Mohon tunggu...
Yusmidar
Yusmidar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang ingin mengembangkan diri dengan mencari informasi dan memberi informasi kepada teman-teman. Saya sangat menyukai hal-hal baru .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PTK Upaya Meningkatkan Minat Belajar PAI di SDN 003 Bagan Hulu Melalui Metode Pembelajaran Talking Sticks

2 Februari 2025   11:30 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:28 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


 

ABSTRAK


     Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik kelas 4 SDN 003 Bagan Hulu dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui penerapan strategi pembelajaran Talking Stick. Latar belakang penelitian ini menunjukkan rendahnya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI, yang menyebabkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran terbatas dan cenderung pasif. Hal ini menghambat pemahaman yang mendalam terhadap materi ajar.

              Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tiga siklus yang mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu?
b. Apakah penerapan strategi pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu?

              Metode penelitian melibatkan implementasi strategi Talking Stick dalam pembelajaran PAI, dengan pengumpulan data melalui observasi, Angket, dan tes tertulis. Data dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk menilai peningkatan minat belajar peserta didik. Peningkatan minat belajar diukur melalui observasi kelas yang menunjukkan lebih banyak peserta didik yang aktif berpartisipasi, serta hasil tes yang mengindikasikan pemahaman yang lebih baik terhadap materi PAI.

              Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam minat belajar peserta didik setelah penerapan strategi Talking Stick. Pada siklus pertama, sekitar 55% peserta didik aktif dalam pembelajaran, sementara pada siklus kedua meningkat menjadi 75%, dan pada siklus ketiga mencapai 90%. Peserta didik lebih antusias berpartisipasi dalam diskusi kelas, lebih sering mengajukan pertanyaan, dan menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi PAI. Selain itu, tanggapan peserta didik terhadap metode ini sangat positif, dengan peningkatan motivasi belajar yang jelas terlihat selama pembelajaran.

              Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan efektif dalam meningkatkan minat belajar peserta didik, khususnya pada mata pelajaran PAI. Temuan ini juga memberikan panduan bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih menyenangkan dan membangkitkan semangat belajar peserta didik.

Kata kunci: Minat Belajar, Pendidikan Agama Islam, Metode Talking Stick.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD) memegang peranan penting dalam membentuk karakter peserta didik, selain sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai agama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama dari pembelajaran PAI adalah agar siswa tidak hanya mengetahui ajaran agama Islam, tetapi juga mengamalkannya dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu, pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya fokus pada pemahaman teori semata, tetapi juga membangun kesadaran siswa tentang pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

            Namun demikian, terdapat masalah yang seringkali ditemui dalam pembelajaran PAI di sekolah dasar, khususnya di SDN 003 Bagan Hulu, yaitu rendahnya minat belajar peserta didik terhadap pelajaran PAI. Minat belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, karena ketika siswa memiliki minat yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran, mereka akan lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih termotivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Sebaliknya, rendahnya minat belajar akan menghambat proses pembelajaran, menyebabkan peserta didik tidak tertarik, kurang berpartisipasi aktif, dan akhirnya berpengaruh negatif pada pencapaian hasil belajar mereka.[1]

            Berdasarkan pengamatan awal di kelas IV SDN 003 Bagan Hulu, ditemukan bahwa sebagian besar siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PAI. Siswa tampak pasif dan lebih memilih untuk tidak terlibat aktif dalam diskusi maupun tanya jawab terkait materi pelajaran. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam aspek motivasi dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Salah satu faktor penyebab rendahnya minat belajar ini adalah metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa. Sebagian besar pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah yang tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi secara langsung dengan guru atau teman-temannya.[2]

       Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dewi Sasmita Pasaribu (2017), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, antara lain faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terkait dengan situasi dan kondisi di luar diri siswa, seperti metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru, lingkungan belajar, dan hubungan sosial antara siswa dengan guru maupun teman sekelas. Faktor internal berkaitan dengan kondisi psikologis siswa, seperti motivasi, sikap, dan minat pribadi terhadap suatu mata pelajaran.

            Dalam konteks SDN 003 Bagan Hulu, faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam kelas. Metode yang masih sering digunakan oleh guru adalah ceramah yang cenderung membosankan dan tidak memicu partisipasi aktif siswa. Selain itu, suasana kelas yang kurang interaktif dan terbatasnya kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi juga menjadi faktor yang memperburuk minat belajar mereka. Padahal, siswa perlu diberi kesempatan untuk berinteraksi, berbagi pendapat, dan mendiskusikan materi yang sedang dipelajari agar mereka lebih memahami dan mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan mereka.

Sementara itu, faktor internal, seperti motivasi siswa, juga mempengaruhi minat belajar mereka. Jika siswa merasa tidak termotivasi, mereka akan cenderung merasa malas atau enggan mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat belajar siswa, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi mereka agar lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran.

            Untuk mengatasi masalah rendahnya minat belajar, salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang variatif dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang efektif adalah strategi Talking Sticks. Talking Sticks adalah metode pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam diskusi kelompok dengan menggunakan tongkat sebagai tanda giliran berbicara. Dengan strategi ini, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya tanpa ada yang mendominasi percakapan.

            Suprijono (2013) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif, seperti Talking Sticks, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Metode ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama, mendengarkan pendapat teman-temannya, dan mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum. Hal ini juga dapat meningkatkan interaksi antara siswa dan guru, serta antara siswa dengan teman-temannya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar mereka.[3]

            Dengan melihat keunggulan-keunggulan strategi Talking Sticks, penerapan metode ini dalam pembelajaran PAI di SDN 003 Bagan Hulu diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan melibatkan siswa dalam diskusi aktif, mereka akan merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode ini juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka, seperti berbicara di depan umum, mendengarkan dengan baik, dan bekerja sama dalam kelompok.

            Penerapan strategi Talking Sticks dapat membantu siswa memahami materi PAI dengan lebih baik karena mereka diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan memperjelas pemahaman mereka tentang materi agama. Hal ini tentu saja akan berdampak positif pada peningkatan minat belajar mereka.

 

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah 

 

            Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV di SDN 003 Bagan Hulu dan hanya pada mata pelajaran PAI, tanpa memperluas ke mata pelajaran lain. Fokus utama penelitian ini adalah menganalisis efektivitas penggunaan metode Talking Sticks dalam meningkatkan minat belajar siswa selama proses pembelajaran PAI.

2. Rumusan Masalah

              Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran Talking Sticks dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu?

b. Apakah penerapan strategi pembelajaran Talking Sticks dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu?

C. Tujuan Penelitian 

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi pembelajaran Talking Sticks dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu

2. Untuk menilai peningkatan minat belajar siswa terhadap pelajaran PAI setelah penerapan strategi Talking Sticks di SDN 003 Bagan Hulu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis:

  a. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dan pengetahuan mengenai strategi pembelajaran yang efektif, khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang mengkaji penggunaan strategi pembelajaran interaktif untuk meningkatkan minat belajar siswa.

 

b. Menambah wawasan tentang model pembelajaran interaktif seperti Talking Sticks yang dapat diterapkan pada berbagai konteks pendidikan, khususnya di sekolah dasar.

 

2. Manfaat Praktis:

 

a. Bagi Guru: Memberikan wawasan baru bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 003 Bagan Hulu mengenai strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran PAI. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.

 

b. Bagi Siswa: Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, khususnya dalam mata pelajaran PAI. Dengan metode yang lebih interaktif, siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran, yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan pemahaman materi dan hasil belajar mereka.

  


BAB II

Kerangka Teori

 

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

             Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.[4] Minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan. Dilihat dari pengertian Etimologi, minat berarti perhatian, kesukaan (kecenderungan) hati kepada suatu kegiatan. Sedangkan menurut arti Terminologi minat berarti:  

 a.  Minat adalah keinginan yang terus menerus untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu. Minat dapat menimbulkan semangat dalam melakukan kegiatan agar tujuan dari pada kegiatan tersebut dapat tercapai. Dan semangat yang ada itu merupakan modal utama bagi setiap individu untuk melakukan suatu kegiatan.[5] 

   b. Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Minat jga menentukan suatu sikap yang menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan. 

c. Minat adalah kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang.

             Adapun pengertian minat menurut para ahli diantaranya adalah :

1. Menurut Gagne, minat adalah keadaan psikologis yang mendorong seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan lebih lanjut dalam bidang tertentu. Minat menurut Gagne dapat dilihat sebagai sebuah dorongan internal yang muncul ketika individu merasa tertarik pada sesuatu yang baru dan ingin mengeksplorasinya lebih dalam. Keinginan untuk belajar lebih banyak menjadi indikator adanya minat yang tinggi terhadap suatu topik atau aktivitas.[6]

 

2. Supratiknya menjelaskan bahwa minat merupakan kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian lebih pada suatu objek atau kegiatan yang menarik baginya. Ketertarikan yang muncul ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih aktivitas yang ingin dilakukan. Supratiknya juga menekankan bahwa minat memiliki peran penting dalam meningkatkan partisipasi aktif seseorang dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat tersebut.[7]

       Berpijak dari definisi di atas dapatlah ditarik kesimpulan, yaitu: 1) Minat mempunyai hubungan yang erat dengan kemauan, aktifitas, serta perasaan dan didasari dengan pemenuhan kebutuhan. 2) Kemauan, aktifitas serta perasaan senang tersebut memiliki potensi yang memungkinkan individu untuk memilih, memperhatikan sesuatu yang datang dari luar dirinya sehingga individu yang bersangkutan menjadi kenal dan akrab dengan obyek yang ada. 3) Minat adalah kecenderungan jiwa yang sifatnya aktif.

             Kata belajar berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Croanbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

             Belajar (learning) seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[8]

             Jadi yang dimaksud dengan minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar  yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu. Memahami kebutuhan anak didik dan melayani kebutuhan anak didik adalah salah satu upaya membangkitkan minat anak didik.

             Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang di pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Menurut Ahmadi A dan Supriyono  tidak adanya minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran. Dari beberapa definisi di atas dapat menyimpulkan bahwa Minat tidak di bawa sejak lahir, minat terhadap belajar merupakan keterkaitan individu terhadap siswa yang menyebabkan cara belajar lebih mudah dan cepat. Oleh karena itu menumbuhkan minat belajar pada diri siswa sangat penting.

 

2. Ciri-Ciri Minat Belajar

             Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus. Sehingga siswa dalam hal ini akan merasa untuk memperhatikan secara terus- menerus karena siswa mempunyai ketertarikan akan sesuatu yang dipelajarinya. Misal: siswa akan selalu ingat dengan materi pelajaran yang disampaikan guru.

b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. Jika siswa suka/ senang dengan sutu pelajaran maka siswa akan mempunyai minat yang lebih untuk mempelajari pelajaran tersebut.

c. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. Jika siswa sudah berminat terhadap pelajaran tentunya siswa akan mengulangi terus- menerus sampai siswa menguasai dan faham dengan pelajaran tersebut.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya. Jika siswa mempunyai minat akan belajar maka akan ada dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan hal yang diminatinya daripada hal yang lain.

 e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Pada diri setiap individu pasti memiliki minat pada hal/ belajar yang besar.tentunya dalam kehidupan sehari-hari minat tersebut akan mendorong individu untuk melakukan aktivitas dan kegiatan yang diminatinya.

 

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

             Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada dari luar individu.

 

             Dibawah ini akan dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar tersebut:

a. Faktor Internal, yang meliputi:

1)  Kesehatan

                   Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya terganggu, dapat mengakibatkan lelah, tidak bergairah, dan tidak semangat untuk belajar. Oleh karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik fisik maupun mental.

2 ) Perhatian

                            Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. Bisa juga diartikan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar siswa berminat dalam belajar, guru berusaha memberikan bahan atau materi pelajaran yang menarik perhatian. Salah satu usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran.

3) Kesiapan

                    Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar.

4) Bakat atau Intelegensi

                  Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa akan datang. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar. Bakat bisa mempengaruhi belajar, jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya jika seseorang intelegensinya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.

 

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Keluarga

                   Minat belajar siswa juga bisa dipengaruhi oleh keluarga. Berikut ini akan diuraikan macam-macam faktor keluarga:

 

 a) Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjoyo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya akan berpengaruh pada semangat belajar anak. Mendidik anak tidak baik jika terlalu dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu perlu adanya bimbngan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua yang sangat berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.

b)  Suasana Rumah Suasana rumah yang dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh dan ramai tidak memberikan ketenangan pada anak yang belajar. Untuk memberikan motivasi yang mendalam pada anakanak perlu diciptakan suasanan rumah yang tenang, tentram dan penuh kasih sayang agar anak dapat berkonsentrasi dalam belajar.

c) Keadaan Ekonomi Keluarga Dalam kegiatan belajar, seorang anak memerlukan sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti buku, alat tulis, dan sebagainya. Jadi keadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor yang mempengaruhi minat anak dalam belajar.

 

 b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa mencakup hal-hal sebagai berikut:

 

1) Metode Mengajar

                    Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik, dalam artian guru kurang menguasai materi-materi pelajaran, kurang persiapan, atau guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran (monoton), semua ini bisa berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar siswa. Oleh karena itu untuk meningkatkan minat belajar siswa, guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat dan efektif, yakni dengan dilakukannya ketrampilan variasi dalam menyampaikna materi.

 2) Kurikulum

                   Kurikulum mencakup kegiatan dan bahan ajar yang harus sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik. Kurikulum yang terlalu padat atau tidak relevan dapat menghambat minat belajar.

 3) Faktor mayarakat

      Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa, berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhinya:

 

a) Kegiatan dalam masyarakat Disamping belajar, anak juga mempunyai kegiatankegiatan lain diluar sekolah. Kegiatan-kegiatan luar sekolah juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Bila kegiatan dilakukan terlalu berlebihan bisa menurunkan minat belajar siswa karena siswa telanjur senang dengan kegiatan di masyarakat tersebut. Maka dari itu, peran orang tua diperlukan untuk lebih memperhatikan kegiatan anak-anaknya agar tidak hanyut dalam kegiatankegiatan yang tidak menunjang belajar anak.

 b) Teman bergaul Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Jika teman bergaulnya baik maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak. Begitu juga sebaliknya. Sebaiknya orang tua memperhatikan pergaulan anak-anaknya.

 

B. Talking Sticks

 

1. Pengertian Talking Sticks

      Model pembelajaran Talking Stick adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan alat bantu berupa tongkat untuk mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode ini dirancang untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik, memotivasi mereka untuk belajar, serta melatih keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat.

      Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat (Ridwan: 2012)

          Strategi pembelajaran Talking Sticks merupakan salah satu metode yang dapat membantu meningkatkan minat belajar siswa. Trianto mengatakan bahwa  Strategi Talking Stick sangat membantu dalam membangun suasana belajar yang interaktif. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga belajar bekerja sama dan berkomunikasi.[9] Dalam metode ini, siswa diberikan kesempatan untuk berbicara secara bergiliran, menggunakan tongkat atau alat lain sebagai penanda giliran. Strategi ini mendorong partisipasi aktif siswa, karena setiap siswa merasa memiliki kesempatan yang adil untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan cara ini, siswa yang sebelumnya cenderung pasif dan tidak tertarik dapat terdorong untuk lebih aktif terlibat dalam pembelajaran.[10] Talking Stick membantu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan melibatkan siswa secara langsung. Melalui metode ini, siswa diajak untuk:

 

Berperan Aktif: Semua siswa mendapat giliran untuk berbicara

 

Mengembangkan Kepercayaan Diri: Giliran berbicara mendorong siswa untuk menyampaikan ide atau jawaban, yang memperkuat rasa percaya diri.

 

Menikmati Pembelajaran: Suasana belajar yang interaktif dan melibatkan alat bantu seperti tongkat menciptakan pengalaman belajar yang tidak monoton.

 

            Salah satu manfaat utama dari metode Talking Sticks adalah bahwa metode ini menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi mereka juga secara aktif terlibat dalam proses penyampaian informasi. Vygotsky  dalam teori konstruktivismenya menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif membantu memperkuat pemahaman dan motivasi siswa.

 

2. Langkah-langkah Melaksanakan Model Talking Sticks

 

a. Persiapan Materi

 

- Guru mempersiapkan materi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

- Materi bisa berupa pertanyaan, permasalahan, atau poin-poin penting yang akan menjadi bahan diskusi.

 - Guru menyesuaikan tingkat kesulitan materi dengan kemampuan peserta didik.

b. Penyampaian Materi

- Guru menyampaikan materi secara singkat dan jelas kepada seluruh peserta didik.

- Penyampaian dapat dilakukan melalui penjelasan lisan, media visual (seperti PowerPoint), atau alat bantu lainnya.

 - Guru memastikan semua peserta didik memahami gambaran umum materi yang akan dibahas.

 c. Pembuatan Kelompok

- Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (4--6 orang per kelompok).

 - Setiap kelompok diberikan satu tongkat atau alat sejenis yang akan digunakan dalam kegiatan.

 - Guru memastikan setiap kelompok memiliki komposisi anggota yang merata berdasarkan kemampuan.

 d. Pemberian Tugas

 - Guru memberikan tugas berupa pertanyaan, masalah, atau studi kasus kepada setiap kelompok.

 - Tugas ini memerlukan kontribusi dari seluruh anggota kelompok untuk mempersiapkan jawaban atau solusi.

 - Peserta didik diminta untuk mempelajari dan mendalami materi secara mandiri sebelum kegiatan dimulai.

 e. Pengoperan Tongkat

 - Tongkat dioperkan secara bergilir di dalam kelompok atau antar kelompok.

 - Peserta didik yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan, menjelaskan materi, atau memberikan pendapat.

 - Jika peserta didik tidak bisa menjawab, tongkat diberikan kepada peserta lain di kelompok yang sama.

 f. Evaluasi dan Diskusi

 - Guru memfasilitasi diskusi bersama untuk membahas jawaban dari masing-masing kelompok.

 - Guru memberikan klarifikasi, umpan balik, dan tambahan informasi jika diperlukan.

 - Diskusi ini bertujuan untuk memperbaiki dan memperkuat pemahaman peserta didik.

 g. Kesimpulan dan Penutup

 - Guru mengajak peserta didik untuk menarik kesimpulan bersama dari materi yang telah dipelajari.

 - Guru memberikan penegasan terhadap poin-poin penting yang menjadi inti pembelajaran.

 - Kegiatan diakhiri dengan refleksi atau pertanyaan penutup untuk memastikan semua peserta didik memahami materi.

 

C. Penelitian Terdahulu

 1. Wulandari, A., & Mahmud, A. (2020), "Pengaruh Metode Talking Stick terhadap Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama". Penelitian ini mengkaji pengaruh metode Talking Stick terhadap minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Penelitian ini menemukan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan metode Talking Stick menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam minat belajar mereka. Metode ini berhasil menciptakan suasana yang lebih dinamis dan interaktif, yang membuat siswa lebih bersemangat dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia.

 

2. Darlrini (2016) dalam penelitian berjudul "Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick" mengidentifikasi masalah rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Hal ini disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang terlalu berfokus pada ceramah dan kurang interaktif. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam bertanya, berdiskusi, dan meningkatkan motivasi belajar mereka, sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelas.

 

3.Nurhayati, S. (2021). "Efektivitas Metode Talking Sticks dalam Pembelajaran IPA di SD." Penelitian ini menunjukkan bahwa Talking Sticks meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA dengan cara yang menyenangkan.

 

4. Dewi Sasmita Pasaribu (2017), "Upaya Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika  Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X Sman 10 Muaro Jambi ". [11]Pada penelitian ini menunjukkan bahwa permainan talking sticks dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini berdasarkan hasil angket minat belajar siswa    terhadap  pelajaran  fisika  yang  telah  di dapatkan,  pada  siklus  III  terjadi  peningkatan yaitu  dari  jumlah  skor  jawaban  seluruh  siswa 1975 menjadi 2112 atau rata -- rata skor siswa di siklus II yaitu 59,85 menjadi 64 atau berada pada kategori Minat.

 

5. Ahmad Izza Muttaqin, DKK (2021), Implementasi Metode Talking Stick  Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Vii  Pada Mata Pelajaran Pai Di Smp Merdeka Sumbersari Srono". Dalam penelitian ini menyatakan bahwa Kegiatan pembelajaran   dengan   menerapkan   metode   tersebut   berjalan   dengan   efektif sehingga  mengembangkan  kemampuan  minat  belajar  siswa.  Hal  ini  dibuktikan  dengan siswa yang cenderung lebih aktif, dan suasana di dalam kelas menjadi lebih hidup  serta  banyak  siswa  yang  merasa  senang  saat  mengikuti  kegiatan  belajar mengajar. Dengan kegiatan pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sehingga ketertarikan  siswa  pada  suatu  kegiatan  pembelajaran  akan  sangat  berpengaruh terhadap meningkatnya minat belajar siswa.[12]

 

6. Prasetyo, A. (2020). "Pengaruh Metode Talking Stick terhadap Kemampuan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris." Penelitian ini menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam Bahasa Inggris dengan metode Talking Sticks.

 

7. Fitriani, M. (2018), "Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa". Penelitian ini meneliti bagaimana metode Talking Stick memengaruhi keterampilan sosial siswa di SD. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dalam kemampuan siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan teman sekelas.[13]

 

8. Primawati (2017), "Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Mengunakan Metode Talking Stick". Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penerapan metode pembelajaran talking stick pada mata diklat menjelaskan proses dasar teknik mesin kelas X TPM SMK Muhammadiyah 1 Padang disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar antara siklus I dan siklus II. Pada siklus I aktivitas belajar mencapai 62,2% dan pada siklus II aktivitas belajar mencapai 81,03%.[14]

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A. Jenis Penelitian

                   Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas melalui serangkaian tindakan yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam siklus-siklus berulang. Siklus berulang dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus dalam beberapa tahap, dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan efektivitas tindakan yang diterapkan. Proses ini mengikuti alur yang sistematis, biasanya melibatkan empat langkah utama: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

B. Variabel Penelitian

 Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

 1. Variabel Dependen

          Variabel dependen adalah variabel yang terpengaruh atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam konteks ini, variabel dependen adalah hasil yang diharapkan dari penggunaan strategi Talking Stick yaitu berkaitan dengan minat belajar siswa. Minat belajar siswa merupakan variabel utama yang ingin ditingkatkan dengan penerapan strategi Talking Stick. Minat belajar siswa dapat diukur melalui:

 a. Tingkat partisipasi aktif siswa dalam diskusi.

 b. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.

 c. Perasaan puas siswa terhadap pembelajaran yang mereka alami.

 d. Keinginan siswa untuk lebih mendalami materi setelah menggunakan strategi ini.

 

2. Variabel Independen

          Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan perubahan pada variabel dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan strategi Talking Stick, Strategi ini dirancang untuk meningkatkan interaksi dan keterlibatan siswa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan minat mereka dalam belajar.

 

C. Populasi dan Sampel

          Populasi dalam penelitian ini mencakup semua siswa kelas IV SDN 003 Bagan Hulu, yang terdiri dari 26 siswa. Untuk menentukan sampel, digunakan teknik sampel total, di mana seluruh siswa kelas IV dijadikan sampel penelitian, karena jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan metode atau strategi tertentu yang dievaluasi secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, semua siswa dalam kelas ini akan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Talking Sticks, yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar mereka, khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

          Dengan menggunakan teknik sampel total, penelitian ini dapat menghasilkan data yang lebih komprehensif dan menggambarkan dampak langsung penerapan metode tersebut pada seluruh siswa di kelas IV. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi dengan lebih mendalam bagaimana metode Talking Sticks dapat mempengaruhi partisipasi siswa, motivasi mereka, dan pemahaman dalam mengikuti pembelajaran PAI.

 

D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

          Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori utama, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kuantitatif adalah data yang berupa angka yang dapat diukur dan dihitung. Dalam penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk mengukur minat belajar siswa dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan strategi Talking Sticks.

 1) Minat belajar siswa diukur menggunakan angket yang diisi oleh siswa sebelum dan setelah penerapan strategi.

 2) Hasil belajar siswa diukur dengan tes yang diberikan setelah pembelajaran untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pendidikan Agama Islam (PAI) terkhusus pada materi menyambut usia baligh.

              Adapun data Kualitatif bersifat deskriptif, menggambarkan fenomena yang terjadi di kelas secara mendalam. Data ini digunakan untuk menggali lebih jauh mengenai proses, pengalaman, serta persepsi siswa dan guru terkait penerapan strategi Talking Sticks. Data kualitatif diperoleh melalui observasi.

 

2. Sumber Data. Data diperoleh dari observasi kelas, angket minat belajar dan hasil tes ujian .

 3. Teknik Pengumpulan Data

          Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai teknik untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, sebagai berikut:

 a. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya pembelajaran, termasuk interaksi antara guru dan siswa serta tingkat partisipasi siswa dalam penggunaan metode Talking Sticks. Observasi ini memberikan gambaran mengenai perubahan sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran.

 b. Angket minat belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran, baik sebelum maupun setelah penerapan metode Talking Sticks. Angket ini memberikan wawasan tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran dan bagaimana perasaan mereka selama proses belajar.

 c. Tes ujian dilakukan untuk menilai sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan setelah penggunaan metode tersebut. Hasil dari tes ini memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi PAI dan apakah ada peningkatan dalam hasil belajar mereka setelah penerapan metode Talking Sticks.

 

E. Teknik Analisis 

 1. Analisis Kuantitatif: Menghitung rata-rata skor angket minat belajar siswa untuk mengetahui perubahan minat belajar sebelum dan setelah penerapan strategi.

 2. Analisis Kualitatif: Menyusun hasil observasi untuk menggambarkan perubahan dalam sikap dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

 



BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

             Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik kelas IV SDN 003 Bagan Hulu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui strategi pembelajaran Talking Sticks. Strategi ini dipilih karena mampu menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, dan melibatkan seluruh peserta didik. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus, masing-masing terdiri dari lima tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi, dan revisi.

1. SIKLUS I

a. Perencanaan Tindakan

1) Tujuan: Mengenalkan metode Talking Sticks untuk meningkatkan minat belajar peserta didik.

2) Subjek Penelitian: Peserta didik kelas IV SDN 003 Bagan Hulu dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 orang.

3) Metode Pengumpulan Data:

- Observasi: Untuk memantau keterlibatan peserta didik selama pembelajaran.

- Tes: Untuk mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.

- Angket: Untuk mengukur persepsi dan respon peserta didik terhadap metode Talking Sticks.

4) Metode Pembelajaran: Strategi Talking Sticks yang dirancang untuk mendorong partisipasi aktif peserta didik.

5) Materi Pembelajaran: Materi PAI dengan tema "Menyambut Usia Baligh" yang relevan dengan perkembangan peserta didik.


b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-Langkah Pembelajaran:

1) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil secara acak untuk memastikan keberagaman.

2) Setiap kelompok diberikan tongkat (Talking Stick) yang digunakan secara bergilir. Peserta didik yang memegang tongkat akan menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat.

3) Guru memandu diskusi kelompok, memberikan pertanyaan pemantik, dan memastikan semua peserta didik mendapat kesempatan untuk berbicara.

4) Guru memberikan bimbingan tambahan dan mengevaluasi proses diskusi kelompok untuk menilai pemahaman peserta didik.


c. Pengamatan

                                    Pada siklus pertama, peserta didik diberikan materi dengan metode Talking Sticks untuk pertama kalinya. Hasil observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Ditemukan bahwa:

- Sebagian peserta didik antusias dan tertarik dengan metode baru ini.

- Beberapa peserta didik tampak bingung dengan mekanisme Talking Sticks, sehingga belum dapat berpartisipasi secara optimal.

- Terjadi ketimpangan dalam keterlibatan, di mana peserta didik yang lebih percaya diri mendominasi diskusi.

TABEL HASIL BELAJAR PADA SIKLUS INI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING STICKS  SEBAGAI BERIKUT : 

No

Nama Peserta Didik

Nilai

Keterangan

1

Alfian

75

Tuntas

2

Arwana Saputra

60

Tidak Tuntas

3

Assyfa Rasmi

65

Tidak Tuntas

4

Dona Agustina

80

Tuntas

5

Fairel Febrizio

85

Tuntas

6

Faris Ramadan

55

Tidak Tuntas

7

Fazila Rafania

70

Tuntas

8

Febrina

65

Tidak Tuntas

9

Ferdi Irwansyah

60

Tidak Tuntas

10

M. Fauzan

80

Tuntas

11

M. Willy

75

Tuntas

12

M. Zam-Zami

50

Tidak Tuntas

13

Mirya Dian Sari

70

Tuntas

14

Muhammad Arkan

65

Tidak Tuntas

15

Muhammad Arazka

55

Tidak Tuntas

16

Muhammad Ilham

80

Tuntas

17

Nadifa

60

Tidak Tuntas

18

Nadiva Rahmadani

85

Tuntas

19

Natasya H

65

Tidak Tuntas

20

Nasyla A

70

Tuntas

21

Novia Risky

55

Tidak Tuntas

22

Putri Hanifah

80

Tuntas

23

Putri Kanaya

85

Tuntas

24

Ramadani

75

Tuntas

25

Sri Tri Wirdani

65

Tidak Tuntas

26

Wahyu Adib

60

Tidak Tuntas

Rata-rata Nilai: 68,46

Ketuntasan Belajar: 55% (14 dari 26 peserta didik tuntas)


d. Refleksi

               Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta didik membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Guru menyadari perlunya memberikan penjelasan lebih rinci dan latihan tambahan agar peserta didik lebih memahami metode ini.


e. Revisi

Guru memutuskan untuk:

1. Meningkatkan kejelasan instruksi melalui simulasi penggunaan Talking Sticks sebelum pembelajaran dimulai.

2. Menambahkan latihan kelompok kecil untuk membiasakan peserta didik dengan metode ini.

3. Memberikan contoh konkret tentang bagaimana cara penggunaan Talking Sticks dalam diskusi.


2. Siklus II


a. Perencanaan Tindakan

1)Tujuan: Memastikan seluruh peserta didik terlibat aktif dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi.

2) Metode Pembelajaran: Metode Talking Sticks dengan variasi aktivitas, seperti membuat pertanyaan antarkelompok untuk meningkatkan interaksi.

3) Materi Pembelajaran: Materi PAI yang lebih mendalam dengan fokus pada diskusi yang melibatkan peserta didik secara aktif.


b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-Langkah Pembelajaran:

1. Guru menyusun aktivitas diskusi di mana setiap kelompok diminta membuat pertanyaan berdasarkan materi yang telah dipelajari.

2. Kelompok saling bertukar pertanyaan dan menjawab secara bergiliran menggunakan tongkat.

3. Guru memfasilitasi diskusi dengan memberikan panduan dan masukan untuk setiap jawaban yang diberikan.

4. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok dan individu yang menunjukkan keterlibatan aktif selama pembelajaran.


c. Pengamatan

      Hasil observasi menunjukkan: 1) Hampir seluruh peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, 2) Suasana kelas menjadi lebih hidup, dengan antusiasme tinggi dari peserta didik, 3) Diskusi antarkelompok berjalan dinamis, dan peserta didik mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

TABEL HASIL BELAJAR PADA SIKLUS II INI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING STICKS  SEBAGAI BERIKUT : 

No

Nama Peserta Didik

Nilai

Keterangan

1

Alfian

80

Tuntas

2

Arwana Saputra

75

Tuntas

3

Assyfa Rasmi

70

Tidak Tuntas

4

Dona Agustina

85

Tuntas

5

Fairel Febrizio

90

Tuntas

6

Faris Ramadan

75

Tidak Tuntas

7

Fazila Rafania

85

Tuntas

8

Febrina

80

Tuntas

9

Ferdi Irwansyah

70

Tidak Tuntas

10

M. Fauzan

85

Tuntas

11

M. Willy

80

Tuntas

12

M. Zam-Zami

75

Tuntas

13

Mirya Dian Sari

85

Tuntas

14

Muhammad Arkan

75

Tuntas

15

Muhammad Arazka

70

Tidak Tuntas

16

Muhammad Ilham

85

Tuntas

17

Nadifa

75

Tuntas

18

Nadiva Rahmadani

90

Tuntas

19

Natasya H

70

Tidak Tuntas

20

Nasyla A

85

Tuntas

21

Novia Risky

75

Tuntas

22

Putri Hanifah

85

Tuntas

23

Putri Kanaya

90

Tuntas

24

Ramadani

85

Tuntas

25

Sri Tri Wirdani

80

Tuntas

26

Wahyu Adib

70

Tidak Tuntas

Rata-rata Nilai: 79,23

Ketuntasan Belajar: 75% (20 dari 26 peserta didik tuntas)


d. Refleksi

   Guru mencatat bahwa:

1. Metode Talking Sticks mulai berjalan lebih efektif setelah diberikan latihan awal.

2. Peserta didik yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan keberanian untuk berbicara.

3. Peningkatan partisipasi dapat dioptimalkan dengan memberikan motivasi tambahan.


e. Revisi

Guru menambahkan strategi berupa:

1. Memberikan penghargaan sederhana, seperti pujian atau stiker, bagi peserta didik yang aktif berbicara.

2. Menyediakan waktu untuk refleksi kelompok agar peserta didik dapat mengevaluasi diri dan saling memberikan dukungan.


3. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan

1) Tujuan: Memastikan seluruh peserta didik terlibat aktif dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi.

2) Metode Pembelajaran: Metode Talking Sticks dengan variasi aktivitas, seperti membuat pertanyaan antarkelompok untuk meningkatkan interaksi.

3) Materi Pembelajaran: Materi PAI yang lebih mendalam dengan fokus pada diskusi yang melibatkan peserta didik secara aktif.


b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-Langkah Pembelajaran:

1) Guru menyusun aktivitas diskusi di mana setiap kelompok diminta membuat pertanyaan berdasarkan materi yang telah dipelajari.

2) Kelompok saling bertukar pertanyaan dan menjawab secara bergiliran menggunakan tongkat.

3) Guru memfasilitasi diskusi dengan memberikan panduan dan masukan untuk setiap jawaban yang diberikan.

4) Guru memberikan apresiasi kepada kelompok dan individu yang menunjukkan keterlibatan aktif selama pembelajaran.


c. Pengamatan

Hasil observasi menunjukkan:

1. Hampir seluruh peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.

2. Suasana kelas menjadi lebih hidup, dengan antusiasme tinggi dari peserta didik.

3. Diskusi antarkelompok berjalan dinamis, dan peserta didik mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

 

TABEL HASIL BELAJAR PADA SIKLUS III INI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING STICKS  SEBAGAI BERIKUT : 

No

Nama Peserta Didik

Nilai

Keterangan

1

Alfian

90

Tuntas

2

Arwana Saputra

85

Tuntas

3

Assyfa Rasmi

80

Tuntas

4

Dona Agustina

95

Tuntas

5

Fairel Febrizio

95

Tuntas

6

Faris Ramadan

85

Tuntas

7

Fazila Rafania

90

Tuntas

8

Febrina

85

Tuntas

9

Ferdi Irwansyah

80

Tuntas

10

M. Fauzan

90

Tuntas

11

M. Willy

85

Tuntas

12

M. Zam-Zami

80

Tuntas

13

Mirya Dian Sari

90

Tuntas

14

Muhammad Arkan

85

Tuntas

15

Muhammad Arazka

80

Tuntas

16

Muhammad Ilham

90

Tuntas

17

Nadifa

85

Tuntas

18

Nadiva Rahmadani

95

Tuntas

19

Natasya H

80

Tuntas

20

Nasyla A

90

Tuntas

21

Novia Risky

85

Tuntas

22

Putri Hanifah

90

Tuntas

23

Putri Kanaya

95

Tuntas

24

Ramadani

90

Tuntas

25

Sri Tri Wirdani

85

Tuntas

26

Wahyu Adib

80

Tuntas

Rata-rata Nilai: 87,31

Ketuntasan Belajar: 100% (26 dari 26 peserta didik tuntas)


d. Refleksi

            Hasil pengamatan Siklus III menunjukkan peningkatan signifikan dalam partisipasi dan minat belajar peserta didik melalui penerapan metode Talking Sticks. Selama proses pembelajaran, tidak ada peserta didik yang menunjukkan sikap pasif. Sebaliknya, mereka terlihat lebih aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Selain itu, pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

           Faktor-faktor yang berkontribusi pada peningkatan partisipasi dan pemahaman peserta didik antara lain:

a. Penerapan metode Talking Sticks, yang memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berbicara dan berkontribusi secara langsung dalam proses pembelajaran. Teknik ini berhasil menghilangkan sikap pasif peserta didik karena adanya elemen kejutan dan tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing individu.

b. Adanya suasana belajar yang interaktif, di mana peserta didik dapat saling berbagi ide dan pendapat. Hal ini membantu mereka untuk memahami materi dari berbagai sudut pandang.

c. Peningkatan kepercayaan diri peserta didik, karena mereka didorong untuk berbicara di hadapan teman-temannya. Hal ini membuat peserta didik merasa lebih dihargai dan percaya diri dalam menyampaikan pemikiran mereka.

            Melalui penerapan metode Talking Sticks, pembelajaran menjadi lebih menarik dan dinamis. Peserta didik tidak hanya terlibat aktif dalam proses pembelajaran, tetapi juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Metode ini membuktikan efektivitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang partisipatif dan mendukung keberhasilan belajar peserta didik secara keseluruhan.

B. Pembahasan Penelitian

             Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan pemahaman peserta didik terhadap materi melalui penerapan metode Talking Sticks pada peserta didik kelas 4 di SDN 003 Bagan Hulu. Berikut adalah dialog antara temuan-temuan penelitian dengan teori yang relevan:

Temuan: Metode Talking Sticks dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.
Dialog dengan Teori :
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Metode Talking Sticks menciptakan suasana belajar yang interaktif dan mendorong keterlibatan semua peserta didik tanpa terkecuali. Teori ini menekankan bahwa aktivitas belajar yang melibatkan interaksi langsung dan tanggung jawab individu dapat meningkatkan perhatian serta partisipasi peserta didik. Elemen Talking Sticks yang memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berbicara membantu mengatasi rasa malu atau keengganan untuk berpartisipasi. Temuan ini sejalan dengan teori Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky (1978), yang menyatakan bahwa pembelajaran efektif terjadi melalui interaksi sosial. Dengan metode Talking Sticks, peserta didik didorong untuk aktif berinteraksi, yang memfasilitasi pembelajaran kolaboratif dan mendalam. Selain itu, elemen tanggung jawab individu (memegang tongkat) mendorong partisipasi aktif sesuai teori keterlibatan aktif.

Temuan: Peningkatan pemahaman peserta didik terhadap materi setelah menggunakan metode Talking Sticks.
Dialog dengan teori : 
Penemuan ini mendukung teori pembelajaran aktif yang menyatakan bahwa keterlibatan langsung dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi. Melalui metode ini, peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga terlibat aktif dalam diskusi, yang membantu memperkuat ingatan dan pemahaman mereka. Teori ini juga menunjukkan bahwa belajar aktif melalui berbicara dan mendengarkan pendapat teman sebaya memperluas pemahaman dan mendalamkan materi yang dipelajari.

Temuan: Tidak ada peserta didik yang pasif selama pembelajaran berlangsung.
Dialog dengan teori :
Temuan ini mendukung teori motivasi belajar yang menyatakan bahwa metode pengajaran yang melibatkan semua peserta didik secara langsung dapat mencegah perilaku pasif. Metode Talking Sticks memberikan stimulus berupa tanggung jawab individu untuk berbicara, sehingga setiap peserta didik termotivasi untuk berpartisipasi. Teori ini juga menjelaskan bahwa perasaan dihargai dan dilibatkan dalam kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Temuan: Adanya peningkatan kepercayaan diri peserta didik melalui penerapan metode Talking Sticks.
Dialog dengan teori : 
Peningkatan kepercayaan diri peserta didik sesuai dengan teori pembelajaran sosial yang menyatakan bahwa interaksi sosial dalam kelompok dapat membangun rasa percaya diri. Dengan adanya kesempatan untuk berbicara di hadapan teman-temannya, peserta didik merasa didukung dan dihargai, yang pada akhirnya meningkatkan keyakinan mereka terhadap kemampuan diri. Teori ini juga menegaskan bahwa dukungan dari lingkungan sosial, termasuk guru dan teman sebaya, berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

Temuan: Suasana belajar yang interaktif dan kolaboratif meningkatkan minat belajar peserta didik.
Dialog dengan teori :
Hasil ini mendukung teori tentang pentingnya lingkungan belajar yang kondusif. Metode Talking Sticks menciptakan suasana yang mendorong interaksi antar peserta didik, sehingga mereka merasa nyaman dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Teori ini menjelaskan bahwa suasana belajar yang positif dapat merangsang minat belajar dan meningkatkan keterlibatan peserta didik, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Hasil ini mendukung teori motivasi belajar oleh Abraham Maslow (1943), yang menyebutkan bahwa kebutuhan akan penghargaan (esteem) dan rasa diterima dalam kelompok sosial memengaruhi motivasi belajar. Dalam metode Talking Sticks, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi, yang meningkatkan rasa dihargai dan mendorong minat mereka untuk belajar.

                  Melalui penerapan metode Talking Sticks, penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi, pemahaman, dan kepercayaan diri peserta didik dapat meningkat secara signifikan. Metode ini terbukti mampu menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, interaktif, dan partisipatif, sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.

 

 

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

             Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar PAI di SDN 003 BAGAN HULU dan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama tiga siklus pada peserta didik kelas 4 SDN 003 Bagan Hulu dengan menggunakan metode Talking Sticks, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
                Penerapan metode Talking Sticks memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai peserta didik yang terus meningkat pada setiap siklus. Pada Siklus I, rata-rata nilai peserta didik mencapai 68,46, yang menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi secara menyeluruh. Pada tahap ini, banyak peserta didik yang belum mampu menguasai materi sepenuhnya karena kurangnya keaktifan dalam pembelajaran.
Selanjutnya, pada Siklus II, rata-rata nilai meningkat menjadi 79,23. Pada tahap ini, peserta didik menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi. Mereka mulai terlibat lebih aktif dalam diskusi dan proses pembelajaran, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk menyerap materi.
Pada Siklus III, rata-rata nilai peserta didik mencapai 87,31, yang menunjukkan pemahaman yang sangat baik terhadap materi. Peserta didik mampu menjawab pertanyaan, berdiskusi, dan menjelaskan materi secara mandiri. Peningkatan yang konsisten ini menunjukkan bahwa metode Talking Sticks efektif dalam membantu peserta didik memahami materi pembelajaran dengan lebih baik.

2. Peningkatan Partisipasi Peserta Didik
                 Metode Talking Sticks juga berhasil meningkatkan partisipasi aktif peserta didik selama pembelajaran. Pada Siklus I, meskipun partisipasi mulai terlihat, masih ada beberapa peserta didik yang cenderung pasif dan kurang percaya diri untuk berbicara di depan teman-temannya. Namun, pada Siklus II, partisipasi aktif peserta didik meningkat secara signifikan. Mereka mulai berani menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, dan terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pada Siklus III, seluruh peserta didik terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Metode ini menciptakan suasana pembelajaran yang inklusif, di mana setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara, sehingga suasana kelas menjadi lebih interaktif dan dinamis.

3. Peningkatan Kepercayaan Diri Peserta Didik
                     Kepercayaan diri peserta didik dalam menyampaikan pendapat juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Siklus I hingga Siklus III. Pada Siklus I, beberapa peserta didik masih tampak canggung atau ragu untuk berbicara di depan teman-temannya, terutama saat diminta menjelaskan materi atau menjawab pertanyaan. Pada Siklus II, mereka mulai menunjukkan keberanian yang lebih baik, meskipun masih perlu bimbingan dari guru. Pada Siklus III, peserta didik sudah mampu berbicara dengan percaya diri, menjelaskan materi dengan jelas, dan berdiskusi secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa metode Talking Sticks dapat membantu membangun kepercayaan diri peserta didik secara bertahap.

4. Peningkatan Minat Belajar Peserta Didik
               Salah satu dampak positif dari penerapan metode Talking Sticks adalah peningkatan minat belajar peserta didik. Metode ini memberikan suasana pembelajaran yang berbeda, di mana peserta didik terlibat aktif dalam proses belajar melalui diskusi, tanya jawab, dan kegiatan kelompok. Hal ini membuat peserta didik merasa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Pada Siklus I, minat belajar peserta didik mulai meningkat meskipun belum merata. Pada Siklus II, peserta didik menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pada Siklus III, peserta didik terlihat semakin termotivasi, antusias, dan menikmati proses pembelajaran. Dengan meningkatnya minat belajar, peserta didik juga menunjukkan peningkatan hasil belajar dan keaktifan dalam pembelajaran.

5. Efektivitas Metode Talking Sticks
                    Berdasarkan hasil penelitian, metode Talking Sticks terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik. Metode ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga mendorong partisipasi aktif, membangun kepercayaan diri, dan meningkatkan minat belajar peserta didik. Dengan adanya interaksi dan kerja sama kelompok, peserta didik dapat saling berbagi pengetahuan, belajar dari teman sebaya, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Selain itu, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif membuat peserta didik lebih fokus dan termotivasi untuk belajar.

Rata-rata Nilai Hasil Belajar: Diagram ini menunjukkan peningkatan rata-rata nilai peserta didik dari Siklus I ke Siklus III.

Siklus I                      : 68,46

Siklus II                     : 79,23

Siklus III                    : 87,31

Tingkat Ketuntasan Belajar (%): Diagram ini menunjukkan peningkatan tingkat ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklus.

Siklus I                      : 55%

Siklus II                     : 75%

Siklus III                    : 100%

             Secara keseluruhan, metode Talking Sticks adalah strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar, partisipasi, kepercayaan diri, dan minat belajar peserta didik. Metode ini layak diterapkan dalam pembelajaran di kelas karena dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menarik, dan menyenangkan, sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.

B. Saran 

                   Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, peneliti memberikan beberapa saran berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru disarankan untuk terus menerapkan metode Talking Sticks dalam pembelajaran karena terbukti efektif meningkatkan partisipasi dan pemahaman peserta didik.

b. Guru harus memperhatikan peserta didik yang memerlukan dukungan tambahan agar mereka dapat lebih percaya diri dan aktif dalam proses pembelajaran.

c. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, guru dapat memadukan metode Talking Sticks dengan strategi pembelajaran lainnya yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan belajar melalui metode Talking Sticks untuk mengasah kemampuan berbicara dan berdiskusi secara aktif.

b. Peserta didik yang masih merasa kesulitan diharapkan lebih terbuka untuk menerima bimbingan dari guru dan teman sebaya agar mereka dapat meningkatkan pemahaman dan kepercayaan diri mereka.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini untuk materi pembelajaran lain atau tingkat kelas yang berbeda guna memperluas pemahaman tentang efektivitas metode Talking Sticks.

b. Selain itu, diharapkan penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi strategi pembelajaran inovatif lainnya yang mendukung partisipasi aktif dan pemahaman peserta didik secara lebih luas.

4. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat mendukung penerapan metode pembelajaran aktif seperti Talking Sticks dengan menyediakan pelatihan untuk guru serta fasilitas pembelajaran yang memadai.

b. Program pengembangan profesional untuk guru juga perlu ditingkatkan agar mereka dapat terus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

 


DAFTAR PUSTAKA

  Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2013

  Ahmad Izza Muttaqin, DKK (2021), Implementasi Metode Talking Stick  Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas Vii  Pada Mata Pelajaran Pai Di Smp Merdeka Sumbersari Srono". 2021

Baharuddin, A . "Model Pembelajaran Aktif: Inovasi dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran", Rineka Cipta, Jakarta, 2014, halaman 50-70.

  Crow, L.D., & Crow, A. (1956). Educational Psychology. New York: The Macmillan Company

  Dewi Sasmita Pasaribu (2017), "Upaya Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika  Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X Sman 10 Muaro Jambi ", Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 01, Juli 2017

  Diah Ayu Retnowat, Upaya Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pkn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Talking Stick Di Kelas V Sdn Balerejo 01, Jurnal Ilmiah "PENDIDIKAN DASAR" Vol. III No. 1 Januari 2016

  Fitriani, M,  Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa", 2018, Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 11(4)

Kurniasih M, "Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inovatif", Alfabeta, Bandung, 2018, halaman 95-110.

Nasution, S, "Teori Belajar dan Pembelajaran", Bumi Aksara, Jakarta, 2000, halaman 100-120.

  Nugroho, M. (2020), " Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran yang Menyenangkan", Jurnal Pendidikan Dasar, 15(3)

  Primawati , "Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Mengunakan Metode Talking Stick", INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017

Putra, I.B. (2015). "Strategi Pembelajaran Kooperatif: Mengembangkan Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan", Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015, halaman 102-125.

Rahmawati I,  "Pengaruh Metode Talking Stick terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial dan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SD", Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 13 No. 2, Juli 2017, halaman 22-30.

Sanjaya, W, "Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan", Kencana, Jakarta, 2011, halaman 130-145.

  Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 2010

Sari, D.P, "Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Aktivitas dan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Agama Islam di SD", Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 9 No. 3, 2016, halaman 45-52.

  Trianto, "Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif",  Kencana Prenada Media Group, 2009

  Vygotsky, L.S, Mint in Society: The Development of Higher Psychological Processes, Harvard University Press, 1978





LAMPIRAN

 

ANGKET RESPON SISWA TENTANG PENGGUNAAN STRATEGI TALKING STICKS PADA MATA PELAJARAN PAI


Petunjuk: 

Berikan tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda terhadap pernyataan berikut.

 

No

Pertanyaan

SS

S

KS

TS

1

Saya merasa senang belajar PAI menggunakan Talking Sticks





2

Talking Sticks membuat saya lebih aktif dalam pembelajaran





3

Diskusi kelompok dengan Talking Sticks membantu saya memahami materi Usia Baligh





4

Saya menikmati bekerja sama dengan teman sekelompok





5

Strategi Talking Sticks membuat pembelajaran lebih menarik





6

Saya merasa lebih percaya diri berbicara di kelas





7

Strategi Talking Sticks meningkatkan rasa tanggung jawab saya dalam kelompok





8

Saya lebih memahami nilai-nilai keislaman setelah berdiskusi menggunakan Talking Sticks





9

Saya tertarik jika strategi ini diterapkan pada pembelajaran lain





10

Talking Sticks membantu saya fokus pada materi pembelajaran






Keterangan :

SS      : Sangat Setuju

S        : Setuju

KS      : Kurang Setuju

TS      : Tidak Setuju





LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PTK

 

Mata Pelajaran: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Materi            : Menyambut Usia Baligh
Kelas/Semester : IV/1
Hari/Tanggal   :


Aktivitas Guru

 

No

Aspek yang Diamati

Ya

Tidak

Catatan

1

Membuka pembelajaran dengan doa

2

Menyampaikan tujuan pembelajaran

3

Menjelaskan langkah-langkah strategi Talking Sticks

4

Mengelola waktu pembelajaran dengan baik

5

Membimbing siswa dalam menggunakan Talking Sticks

6

Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif

7

Memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan

8

Memberikan apresiasi terhadap partisipasi siswa

9

Mengelola kelas agar tetap kondusif

10

Menutup pembelajaran dengan evaluasi dan refleksi

 

 

Aktivitas Siswa

No

Aspek yang Diamati

Ya

Tidak

Catatan

1

Mengikuti pembukaan pembelajaran dengan doa

2

Memperhatikan penjelasan guru

3

Memahami dan mengikuti langkah-langkah Talking Sticks

4

Menggunakan Talking Sticks secara bergantian

5

Menyampaikan pendapat saat mendapat giliran

6

Aktif bertanya atau menjawab pertanyaan

7

Menghargai pendapat teman lain

8

Bekerja sama dalam kelompok

9

Tetap fokus selama pembelajaran berlangsung

10

Melakukan refleksi terhadap pembelajaran



TES SOAL UJIAN

 

Materi          : Menyambut Usia Baligh

Petunjuk       : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 

 

1. Apa yang dimaksud dengan usia baligh?

a. Usia ketika seseorang mulai belajar di sekolah

b. Usia ketika seseorang mulai mampu bekerja

c. Usia ketika seseorang mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan dan perubahan fisik

d. Usia ketika seseorang mulai berkeluarga


2. Salah satu perubahan fisik pada laki-laki setelah baligh adalah...

a. Tumbuh kumis atau janggut

b. Tangan menjadi kecil

c. Suara menjadi lebih lembut

d. Tubuh menjadi lebih kecil


3. Menurut ilmu fiqih, usia baligh biasanya dimulai pada umur...

a. 5 tahun

b. 7 tahun

c. 9-15 tahun

d. 20 tahun


4. Apa saja tanda-tanda baligh pada anak perempuan?

a. Suara menjadi lebih berat

b. Mengalami menstruasi

c. Suatu perubahan fisik yang terlihat pada wajah

d. Semua jawaban benar


5. Bagaimana seharusnya kita menyambut usia baligh menurut ajaran Islam?

a. Dengan bersyukur dan memperbanyak ibadah

b. Dengan berperilaku tidak sopan

c. Dengan melakukan pesta besar

d. Dengan berhenti belajar


6. Bagaimana cara menjaga diri setelah memasuki usia baligh?

a. Menjaga kesehatan tubuh dan menghindari perbuatan yang tidak baik

b. Tidak melakukan apa-apa

c. Hanya makan dan tidur

d. Tidak belajar agama


7. Apa tujuan Allah memberikan tanda-tanda baligh kepada manusia?

a. Agar manusia lebih cepat bermain

b. Agar manusia mengetahui tanggung jawabnya sebagai makhluk dewasa

c. Agar manusia tidak tumbuh dewasa

d. Agar manusia menjadi lebih tinggi


8. Salah satu tanggung jawab baru ketika baligh adalah melaksanakan salat wajib. Apa alasannya?

a. Karena salat adalah syarat menjadi dewasa

b. Karena salat adalah kewajiban orang baligh

c. Karena salat akan membuat tubuh sehat

d. Karena salat adalah tradisi keluarga


9. Mengapa penting memahami hukum-hukum agama saat memasuki usia baligh?

a. Supaya terlihat lebih dewasa

b. Karena akan mulai dihitung amal dan dosa

c. Agar lebih mudah diterima di masyarakat

d. Supaya bisa mengajarkan orang lain


10.  Ali sudah memahami bahwa baligh adalah masa ketika seseorang mulai bertanggung jawab atas perbuatannya. Apa contoh tindakan yang menunjukkan Ali telah memahami tanggung jawabnya?

a. Bermain game sepanjang hari tanpa memperhatikan waktu shalat

b. Membantu orang tua di rumah dan menjalankan shalat lima waktu dengan disiplin

c. Mengabaikan perintah guru di sekolah karena merasa sudah dewasa

d. Selalu bergantung pada teman untuk menyelesaikan tugas

 





Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun