Mohon tunggu...
Sisi Kamila
Sisi Kamila Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Pelancong, penikmat senja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukan Hanya Moda Transportasi, Kereta adalah Tempat Pertemuan Tak Terduga dan Bermakna

26 Oktober 2024   00:53 Diperbarui: 26 Oktober 2024   01:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selalu ada cerita ketika naik kereta. - Dokumen Pribadi

Bagi kebanyakan orang, kereta api hanyalah sekadar alat transportasi. Tapi tidak bagi saya.

Di sela-sela kecepatan dan ketepatan yang dimilikinya, kereta memiliki ruang untuk kebaikan. Di dalam Kereta, ada cerita-cerita kecil tentang kebaikan, pertemuan tak terduga, dan petualangan seru. Setiap perjalanan kereta adalah lembaran baru dalam buku perjalanan hidup saya, yang penuh warna dan makna.

Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika saya hampir ketinggalan kereta saat akan pergi ke Madiun beberapa tahun lalu. Hari itu, saya datang terlambat ke stasiun. Waktu semakin mepet. Saya mulai cemas membayangkan kereta berangkat tanpa saya.

Namun, di luar dugaan, petugas stasiun sangat sigap membantu. Mulai dari pintu masuk hingga lorong menuju peron. Mereka membantu saya berlari agar segera naik. Salah seorang petugas kereta yang berada di dekat peron, melihat situasi tegang itu. Dengan segera ia meminta masinis untuk menunggu. Sungguh sebuah tindakan yang luar biasa, mengingat betapa ketatnya jadwal kereta di Indonesia.

Dengan napas terengah-engah, saya berhasil masuk ke dalam kereta. Seketika itu juga, kereta mulai bergerak. Rasanya benar-benar seperti adegan di film, di mana semuanya terjadi begitu cepat namun penuh rasa lega. Jika bukan karena bantuan para petugas yang begitu perhatian, mungkin saya sudah tertinggal.

Perjalanan ke Madiun ini memberikan pelajaran lebih dari sekadar perjuangan untuk tidak terlambat. Setelah beberapa saat perjalanan, saya menyadari bahwa saya tak sempat membeli makanan atau minuman. Saya juga belum sempat mengambil uang di ATM.

Ketika petugas makanan kereta datang menawarkan makanan, saya berencana membeli air mineral. Setelah mengecek tas, ternyata hanya ada beberapa uang receh yang cukup untuk sebotol air. Saya pikir ini cukup, setidaknya untuk melepas dahaga.

Namun, kejutan datang dari seorang bapak yang duduk di sebelah saya. Tanpa berkata apa-apa sebelumnya, dia tiba-tiba memesan dua kotak makanan dan dua botol air mineral. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk saya. Saat saya hendak membayar, si bapak hanya tersenyum dan berkata, "Sudah, uangnya disimpan saja. Ini buat kamu." Saya tertegun sejenak, merasa begitu tersentuh oleh kebaikan tanpa pamrih dari orang asing yang baru saya temui itu.

Kisah seru lain terjadi saat saya pergi ke Kediri. Saat memasuki gerbong kereta, saya mendapati tempat duduk saya sudah ditempati oleh seorang bapak dan anaknya yang masih kecil. Ketika saya mengecek tiket mereka, ternyata mereka salah tempat duduk. Tetapi, melihat situasi bapak itu yang tampak lelah dengan anak kecil di sampingnya, saya memutuskan untuk mengalah. Saya pindah ke gerbong tempat duduk si bapak, meskipun sedikit lebih jauh.

Di tempat duduk baru ini, tak disangka-sangka, saya bertemu dengan seorang mahasiswa S2 dan tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Tiongkok. Ia begitu ramahnya menyapa saya, "Mbak mau ke mana?" "Kediri," ujar saya. "Mau kursus di Kampung Inggris Mbak?" tanyanya lagi. "Loh mas kok tahu?" Percakapan kami lalu berlangsung panjang dan menarik. Kami tidak hanya mengobrol tentang Kampung Inggris saja, tapi juga segala hal tentang Tiongkok.

Berkat pertemuan tersebut, saya mendapat banyak wawasan baru tentang pendidikan di luar negeri, khususnya mengenai pengalaman mengajar bahasa Indonesia di negeri orang. Lagi-lagi, saya disadarkan bahwa kebaikan dan pertemuan yang berharga bisa datang di saat-saat yang paling tidak terduga. Di kereta sekalipun.

Selalu ada cerita ketika naik kereta. - Dokumen Pribadi
Selalu ada cerita ketika naik kereta. - Dokumen Pribadi

Pengalaman - pengalaman ini membuat saya semakin menghargai kemajuan yang terjadi dalam sistem perkeretaapian Indonesia. Bukan saja tentang pelayanan Kereta Api Indonesia (KAI) yang semakin membaik, tetapi juga budaya empati yang seakan tumbuh di dalam moda transportasi satu ini.

PT KAI di bawah Bapak Didiek Hartantyo telah membuat layanan transportasi ini semakin ramah dan nyaman. Mulai dari kebersihan stasiun dan kereta yang semakin terjaga, jadwal yang akurat, hingga fasilitas yang kian modern.

Stasiun-stasiun besar kini lebih tertata, aman, dan rapi, menjadikannya layaknya bandara kecil. Hal ini tentu tidak lepas dari kemajuan yang dicapai selama masa kepemimpinannya, di mana aspek teknologi dan pelayanan pelanggan menjadi sorotan utama.

Namun, ada beberapa harapan untuk KAI ke depannya. Saya berharap KAI dapat menyediakan layanan kereta jarak jauh yang lebih ramah bagi keluarga, terutama untuk penumpang dengan anak-anak kecil, misalnya dengan menyediakan area bermain atau layanan khusus untuk keluarga.

Selain itu, akan sangat baik jika KAI terus memperluas jangkauan kereta api hingga ke daerah-daerah yang belum terhubung, terutama di luar Pulau Jawa. Integrasi transportasi dengan moda lainnya juga masih bisa ditingkatkan, seperti kemudahan akses dari stasiun ke transportasi umum lainnya, sehingga penumpang bisa berpindah moda dengan lebih lancar.

Dalam hal inovasi, KAI bisa terus berinovasi dengan memperluas layanan berbasis digital. Mungkin dengan aplikasi yang tidak hanya mempermudah pembelian tiket, tetapi juga memberikan fitur pemantauan kereta secara real-time atau informasi destinasi wisata di sekitar stasiun.

KAI juga bisa mempertimbangkan untuk mulai memperkenalkan layanan kereta ramah lingkungan, seperti kereta dengan sumber energi terbarukan atau lebih efisien. Dengan begitu, KAI tidak hanya menjadi pelopor transportasi modern di Indonesia tetapi juga ikut serta dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun