Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari plastik. Barang-barang yang kita pakai, seperti baju, sepatu, kacamata, dan gadget yang kita pakai terbuat dari plastik. Senyawa polimer ini telah banyak membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Meskipun banyak manfaat, plastik bisa berbahaya bagi manusia, jika tidak dikelola dengan baik. Plastik yang tidak terpakai, kemudian dibuang sembarangan, bisa mencemari lingkungan. Akibatnya selokan dan badan air akan tersumbat yang pada akhirnya akan menimbulkan bencana banjir.Â
Sampah plastik yang terbuang di laut, akan termakan oleh hewan. Bagi hewan-hewan laut, plastik terlihat seperti makanan. Bau, rasa dan bunyinya pun mirip dengan makanan.
Riset yang dilansir jurnal nature pada 2015, mendapati banyak ikan laut terkontaminasi limbah plastik. Riset tersebut mengambil sampel dari ikan yang dijual oleh pasar-pasar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan California, Amerika Serikat. Hasilnya, ditemukan butiran plastik pada usus Makassar dan serat plastik dengan kadar 80 persen pada ikan California.
Jika hewan laut tersebut dimakan oleh manusia akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat kimia yang terkandung dalam plastik bisa menjadi racun bagi tubuh manusia dan menimbulkan berbagai penyakit serius seperti kanker.
Selain banjir, pengelolaan sampah yang tidak baik di Indonesia juga pernah menyebabkan longsor. Tepatnya 21 Februari 2005, terjadi bencana longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Jawa Barat. Bencana itu menyebabkan sekitar 150 orang meninggal dunia.Â
Mayoritas korban adalah penduduk di sekitar TPA yang bekerja sebagai pemulung. Sebelumnya, di tahun 1992 juga terjadi bencana longsor di TPA Leuwigajah, namun tidak menimbulkan banyak korban seperti tahun 2005. Menyikapi hal tersebut, pemerintah menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Pemerintah berharap peringatan HPSN dapat menjadi momentum untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya prinsip 3R (reduce, refuse, dan recycle) dalam pengelolaan sampah. Sehingga Indonesia bebas sampah di tahun 2020 dapat terwujud.
Tak hanya pemerintah saja yang peduli dengan permasalahan sampah, berbagai organisasi, komunitas, perusahaan swasta juga terus berupaya mengatasi masalah plastik tersebut. Salah satunya adalah PT Tirta Investama (AQUA). Salah satu perusahaan grup Danone ini, telah mengambil inisiatif untuk mengurangi sampah dengan meniadakan plastik segel pada tutup botol, mengurangi berat botol kemasan dan menggunakan material ramah daur ulang.
Suistanable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengungkapkan Danone-AQUA bahkan sudah sejak awal berupaya berkontribusi menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia. "Dimulai sejak 1993, Bapak Tirto Utomo, pendiri Aqua telah membuat program AQUA Peduli di mana perusahaan membeli kembali botol bekas dari konsumen untuk di daur ulang," kata Karyanto dalam acara Bincang #BijakBerplastik di Kinosaurus Jakarta, Jalan Kemang Raya No. 88, Jakarta Selatan, Kamis (18 Oktober 2018).
Dalam mewujudkan komitmen #Bijakberplastik, Danone-AQUA melakukan berbagai kontribusi nyata seperti dengan menginisiasi enam Recycling Business Unit (RBU), serta berkolaborasi dengan beragam mitra melalui berbagai inisiatif dan program yang dilakukan seperti mengembangkan Bank Sampah Induk. "Kami juga berkolaborasi dengan H & M Indonesia untuk mengembangkan Program #Bottlefashion, mengubah sampah botol plastik di Kepulauan Seribu menjadi produk fashion," tuturnya.
Selain itu, Danone-AQUA juga mengajak komunitas-komunitas yang telah terbukti melakukan aksi nyata dalam mengatasi permasalahan sampah plastik. Salah satu komunitas yang terlibat dalam gerakan #BijakBerplastik ialah Divers Clean Action (DCA).
Komunitas DCA berdiri pada November 2015. Swietania Puspa Lestari yang akrab dipanggil Tenia adalah orang yang mencetuskan pertama kali gerakan ini. Berawal dari kegemarannya akan diving atau menyelam, Tenia menjadi tahu bahwa kondisi di bawah laut Indonesia tidak sebersih yang dibayangkan.
Dia kemudian rutin mengambil sampah-sampah tersebut bersama teman-temannya. Sayangnya, masalah sampah tak kunjung terselesaikan. Dia membutuhkan dukungan dari banyak penyelam. Oleh karena itu, ia membentuk DCA.
"Untuk menginspirasi sekitar dalam mencintai lingkungan, bisa di mulai dengan melakukan aksi nyata yang dilakukan oleh kita sendiri," ujar Tenia yang pada saat itu juga hadir dalam acara Bincang #BijakBerplastik.
Tenia bersama komunitas DCA telah melakukan berbagai aksi lingkungan dan mengajak semua orang ikut terlibat. Saat ini jumlah relawan DCA telah mencapai 1500-an orang. Komunitas DCA juga telah berhasil mengajak puluhan komunitas, organisasi, instansi dan pemerintah untuk bergerak bersama-sama mengatasi sampah plastik di laut.
Yuk, Ikut Peduli Sampah Plastik
Permasalahan sampah plastik tidak akan selesai, jika dikerjakan oleh beberapa pihak saja. Butuh keterlibatan semua orang di negeri ini. Seperti sapu, jika hanya terdiri satu lidi saja, akan sulit membersihkan kotoran. Jika terdiri atas banyak lidi maka akan semakin mudah membersihkannya. Yuk, ikut peduli mengatasi permasalahan plastik dengan enam cara ini.
1. Ketika di rumah gunakan saja air kemasan galon
2. Jika bepergian gunakan botol single use
3. Buang Sampah pada Tempatnya
4. Pilah sampah
5. Pikir ulang saat membeli produk plastik
6. Jika pesan katering, tolak penggunaan sendok atau sedotan plastik
Dengan ikut mengurangi penggunaan plastik dan membuangnya pada tempatnya bisa menjadikan bumi ini semakin baik. Kita juga bisa menyelamatkan generasi di masa depan, agar mereka mendapatkan hidup yang lebih baik. Mari #BijakBerplastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H