Mohon tunggu...
Yusnaeni
Yusnaeni Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://yusnaeni.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menggapai Mimpi, Menjelajah Waktu dan Surga Tersembunyi di Purwakarta

28 September 2022   08:48 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:34 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermimpi itu indah. Dua tahun terakhir ini, mimpi saya cuma satu: berkelana. Melepas penat setelah gerak dibatasi hanya di rumah karena berbagai peristiwa yang melanda dunia. Dari pandemi Covid-19 hingga perang Rusia -Ukraina yang memengaruhi biaya operasi airlines karena kenaikan harga avtur. 

Hingga akhirnya... 

TING! Muncul pesan dari seorang teman di WhatsApp Group. "Komunitas Traveler Kompasiana bikin acara trip ke Purwakarta, tapi ada (peserta) yang mengundurkan diri, bagi yang minat hubungi si A ya." 

Melihat pamfletnya bikin saya melongo. "Wah free ..., gaskeun!" Tanpa berpikir panjang lebar, saya langsung menghubungi si A. Beberapa kemudian, dia memasukkan saya ke dalam grup "Purwakarta Istimewa". Akhirnya, dream comes true! 

"Rethinking Trip Purwakarta Istimewa" itulah nama perjalanan kali ini, hasil kerjasama antara Komunitas Traveler Kompasiana (KOTEKA), Warga Kompasianers Purwakarta (Warga Kota), dan Disporaparbud (Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan) Kabupaten Purwakarta. 

Seluruh peserta trip berkumpul di halte Cawang UKI, Sabtu (24 September 2022). | Dokumentasi pribadi
Seluruh peserta trip berkumpul di halte Cawang UKI, Sabtu (24 September 2022). | Dokumentasi pribadi

Seluruh peserta trip tersebut wajib berkumpul di halte Cawang UKI (Universitas Kristen Indonesia), Jakarta, Sabtu (24 September 2022) jam 6.30 pagi teng! Tak ayal, pada pukul tersebut saya sudah tiba di Cawang UKI. Beberapa peserta juga sudah tampak menunggu di halte. 

Beberapa menit kemudian, sebuah mini bus menghampiri kami. Tak menunggu lama, setelah semua peserta berkumpul, kami pun berangkat. Purwakarta, here I come!

Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Tentu saja tak jauh dari Jakarta. Maka perjalanan kali ini, membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Meski begitu, perjalanan terasa singkat karena diwarnai canda, tawa dan berbagai perbincangan menarik para peserta di dalam bus. 

Tiba di Purwakarta kami disambut hangat oleh anggota Warga Kota dan pihak Disporaparbud. Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Acep Yulimulya mengatakan senang atas kehadiran kami. Sebab, pandemi Covid-19 telah membuat sektor pariwisata di Kabupaten Purwakarta terpuruk. 

Ia sangat berharap, kami dapat membantu pemerintah daerah dalam memulihkan sektor pariwisata pasca pandemi, serta ekonomi melalui promosi produk-produk UMKM. 

Seluruh peserta trip disambut hangat oleh Disporaparbud Purwakarta.| Dokumentasi pribadi
Seluruh peserta trip disambut hangat oleh Disporaparbud Purwakarta.| Dokumentasi pribadi

Menurut Bapak Acep, Purwakarta memiliki banyak tempat-tempat wisata yang menarik. Baik itu wisata sejarah, alam, maupun kuliner. 

Tak hanya Sate Maranggi, tapi banyak aneka kuliner yang dapat memanjakan lidah traveler bila berkunjung di Purwakarta. "Kalau mau makan enak, datang saja ke Purwakarta," celetuk salah satu staf Disporaparbud Purwakarta yang juga hadir menyambut kami. 

Beragam produk UMKM Purwakarta. | Dokumentasi pribadi
Beragam produk UMKM Purwakarta. | Dokumentasi pribadi

Pada saat bersamaan, Bapak Acep juga turut memperkenalkan beberapa usaha kuliner dan oleh-oleh Kabupaten Purwakarta yaitu Nago Kacang Ciganea, Anyelir Cake Purwakarta, Pasmini, Herblass Indonesia, Perpustakaan Desa Sumurunggul, dan Momdi's Kitchen. 

Menjelajah Masa Lalu

Seorang penulis film asal negeri Paman Sam, Michael Crichton pernah mengatakan begini, "If you don't know history, then you don't know anything. You are a leaf that does not know it is part of a tree."

Yang artinya, "Jika kamu tidak tahu sejarah, maka kamu tidak tahu apa-apa. Kamu adalah daun yang tidak tahu bahwa itu adalah bagian dari pohon." 

Begitu pentingnya mengenal sejarah, maka tak heran bila pemerintah Kabupaten Purwakarta membangun beberapa museum di pusat kota. Di antaranya adalah Bale Penyawangan Diorama Nusantara, Bale Penyawangan Diorama Purwakarta, Bale Indung Rahayu, dan Galeri Wayang. 

Kami pun diajak mengunjungi beberapa museum itu. Di mulai dari Bale Penyawangan Diorama Nusantara, karena lokasinya tak jauh dari Disporaparbud. Tepatnya ada di Jalan K.K. Singawinata atau dekat dengan Stasiun Purwakarta dan Taman Air Mancur Sri Baduga. 

Bale Penyawangan Diorama Nusantara ini merupakan museum sejarah nusantara yang menyuguhkan informasi kekayaan budaya nusantara dengan cara yang asyik. Pengunjung dijamin tak akan bosan. Ketika masuk, kita dapat belajar tentang peradaban manusia di Indonesia dan perkembangannya dari masa ke masa menggunakan teknologi digital. 

Kita juga bisa berfoto ria, karena museum ini memiliki desain yang modern dan estetik. Kalau kata anak zaman now, setiap sudutnya instragammable. 

Seperti melakukan perjalanan di mesin waktu, selanjutnya kami dibawa ke Bale Indung Rahayu. Museum ini memiliki arti, "Tempat Kemuliaan Ibu." 

Terletak di Jalan RE Martadinata No. 10, museum ini bertutur tentang proses kelahiran manusia dan peran seorang ibu dalam merawat anak-anaknya dengan sentuhan budaya sunda. Kehidupan dan perjalanan hidup manusia di alam sunda ditampilkan secara apik melalui seni relief, lukisan, pahat dan bangunan. 

Seni relief permainan tradisional yang ada di Bale Indung Rahayu.| Dokumentasi pribadi
Seni relief permainan tradisional yang ada di Bale Indung Rahayu.| Dokumentasi pribadi

Bagi pengunjung yang lahir di era 80-an atau 90-an bisa bernostalgia ke masa kanak-kanak. Beberapa seni relief permainan tradisional yang dulu sering kita mainkan, bisa kita lihat di sini. Bahkan kita juga bisa bermain congklak loh... 

Setelah itu, kami menuju ke Galeri Wayang yakni salah satu objek wisata edukasi dan budaya di Purwakarta yang menyajikan beragam koleksi wayang nusantara. Macam wayang yang ditampilkan di galeri ini di antaranya Wayang Betawi, Wayang Capak Cirebon, Wayang Klitir Surabaya, dan Wayang Suket. 

Galeri Wayang yang menampilkan berbagai informasi wayang di Indonesia. | Dokumentasi pribadi
Galeri Wayang yang menampilkan berbagai informasi wayang di Indonesia. | Dokumentasi pribadi

Menikmati Sate Maranggi 

Dolan ke Purwakarta tidak lengkap rasanya jika belum mencicipi Sate Maranggi. Saking khasnya, mudah bagi kita menemukan tempat untuk menikmati makanan satu ini. 

Meski begitu, kali ini kami memutuskan untuk menikmati Sate Maranggi di Kampung Maranggi Plered yang terletak di Kecamatan Plered. Rupanya di sana ada puluhan penjual Sate Maranggi. Tempatnya juga bersih dan nyaman. Lokasinya pun strategis karena dekat dengan Stasiun Plered. 

Puluhan penjual Sate Maranggi ada di Kampung Maranggi Plered, Kecamatan Plered, Purwakarta. | Dokumentasi pribadi
Puluhan penjual Sate Maranggi ada di Kampung Maranggi Plered, Kecamatan Plered, Purwakarta. | Dokumentasi pribadi

Sate Maranggi ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan sate-sate nusantara lainnya. Sate Maranggi dibuat dengan menggunakan daging sapi dan kambing segar, serta disajikan dengan sambal, ketan bakar atau nasi timbal. 

Ternyata rasanya maknyus lezatnya. Tak salah bila kami dibawa ke tempat ini. Selain itu kami juga bisa mencicipi sup daging segar dan menyehatkan karena dipadu dengan sayur-sayuran. 

Melihat Secara Dekat Produksi Keramik

Rupanya Plered tak hanya identik dengan pusat kuliner Sate Maranggi. Di kawasan ini juga terdapat sentra pembuatan keramik yang unik. Setelah puas menikmati Sate Maranggi, kami kemudian dibawa menuju ke sentra pembuatan keramik yang ada di Desa Anjun, Kecamatan Plered. 

Di sana kami dapat melihat berbagai produk keramik lokal dengan berbagai nilai fungsi dan hiasan, seperti cangkir, vas bunga, kendi, celengan hingga perabot rumah tangga. Ternyata kerajinan yang berbahan dasar tanah liat itu diminati oleh pasar mancanegara dan sangat menjanjikan. 

Berbagai produk keramik di Sentra Keramik Plered.| Dokumentasi pribadi
Berbagai produk keramik di Sentra Keramik Plered.| Dokumentasi pribadi

Jujun Junaedi, salah satu staf UPTD Pengembangan Sentra Keramik mengatakan bila keramik-keramik Plered memiliki daya tahan yang sangat kuat. Keramik-keramik itu dapat tahan di berbagai cuaca seperti kemarau, hujan, maupun dingin. 

Pak Jujun membuktikannya dengan membanting dan menginjak sebuah keramik. Ajaibnya keramik itu tidak pecah dan lecet sedikitpun. 

Desain keramik yang dihasilkan juga sangat unik dan apik. Harganya pun terbilang sangat terjangkau. Itulah mengapa, keramik-keramik Plered menjadi primadona bagi pasar mancanegara. 

Menikmati Surga Tersembunyi 

Indonesia negara kaya, menyimpan seribu tempat rahasia: surga indah tak tersentuh nun jauh di pelosok. Begitu juga dengan Purwakarta, terdapat surga tersembunyi yang belum banyak diketahui orang. Adalah Hidden Valley Hills, sebuah resort yang indah bagaikan negeri dongeng di atas awan. Di sini, kami para peserta dapat menyaksikan pemandangan alam yang menakjubkan. 

Hidden Valley Hills dibangun berdasarkan inspirasi yang erat kaitannya dengan Legenda Pasundan, Ikon 7 Pilar Legenda Purba, serta Tugu Belanda Kuno tahun 1898. Tempat ini berada di ketinggian 362 mdpl, yang ketinggiannya sama dengan Gunung Cupu. 

Panorama alam dari Hidden Valley Hills.| Dokumentasi pribadi
Panorama alam dari Hidden Valley Hills.| Dokumentasi pribadi

Awalnya, tempat ini hanyalah hunian pribadi. Karena menarik perhatian wisatawan, hunian yang dibangun pada tahun 2014 ini pun dibuka untuk umum. Ada sejumlah fasilitas yang tersedia, mulai dari penginapan, kolam renang, kafe, hingga meeting room.

Dengan berbagai fasilitas itulah, tempat ini tidak hanya cocok untuk keluarga, tapi juga kerabat, teman, rekan kerja untuk menikmati liburan atau berbagai agenda kantor seperti gathering dan meeting. 

Dari Hidden Valley Hills, kami juga dapat melihat indahnya Waduk Jatiluhur. Kami pun dibawa untuk melihat secara dekat bendungan raksasa di Kabupaten Purwakarta tersebut. 

Karena jalan yang berkelok, terjal dan sempit, kami membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menuju tempat ini. Beruntung, kami tiba tepat saat matahari terbenam, sehingga kami dapat menikmati senja sunyi di surga tersembunyi satu ini. 

Senja sunyi di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.| Dokumentasi pribadi
Senja sunyi di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.| Dokumentasi pribadi

Waduk Jatiluhur berada di Kecamatan Jatiluhur dan sudah dibangun sejak tahun 1957. Waduk ini membendung air Sungai Citarum dan memiliki fungsi utama sebagai irigasi dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Meski begitu, Waduk Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperti hotel dan bungalow, restoran, serta beragam rekreasi air.

Karena saat itu cuaca sangat cerah, kami bisa melihat panorama Gunung Tiga Menara dan Gunung Parang. Siluet senja menghiasi langit makin membuat Waduk Jatiluhur terlihat memukau. 

Kami tak henti berdecak kagum dan berfoto ria mengabadikan setiap momen yang kami lihat. Akhirnya, lelah setelah seharian melakukan perjalanan itu pun terbayar sudah. Kerinduan saya terhadap berkelana pun terbayar tuntas. 

Jadi, #ayomainkepurwakarta. Lupakan sejenak politik yang kusut dan ekonomi yang masih butut. Luangkan waktu untuk membuka agenda dan menyusun rencana vakansi. You only live once, pergilah ke Purwakarta setidaknya sekali dalam seumur hidupmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun