Mohon tunggu...
Yusman Syah
Yusman Syah Mohon Tunggu... -

Menulis adalah berbicara, namun lebih hati-hati dan terstruktur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kawin Paksa dan Kawin Pacaran, Enak-an Mana ?

19 Mei 2009   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:08 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena sama-sama memiliki kepentingan, maka sakit hati itu dengan cepat terlupakan. Mereka saling bergandengan, melupakan masa lalu mereka yang kelam dan menyongsong masa depan yang menurut pasangan ini lebih terang. Yang dulu kawan dan menjadi lawan, kini telah menjadi kawan lagi, dan hal ini lumrah di dunia politik. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi.

Mungkin saja hasrat sudah dipuncak ubun-ubun, keduanya sudah tidak sabar lagi kebelet kawin. JK-Win memang harus kawin secepatnya !. Lebih cepat lebih baik. Kalau kurang cepat khawatir akan disabet orang. Walhasil, JK-Win mendeklarasikan "perkawinan" di Monumen Proklamasi jauh sebelum hari perkawinan SBY Berbudi dan Mega-Pro.

Karena perkawinan dilangsungkan agak tergesa-gesa, kebosanan akan mengintai hubungan mereka. Jika hasrat sudah terlampiaskan, misalnya mereka telah terpilih menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden, biasanya bibit-bibit ketidakcocokan mulai tumbuh akibat singkatnya masa rekonsiliasi. Perselingkuhan akan rawan terjadi. Bisa juga berujung ke perceraian, namun dengan resiko yang lebih kecil ketimbang kawin paksa.

Jika ternyata mereka menemukan cinta sejati setelah menyalurkan hasratnya, menemukan kecocokan, mampu mempertahankan keperkasaan, saling mengerti saat salah satunya “loyo” dan saling mengenal kelemahan-kelebihan masing-masing, rumah tangga mereka akan langggeng hingga di akhir jabatan…. tentu saja jika pasangan ini terpilih.

Bangsa Indonesia adalah penonton dan penggemar infotainment yang paling setia. Kita sering menonton bagaimanakah pola keberlangsungan rumah tangga para artis jika dilihat dari asal muasal perkawinannya. Pemilu tak ubahnya seperti tontonan infotainment, para artisnya ber gonta-ganti pasangan, menimbang-nimbang mana yang cocok sebagai pasangan hingga pada akhirnya menentukan pilihan yang akan di 'kawini'. Bedanya… perkawinan sesungguhnya berlangsung seumur hidup, sedangkan perkawinan ‘presiden-wakil presiden’ hanya berumur lima tahun. Meskipun cuma 5 tahun…. keberlangsungan perkawinan mereka sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia. Baik buruknya Indonesia 5 tahun kedepan tergantung baik buruknya hubungan mereka selama berkuasa.

Mari lebih jeli menilai siapa calon presiden dan wakil presiden kita !. Apapun jenis perkawinannya, semoga hubungan mereka awet sampai akhir jabatan. Siapapun yang terpilih mudah-mudahan adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun