Mohon tunggu...
Yusnawati
Yusnawati Mohon Tunggu... Penulis - Pengagum kata

Pengagum kata yang belajar merajut aksara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepotong Emas

21 Juli 2020   06:44 Diperbarui: 21 Juli 2020   06:43 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh kebahagian yang luar biasa, saat menapaki kehidupan di dunia bisa menjadi pribadi secemerlang emas. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

"Perumpamaan seorang Mukmin adalah seperti perumpamaan sepotong emas. Jika kamu meniupnya dengan api, maka ia akan semakin cemerlang. Jika ditimbang, ia tidak akan berkurang." 

(HR. Baihaqi dari Abdullah bin Amr ra) 

Sepotong emas tidak akan menjadi gosong dan menghitam karena dipanaskan, tetapi semakin berkilau dan cemerlang, punya kadar nilai yang sangat tinggi. 

Bahkan satu gram emas jauh lebih berharga daripada sepuluh kilogram besi atau logam kasar lainnya. 

Emas juga memiliki daya tarik yang luar biasa. Siapapun pasti menyukai emas dan berharap memilikinya. Punya kilau warna yang tak pernah luntur dan cahaya yang tak pernah redup.

Semakin panas terbakar, maka emas akan semakin cemerlang dan bersinar. Mudah dibentuk menjadi apapun yang dikehendaki oleh pengrajin dan punya nilai yang sangat tinggi. Dengan harga dan berat yang stabil. Berbeda dengan batu-batuan perhiasan yang lain. Itulah mengapa, emas bisa dijadikan standar mata uang

Begitu pula dengan seorang Mukmin. Ia harus punya cahaya yang mampu menyinari dirinya dan orang lain.

Memiliki kharisma dan daya tarik luar biasa. Sehingga siapapun yang memandang pasti terpesona oleh sikap, tutur kata dan tingkah lakunya.

Seorang mukmin di wajah, hati, jiwa dan pikirannya akan terus memancarkan sinar yang sangat cemerlang karena wudhu dan berbagai amal kebaikan yang dilakukannya.

Sinar yang cemerlang ini didapatkan dari jerih payah, pengorbanan, perjuangan yang tiada henti  selalu istiqomah berada di jalan kebaikan, menjalankan perintahNya. Ketika Allah mengujinya dengan kesulitan hidup, ia hadapi dengan kesabaran. 

Semoga kita termasuk ke dalam barisan Mukmin dengan pribadi secemerlang emas punya timbangan amal kebaikan yang berat di akhirat nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun