Kali ini kami menggunakan bus Uncal, sarana transportasi wisata gratis milik pemerintah Kota Bogor. Uncal sendiri merupakan singkatan dari Unforgettable City Tour Loveable City. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti tur kota yang tidak akan terlupakan di kota yang paling dicintai.
Menaiki Uncal ternyata seru sekali. Selain karena bentuknya yang unik, dengan Uncal kami bisa melihat langsung dan merasakan suasana Kota Bogor di sepanjang perjalanan.Â
Angin sepoi - sepoi yang masuk melalui jendela Uncal tak lantas membuat kami mengantuk, karena pramuwisata menjelaskan berbagai tempat di Kota Bogor yang ternyata memiliki sejarahnya tersendiri.
Setidaknya ada sekitar 680 bangunan bekas kolonial Belanda yang sampai saat ini masih berdiri. Bogor yang dulu bernama Buitenzorg merupakan kota peristirahatan berudara sejuk, sehingga banyak petinggi - petinggi pemerintah Kolonial Belanda yang tinggal di sini dan mendirikan bangunan.
Sebagai contoh Kantor Polres Bogor Kota yang berada tak jauh dari pintu keluar stasiun adalah bekas Hotel du Chemin Fer milik The Netherlandsch-Indische Escompto Maatschapppij, salah satu bank dagang yang beroperasi di era penjajahan Belanda.
Contoh lainnya adalah Balai Kota. Di masa pemerintahan Hindia - Belanda, bangunan tersebut bernama De Societeit atau The Club, tempat berkumpulnya kaum sosialita Belanda yang menetap di kota.Â
Belajar Ngebatik di Cibuluh
Tidak hanya Yogyakarta, Pekalongan, Solo, Semarang, Cirebon dan Rembang saja yang memiliki Kampung Batik. Kini, Bogor juga memiliki Kampung Batik. Letaknya ada di Jalan Neglasari Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat.
Kampung Batik Cibuluh diresmikan pada 24 Agustus 2019 oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI. Kampung batik ini melibatkan sekitar 40 pengrajin yang terbagi menjadi 10 kelompok, di antaranya Cherry, Sedulur, Melinda, Bumiku, Melangit, dan Pancawati.
Setiap galeri memproduksi batik dengan corak yang berbeda. Namun proses pembuatannya hampir sama, ada batik tulis dan juga cap. Untuk batik tulis, lama produksinya bisa mencapai satu bulan. Sedangkan batik cap, hanya memerlukan waktu satu minggu saja.
"Setiap satu garis batik tulis, dihasilkan dari satu tarikan napas," ujar Ibu Sinta, salah satu pengrajin batik.