Mohon tunggu...
Yusna Ilala
Yusna Ilala Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesetiakawanan Djarot Kepada Ahok yang Dimanfaatkan PDI-P

11 Mei 2017   02:32 Diperbarui: 11 Mei 2017   02:55 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumbergambar: netralnews.com

Ahok kedinginan di entah dimana, entah di cipinang entah di markas Brimob. Yang jelas Ahok kedinginan. Djarot, gubernur baru DKI pun sama kedinginan, entah dimana, entah di rumahnya  atau di markas PDIP. Selalu ada korelasi antara keduanya. Namun sayangnya hubungan baik dan setia kawan mereka sekarang ditunggangi oleh PDIP, Partai pendukung keduanya.

Entah siapa yang benar apakah Ahok, Pengadilan, atau Jakasa penuntut umum. Pastinya semua mengklaim berada diatas kebenaran, itulah hidup. Ahok mengklaim dirinya tidak menista, prestasipun bisa dilihat mata. Pesatnya pembangunan Jakarta bisa dilihat kasat mata, walaupun tidak diimbangi dengan pembangunan manusianya. Ditambah lagi tidak meratanya pembangunan, hanya sekelompok kecil saja yang menikmati pembangunan di era Ahok.

Jaksapun sama mengklaim telah bekerja profesional. Bagi jaksa Ahok tidak bisa dikenakan 156a. Jaksa dengan yakin hanya menuntut Ahok 1 tahun dengan masa percobaan 2 tahun. Namun sayang hakim berpendapat lain.

Hakim diluar dugaan menjerat Ahok dengan pasal 156a, dimana menurut jaksa tidak bisa dikenakan. Hakim dengan sangat yakin menilai perbuatan Ahok rtelah memenuhi unsur pidana sebagaimana disebut pasal 156a. Ahok pun divonis 2 tahun penjara.

Ahok, Jaksa, Hakim, itu terus yang menjadi obrolan warung kopi didepan UMJ Jakarta. Obrolan ringan namun kritis saling menanggapi dan saling klaim merasa paling benar pendapatnya. Hanya ada satu orang yang berpendapat lain dari pada yang lain. Dan ini menjadi sangat logis dan masuk akal. PDI-P.

Kenapa muncul PDI-P? Karena PDI-P adalah partai pengusung Ahok di Pilkada. Ups, tapi jangan salah, Ahok dan PDI-P hanyalah hubungan antara Ibu dengan anak angkat. Apalagi Ibu sudah mau pensiun. Didalam masa menuju pensiun itu pasti ada gejolak, entah itu gejolak internal maupun eksternal dari luar partai.

Hubungan yang hanya sebatas anak angkat tentu sangat memungkinkan adanya konflik. Kita tahu Djarot anak asli PDIP sedangkan Ahok aslinya tidak punya partai. Sangat sangat mungkin jika PDI-P menyusun sebuah rencana untuk menjadikan anak aslinya, Djarot sebagai orang nomor satu di DKI. Hal itu terbukti saat ini, Djarot berhasil menduduki Gubernur DKI menggantikan Ahok.

Tentu banyak pembaca yang dulu sebelum Pilkada DKI membaca strategi PDIP. yang saya baca dulu PDI-P mendukung Ahok karena PDI-P tahu kalau Ahok akan menjadi terpidana dan masuk tahanan. Kenapa PDI-P malah mendukung orang yang diyakininya akan masuk tahanan. Tentu karena satu alasan, karena wakil Ahok adalah Djarot. Sesuai peraturan, jika gubernur diberhentikan maka secara otomatis wakilnya naik menjadi gubernur.

PDI-P cerdas membaca ini, dan diputuskanlah untuk mendompleng nama besar Ahok di Pilkada. Tujuannya memang menang, tapi setelah menang Ahok pasti disingkirkan juga. Sayangnya Ahok-Djarot kalah, tapi PDI-P tidak pantang arah. Sudah berjuang mati-matian masa tidak mendapatkan apa-apa. Jerumuskan saja sekalian Ahok sehingga anak asli PDI-P, Djarot bisa naik mejadi gubernur, ya walaupun hanya sementara.

Jadi kesimpulannya menurut saya apapun hasil pilkada DKI, PDIP lah pemenangnya. KEPUTUSAN Ahok divonis 2 tahun sudah diketahui PDI-P jauh-jauh hari. Logikanya, sudah kalah di DKI masa tidak mendapat apa-apa. Dikorbankanlah ahirnya Ahok sehingga ada waktu beberapa bulan kedepan untuk memimpin DKI. Kerelaan memimpin hanya 4 buln kedepanpun ada alasan logisnya. 4 bulan kedepan adalah masa-masa dimana penyusunan anggaran Pemprov DKI untuk satu tahun kedepan, 2018. Ingatkan berapa anggaran pemerintah DKI, Triliunan bos. Sangat menggiurkan bagi partai berlambang banteng yang kadernya banyak dicucuk hidungnya oleh KPK.

Mulai sekarang sudahi perdebatan antara mana yang benar antara hakim, jaksa dan Ahok. Lihatlah realita yang ada bahwa PDIP sekarang berkuasa. Kesetiakawanan pak Djarotpun disangsikan, karena ditunggangi Banteng. Bisa apa Djarot kalau tidak ada banteng. Djarot selalu nurut PDI-P. Maka jangan heran seandainya PDI-P menyuruh Djarot menikam Ahok dari belakang, saya yakin akan dilakukan. Kader PDI-P gitu loh, berani dan militan.

Terahir saya menyampaikan rasa simpati saya buat Ahok. Sayang sekali anda bisa dikadali PDIP. senadainya Ahok amju independen saya yakin malah akan menang. PDI-P hanya memanfaatkan anda pak Ahok. Mohon bersabar pak, ini ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun