Tak heran harga batik tulis lebih mahal dibandingkan batik cap. Harga batik tulis berkisar Rp500 ribu - Rp3 juta, sedangkan batik cap dimulai dari Rp175 ribu - Rp350 ribu.
Para pengrajin juga memproduksi berbagai kerajinan batik seperti pakaian, jaket, tas, dan boneka. Harganya pun terjangkau dan cocok untuk dijadikan oleh - oleh. Kami pun tak lupa mengabadikan momen sebelum beranjak dari Kampung Batik Cibuluh, karena di sini terdapat banyak dinding mural batik yang estetik.
Belajar Toleransi dari Pulo Geulis
Selanjutnya kami menjelajah Desa Wisata Pulo Geulis. Desa ini merupakan kampung tematik yang lokasinya tak jauh dari pusat kuliner Suryakencana. Sama seperti dengan Kampung Batik, desa ini juga menyuguhkan aneka mural di dinding pemukiman penduduk. Sebagian mural tersebut menceritakan sejarah awal terbentuknya Pulo Geulis.
Selain itu, desa ini juga menyuguhkan pemandangan mempesona karena letaknya membelah aliran Sungai Ciliwung. Meski airnya bewarna keruh, sungai di desa ini cukup bersih. Jarang sekali ditemukan sampah plastik.
Di sini juga terdapat salah satu klenteng tertua di Bogor, yakni Phan Ko Bio. Uniknya, klenteng ini tidak hanya menjadi tempat peribadatan umat Buddha saja, melainkan semua agama, termasuk muslim.
"Klenteng merupakan peribadatan secara tradisi, bukan agama. Siapapun mereka yang memiliki keyakinan terhadap Tuhan bisa berdoa di klenteng," ujar salah satu pengelola Klenteng Phan Ko Bio.
Klenteng ini menyediakan tempat salat, bahkan rutin menjadi tempat pengajian. Sementara menurut Arief, setiap menjelang Hari Raya Imlek, patung - patung dewa dicuci oleh warga yang beragama apapun. Di Pulo Geulis, warga hidup berdampingan mengajarkan kita tentang toleransi.
Begitu indahnya perbedaan bila dirayakan, bukan untuk diperdebatkan.
Â
Tersesat di Kampung Labirin