Mohon tunggu...
Sisi Kamila
Sisi Kamila Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Pelancong, penikmat senja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pernikahan Dini dan Ancaman Gizi Buruk di Banten

9 November 2018   23:15 Diperbarui: 6 Desember 2018   14:08 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gizi buruk biasanya terjadi karena rendahnya pendidikan orang tua. bbc.com

Baik perempuan maupun laki-laki harus memiliki konsep berpikir di masa depan. Rumah tangganya mau seperti apa. Khususnya perempuan, bagaimanapun kondisinya, harus melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IDM). "Saat orangtua memberi formula, sudah membunuh anak," katanya. Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat-zat untuk pertahanan tubuh. Ketika anak tidak diberi ASI, sejak itulah risiko penyakit tidak menular seperti kanker dan gangguan jiwa akan muncul.

Calon orang tua, harusnya membekali dirinya dengan edukasi gizi pra nikah. Jangankan di Banten, edukasi pra nikah jarang dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta. Sonia (24) pada November ini akan melangsungkan pernikahan. 

Menjelang pernikahannya ia telah menyiapkan mental, fisik dan keuangan. Pesta pernikahannya akan dilangsungkan secara adat yang membutuhkan dana hingga puluhan juta rupiah. Namun, ia enggan melakukan pemeriksaan kesehatan. "Sesuatu yang diawali dengan niatan baik, akan berakhir dengan baik," ujarnya.

Sonia telah melengkapi persyaratan wajib dan tak wajib dari KUA. Salah satu persyaratan wajibnya adalah mengikuti bimbingan pra nikah. Karena kesibukan sang calon, bimbingan pra nikah akan dilakukan sehari menjelang pernikahan. Begitu juga dialami dengan Kiki (30). Ia menikah pada awal 2017 lalu. Menjelang pernikahan ia tidak memeriksakan kesehatannya ke dokter. Kiki tidak menjalani bimbingan pra nikah. Sebab, Ia sudah meminta kepada KUA, namun sampai hari pelaksanaan akad, KUA tidak menanggapi permintaannya.

Bersyukur kesehatannya tidak terganggu. Bahkan dia hamil beberapa bulan setelah menikah. Ia menjalani aktivitas bekerja dan kuliah magister di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Kiki memilih rumah sakit untuk mengimuniasi anak semata wayangnya. Untuk Makanan Pendamping ASI (MPASI), Kiki tak segan bertanya kepada Dokter Spesialis Anak dan Gizi di rumah sakit langganannya.

Dalam memberantas gizi buruk di Indonesia, Bidan Musyamawah, Titin, dan Kemenkes tak mungkin sendirian. Kita memiliki peran untuk memberantas gizi buruk dimulai dari diri kita sendiri. "Semua itu tidak bisa terdesain begitu saja. Dimulai dari kita. Bicara gizi bicara kita," begitu kata Doddy.

Pada akhirnya, kunjungan ke Lontar harus saya akhiri.

Perlahan mobil yang saya tumpangi meninggalkan Desa Lontar. Anak-anak melambaikan tangannya kepada saya. Desa Lontar semakin jauh dari pandangan. Sepanjang perjalanan hanya satu yang terbayang: anak-anak yang kekurangan gizi. Mungkin upaya untuk meningkatkan kesadaran butuh waktu, meski demikian, saya diam-diam menyimpan harapan tinggi kepada Bu Bidan. Semoga ia betah dan kerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun