Mohon tunggu...
Yusmuliadi
Yusmuliadi Mohon Tunggu... -

cute and smart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untukmu Mutiaraku

14 April 2018   10:39 Diperbarui: 14 April 2018   10:57 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang tanpa disadari , banyak dari peserta didik kita mengalami sesuatu yang tidak kita harapkan. Emosi yang meluap -- luap , hiperaktif dan suka mengganggu temannya , termenung bahkan melamun. Banyak faktor penyebab mengapa hal ini bisa terjadi. Dari pengalaman yang telah penulis alami ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka melakukan tindakan seperti itu. Faktor -- faktor itu adalah :

  • Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua di rumah.Keluarga yang broken home tentu memiliki resiko yang tinggi dalam pembentukan karakter negatif anak. Keadaan keluarga yang tidak harmonis memacu pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan di pikiran mereka sehingga pengalaman buruk yang terjadi di rumah akan terbawa dalam pergaulannya di luar lingkungan keluarga. Si anak akan melampiaskan emosi yang dimilikinya dengan melakukan tindakan -- tindakan yang merugikan teman -- teman di sekelilingnya.
  • Karakter pemalu si anakKarakter pemalu pada anak mengakibatkan anak akan sulit mengungkapkan semua perasaannya dengan bahasa verbal. Si anak akan cenderung diam dengan apapun yang dialaminya baik itu pengalaman menyenangkan apalagi pengalaman yang kurang mengesankan. Yang paling nyaman buat si anak adalah diam dan melamun sebab ia tidak bisa meluapkan isi hatinya karena kadar rasa malunya yang berlebihan.
  • Pengalaman di bully oleh orang -- orang di sekitarnya.Pengalaman di bullyini akan menimbulkan kesan dan pengalaman negatif dalam pikiran si anak. Pengalaman diejek ketika bermain dengan teman -- teman di sekolahnya atau tidak dihargai oleh orang -- orang di sekitarnya akan menimbulkan dampak negatif yang cukup parah bagi perkembangan anak , dan jika ia telah bersekolah akan membuat prestasi yang ia raih akan menurun dengan drastis.
  • Kejenuhan dengan mata pelajaran di sekolah.Menimba ilmu adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh anak dalam memperbaiki masa depannya. Namun jika materi pelajaran yang ia terima tidak variatif , terkesan membosankan , maka akan membuat anak menjadi acuh tak acuh dengan materi yang disajikan guru. Hal ini diperparah dengan adanya suasana kelas yang kurang kondusif , ribut atau suasana yang kurang terkendali maka akan membuat anak menjadi pribadi yang labil , mudah terpancing emosinya , dan tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.

 Mungkin banyak faktor lain yang tidak penulis sebutkan namun keempat faktor itu memang sering terjadi dan dialami oleh siswa. Perlu tindakan yang cepat dan khusus untuk mengatasi hal tersebut. Karena jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan masalah yang membahayakan perkembangan jiwa anak. Jika ia telah bersekolah maka banyak hal yang kurang baik dalam perjalanannya meraih cita -- cita. Dampak negatif yang bisa muncul di antaranya :

  • Prestasi akademik yang terus menurun.
  • Hilangnya rasa simpati dan empati dengan  apa yang ia lihat , ia dengar dan ia alami.
  • Untuk meluapkan emosi yang ia miliki , ia akan cenderung melampiaskan dengan mengganggu teman -- temannya , baginya jika ada yang menangis atau suasana kelas menjadi gaduh karena ulahnya justru ia menjadi puas.

Untuk mengatasi hal itu dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus mampu mensinergikan hal ini dengan pihak lain. Kerja sama dengan komite sekolah , orang tua siswa ( paguyuban kelas ) , dan pihak -- pihak lain yang berkaitan langsung dengan perkembangan program di sekolah. 

Salah satu yang bisa dilakukan sekolah adalah dengan melakukan Bimbingan Konseling bagi siswa -- siswa yang mengalami hal itu. Sayangnya , guru -- guru di Sekolah Dasar yang notabene adalah guru kelas tidak memiliki kemampuan khusus dalam hal ini. Jika pun memiliki bekal tentang konseling maka apa yang ia peroleh tidaklah banyak dan masih sangat kurang dalam mengatasi hal tersebut. 

Namun hal ini bisa diatasi dengan menjalin kerja sama dengan pihak -- pihak lain yang memang berkompeten. Kerja sama itu bisa dilakukan dengan pihak perguruan tinggi dengan mengundang mahasiswa-mahasiswa jurusan Psikologi , pihak  rumah sakit atau puskesmas atau menjalin kerja sama dengan pihak -- pihak yang menangani hal itu secara khusus.

Berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan oleh institusi tempat penulis bekerja maka pihak sekolah dalam hal ini SDN 024772 Kec. Binjai Timur Kota Binjai menjalin kerja sama dengan :

  • Sekolah Dasar Luar  Biasa yang telah ditunjuk.Kerja sama dengan pihak SDLB ini sangat penting dilakukan untuk menangani siswa -- siswa dengan kebutuhan khusus yang ada di sekolah seperti hiperaktif , tuna rungu , tuna wicara , tuna daksa dan lain -- lain. Dengan ditangani oleh guru-guru SDLB yang berkompeten maka perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus dapat terpantau dengan baik. Hal ini dimungkinkan karena umumnya guru-gurunya telah dibekali ilmu Bimbingan Konseling yang lebih baik dan mumpuni.
  • Aliansi Penulis Literasi Kota BinjaiMenulis adalah kegiatan menuangkan hal apapun baik pikiran , dan perasaan yang dialami dalam bentuk tulisan. Hal ini sangat baik digunakan bagi siswa -- siswa yang selama ini mengalami kejadian -- kejadian yang kurang menyenangkan sehingga mengakibatkan ia menjadi pemalu , pemurung , dan acuh tak acuh sehingga mereka tidak mampu menyatakan apa yang ia rasakan dengan bahasa verbal. Dengan menulis maka siswa dilatih untuk menuangkan apapun yang ia alami dalam bentuk tulisan atau gambar. Dengan latihan menulis yang terus menerus dengan didampingi guru yang berkompeten maka diharapkan siswa akan mampu merubah dirinya menjadi lebih aktif , lebih rajin , dan lebih bermanfaat buat lingkungan sekitarnya.

Bagaimanapun peserta didik kita adalah mutiara -- mutiara yang diamanahkan kepada kita untuk memajukan bangsa dan negara ini. Mutiara -- mutiara itu harus terus kita asah dan kita dampingi untuk mencapai cita -- cita yang ia inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun