Ada ungkapan yang mengungkapkan, putra putri bangsa Indonesia yang mengaku cinta dengan menanamkan nasionalisme dalam diri dan hati. Pendidikan karakter, pendidikan kebangsaan dan pendidikan cinta tanah air yang ditanamkan dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi sudah terlaksana di negeri ini. Apakah para pemuda bangsa ini sudah menerapkan ? Apa benar para pemuda negeri ini sudah cinta tanah air?
Pertanyaan ini timbul karena masalah-masalah keremajaan yang begitu banyaknya terjadi di negeri ini. Mana ada pemuda yang mengaku cinta tanah air tapi masih tawuran tiap hari. Mana ada pemuda yang mengaku sudah nasionalisme tapi memukul kawan bahkan guru mereka sendiri.
Miris memang ketika tahu seorang pelajar yang seharusnya mengemis ilmu kepada guru tetapi malah dengan tega memukul bahkan beramai-ramai membaku hantam guru yang seharusnya dihormati kalian semua wahai pemuda yang katanya berpendidikan.
Apa kurang kalian belajar bertahun-tahun tentang pendidikan moral? Bagaimana bisa kalian tak bermoral sehingga jadi buas seperti binatang?
Wahai para pemuda bangsa yang masih mencari jati diri kalian saat ini. Apa kalian tak memikirkan bagaimana perasaan orang tuamu yang sudah bekerja banting tulang agar anaknya bisa bersekolah dan berharap kalian bisa jadi orang terpandang. Apa jadinya jika mereka tahu jika kalian bukanya belajar tapi sibuk menjadi jagoan.
Guru bukan orang asing kawan pemuda, mereka adalah orang yang wajib kau hormati bukan kau pukuli hingga tewas. Jika kalian cinta dan sayang kepada kedua orang tuamu apa susahnya jika kalian setidaknya menyamakan perasaan cinta tersebut dengan kalian mencintai guru.
Joko Susilo misalnya, guru berumur 54 tahun yang sempat viral karena ada bukti vidio yang memperlihatkan beliau seperti dikeroyok oleh beberapa siswanya sendiri. Memang hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena kasus tersebut telah diusut dan ternyata itu hanya gurauan.
Tapi apa pantas murid bergurau dengan guru mereka sendiri seperti itu? Apa tidak ingatkah kalian jika itu adalah guru yang seharusnya dihormati bukan dijadikan bahan candaan?
Betapa geramnya mendengar bahkan melihat hal-hal semacam itu terjadi diranah pendidikan Indonesia. Bahkan ada pula yang tega memukul gurunya sendiri dengan kursi, dan yang lebih miris di Sampang, Madura ada oknum murid yang teka pukul guru hingga meninggal.
Ini menjadi duri tajam diranah pendidikan Indonesia karena ternyata revolusi mental yang mengedepankan pendidikan karakter belum sepenuhnya terkonsidikan di beberapa sekolah. Karena sabaik apapun pendidikan karakter yang diajarkan disekolah tetapi lingkungan sosial dan keluarga anak tidak mendukung semua itu hanya sia-sia.
Remaja yang sedang mencari jati diri adalah masa dimana remaja mencoba hal-hal baru yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka harus menetapkan identitas baru yang sebelumnya keluargalah penentunya. Mereka harus memilih untuk merusak diri atau membanggakan diri.
Sangat perlu pengawasan ketat saat remaja sedang pada masa ini. Jika tidak hal-hal seperti kekerasanlah yang akan mengelilingi kehidupan mereka. Bukannya dianggap nasionalisme tapi malah premanisme, bukanya mencetak prestasi bagi negeri tapi mencetak masalah bagi diri sendiri.
Padahal hidup di zaman sekarang sudah enak, tak perlu menumpahkan darah seperti pahlawan tempo dulu untuk kemerdakaan. Apa kata para pahlawan jika tahu kalau pemuda Indonesia banyak yang tak sadar akan nasionalisme? Hanya tahu cara yang dianggap benar menurut mereka sendiri.
Pemuda seharusnya melakukan kewajibannya untuk belajar dan menghasilkan prestasi yang berguna bagi bangsa. Bukan foya-foya, tawuran, merokok dan sibuk mencari jati diri yang nanti ujung-ujungnya malah membawa petaka. Memang tak semua pemuda negeri ini berjiwa premanisme.
Ada banyak pemuda berprestasi yang mengharumkan nama bangsa. Menoreh prestasi bukan hanya di skala nasional tapi internasional. Inilah yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi kaum pemuda premanisme. Lakukanlah hal berguna bagi dirimu buka merusak apa yang ada pada tubuh dan moralmu.
Jadi mari pemuda Indonesia, bangun dari hal-hal negatif. Hindari apa pun yang membuat dirimu menyesal dikemudian hari. Jadikan kasus siswa pukul guru menjadi pembelajaran bahwa kita jangan sampai memiliki sifat premanisme jadikan sifat nasionalisme sebagai acuan untuk hidup berkarakter dan semangat meraih prestasi. Dan juga guru adalah orang yang sangat wajib kita hormati karena tanpa beliau kita tak akan pernah tahu apa itu pendidikan beserta isinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H