraan harus kualami...
Adilkah ini.. ?
Kenapa aku tidak pantas diakui.. ?
Tapi bagaimanapun juga
Aku harus lebih memahami
Bahwa tepukan yang riuh itu memang bukan untukku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H