Kami menuju batu karang yang jadi tempat persembunyian ikan tawassang. Ketika sampai di karang tujuan, dua di antara kami langsung turun menyelam membawa panah dan pengait.
“Abu jagonya mappappé’ ikan tawassang,” seloroh Ellu ketika Abu dan Munir menyelam mencari ikan tawassang.
Tak berselang lama, Munir dan Abu muncul ke permukaan air dengan menggenggam ekor ikan tawassang dan melemparnya masuk ke kapal.
Selanjutnya kami menuju karang lainnya mencari ikan tawassang. Kami secara bergantian turun menyelam di sekitar karang mencari ikan tawassang.
Namun terjadi kecelakaan laut, telapak tangan Munir robek sepanjang 5 centimeter dengan luka sedalam 3 centimeter. Telapak tangannya robek terkena sayatan sirip ekor ikan tawassang yang tajam, bahkan membuat daging telapak tangan Munir ikut tertarik keluar.
Luka tersebut mengeluarkan banyak darah, dan kami memberikan beberapa tetes oli pada luka tersebut sebagai pertolongan pertama sebelum kami bebat pakai robekan kain.
Pukul 1 siang, kami sudahi aktivitas mappappé’ tawassang setelah 4 jam menyelam dari satu karang ke karang lainnya. Hasil buruan yang kami peroleh terdiri dari beberapa macam ikan yaitu ikan tawassang, tawassang potolo’ (Naso unicornis), ikan toka-toka (pari), ikan baronang, cumi-cumi, ikan papakulu’ (ayam-ayam), ikan sunu dan ikan katamba (lencam).
Dalam perjalanan kami melihat ikan pari berukuran satu meter melintas di samping kapal. Ikan yang dapat membunuh kami dengan ekornya jika kami memaksa menangkapnya.
Pasti kalian penasaran dengan istilah mappappé’ tawassang. Mappappe’ tawassang merupakan istilah Bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata, yaitu mappappé’ artinya memanah dan tawassang artinya ikan tawassang.
Jadi mappappé’ tawassang dapat diartikan sebagai aktivitas melaut dengan memanah ikan tawassang. Panah yang digunakan adalah panah rakitan menggunakan stainless dengan pelontar dari kayu menggunakan karet.
Pellung ri Kapoposang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!