Mohon tunggu...
Yusmadi Andrie
Yusmadi Andrie Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler, Photographer, and Volunteer.

Penyuka travelling dan fotografi serta volunteering.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geliat Literasi Halaman Belakang Pangkep

17 November 2019   07:38 Diperbarui: 17 November 2019   07:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan PIKNIK KI Pangkep dan siswa-siswi SD Negeri 60 Buung/Dokumentasi pribadi.

Sabtu pagi, 16 November 2019, tim relawan PIKNIK KI Pangkep bersiap memulai perjalanan menuju ketinggian di kawasan Taman Nasional Karst Bantimurung dan Bulusaraung. Pukul 06.00 pagi, tim berangkat dari pusat kota Pangkajene menuju ke arah timur menuju perbatasan Desa Siloro, Kecamatan Bungoro, dengan Desa Bulu Tellue, Kecamatan Tondong Tallasa. Tujuan akhir tim relawan PIKNIK KI Pangkep yaitu SD Negeri 60 Buung, sekolah yang terletak di pedalaman hutan pegunungan di Kampung Buung. Tim terbagi dalam dua kelompok, relawan perempuan bernagkat dari Kota Pangkajene, sedangkan relawan cowok berangkat dari pusat desa Bulu Tellue.

Wajah ceria siswi SD Negeri 60 Buung/Dokumentasi pribadi.
Wajah ceria siswi SD Negeri 60 Buung/Dokumentasi pribadi.
Perjalanan Menegangkan

Tepat pukul 07.30, tim berangkat menuju SD Negeri 60 Buung. Relawan perempuan dibonceng oleh relawan lelaki. Jalan yang dilalui cukup ekstrem dan tricky, sehingga dibutuhkan keahlian khusus dan tentunya motor yang prima untuk menaklukan medan jalan tersebut. Baru menyelesaikan dua tanjakan, salah satu motor relawan sudah ada yang tidak sanggup lanjutkan perjalanan. Terpaksa motor ditinggal dan lanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, relawan melibas tanjakan dengan susah payah dan motor tak luput melindas bebatuan berukuran besar yang seringkalli memaksa relawan untuk berkonsentrasi penuh agar tidak terjatuh. Perjalanan menggunakan motor tim tempuh selama 40 menit.

Berdasarkan informasi yang dari Lurah Kelurahan Bontoa Kecamatan Minasatene, bahwa sebelumnya akses utama menuju Kampung Buung dan sekitarnya yaitu berjalan kaki melintasi hutan dengan waktu tempuh hampir 2 jam.

Motor mogok karena tidak kuat menanjak/Dokumentasi pribadi
Motor mogok karena tidak kuat menanjak/Dokumentasi pribadi
"Sebenarnya Kampung Buung, Kampung Janna Labbu maupun Kampung Bakka, dahulu (ditempuh) lewat hutan dengan berjalan kaki. Namun, saat ini perusahaan (swasta) telah membangun jalan yang melintasi kampung tersebut. Jalannya berupa (urugan) tanah yang berbatu besar. Kalau mau kesana harus (orang) berpengalaman," kata Pak Sachram, Lurah Bontoa, saat dikunjungi oleh salah satu relawan PIKNIK KI Pangkep di kantor Kelurahan Bontoa pada hari Jumat (15/11).

"Ada niat dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas jalan tersebut, tapi itu jalan milik swasta (perusahaan marmer). Sehingga (pemerintah) terkendala untuk memperbaikinya." Lanjut beliau.

Perjalanan menuju SD Negeri 60 Buung dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri belantara hutan pegunungan. Sanja dan Bachtiar, salah dua relawan, sebagai penunjuk jalan yang menuntun tim PIKNIK KI Pangkep. Selama menyusuri jalan setapak di dalam hutan yang naik-turun, tampak raut lelah dari beberapa relawan. Mereka hampir menyerah dan meminta menghentikaan perjalanan.

"Kak Sanja, perjalanan kita masih jauh? Saya sudah tidak sanggup jalan." Teriak Sri Mutmainnah dari tengah barisan.

"Sudah dekat, sedikit lagi. Ayo kak, semangat!" Jawab Sanja.

"Kak, saya sudah capek, lututku sudah gemetaran!" Keluh Tenrianpa.

"Semangat kak, jangan nyerah. Ini sudah dekat, bentar lagi kita sampai," kata Bachtiar meyakinkan semua relawan.

Jalan menyusuri hutan/Dokumentasi pribadi
Jalan menyusuri hutan/Dokumentasi pribadi
Tim butuh waktu 25 menit berjalan meyusuri hutan hingga sampai di SD Negeri 60 Buung. Sesampainya di halaman sekolah, tim PIKNIK KI Pangkep disambut oleh adik-adik SD Negeri 60 Buung dan salah seorang guru, Pak Andi Hasbi Jaya (Hasbi, red). Terpancar raut wajah ceria dan senang dari adik-adik SD Negeri 60 Buung dengan kedatangan tim relawan. Sesekali mereka tersenyum malu dan saling berbisik. Pak Hasbi mempersilahkan tim relawan ke ruang guru untuk beristirahat dan mempersiapkan kegiatan yang akan diberikan ke siswa-siswa SD Negeri Buung.

PIKNIK KI #HalamanBelakangPangkep

Tim berbagi tugas, Sanja, Haswar, Bachtiar, Ardi, Ririn dan Daddy bertugas mengumpulkan siswa di halaman sekolah. Sri Mutmainnah, Tenrianpa dan Yusmadi bertugas menyiapkan materi dongeng dan games. Sedangkan Audina dan Dania menyiapkan konsumsi selama kegiatan.

Kegiatan diawali dengan pemberian games edukasi oleh Bachtiar dan Ririn. Silih berganti mereka mengajak adik-adik SD Negeri 60 Buung bermain untuk mengasah konsentrasi dan daya ingat. Setelah itu kegiatan utama dimulai, yaitu mendongeng. Dania dan Yusmadi bergantian menceritakan dongeng di hadapan adik-adik. Sesekali mereka selingi dengan guyonan untuk mencairkan suasana dan ketegangan para adik-adik. Mereka antusias dan khidmat mendengar dongeng yang dibacakan. Tapi ekspresi wajah malu tak lepas dari mereka. Dongeng yang diceritakan berupa cerita rakyat Sulawesi Selatan. Tujuannya yaitu memperkenalkan budaya lokal dan nilai-nilai serta kearifan lokal yang terkandung didalam kisah dongeng tersebut.

Mendongeng oleh Dania/Dokumentasi pribadi
Mendongeng oleh Dania/Dokumentasi pribadi
"Ada yang bisa jawab, apa pembelajaran dari cerita La Kuttu-Kuttu Paddaga?" Tiba-tiba Dania mengajukan pertanyaan ke adik-adik.

"Rejeki dan jodoh tidak akan tertukar!" Jawab mereka serempak.

"Betul sekali, pintar adik-adik ini." Puji Dania sembari mengacungkan jempol.

Kegiatan dilanjutkan dengan games sambung kata yang dipimpin oleh Sri Mutmainnah dan Tenrianpa. Adik-adik dibagi kedalam 5 kelompok, dan setiap kelompok di dampingi oleh relawan. Selanjutnya setiap ketua kelompok memilih kertas yang berisi kalimat yang akan mereka sampaikan secara berantai sambil berbisik ke setiap anggota kelompok. Games pun dimulai, setiap ketua kelompok dberikan waktu satu menit untuk menghapal kalimat sambung kata. Selama games berlangsung, banyak terjadi hal lucu dan keluhan dari adik-adik.

Wajah serius saling berbisik dalam games sambung kata/Dokumentasi pribadi
Wajah serius saling berbisik dalam games sambung kata/Dokumentasi pribadi
"Kak, kak, kak, akbar suaranya kekecilan. Saya tidak bisa dengar yang dikatakannya." Keluh Ahmad ke relawan pendampingnya.

"Sumpah, timku lucu, kalimatnya bahasa Indonesia, saat sampai barisan belakang tiba-tiba berubah jadi bahasa makassar." Teriak Sanja dari barisan belakang kelompoknya sambil tertawa.

Permainan sambung kata telah selesai dan kegiatan PIKNIK KI #HalamanBelakangPangkep diakhiri dengan pembagian cemilan dan tumbler ke adik-adik SD Negeri 60 Buung. Pemberian tumbler dimaksudkan agar adik-adik membawa bekal air minum ke sekolah. Jarak yang mereka tempuh untuk ke sekolah cukup jauh, dan mereka harus menembus belantara hutan pegunungan tanpa membawa bekal ke sekolah. Mereka menempuh jarak 2 hingga 6 km untuk sampe ke sekolah."Ini tumbler adik-adik gunakan untuk membawa air minum ke sekolah, kan adik-adik harus jalan jauh biar bisa sampe ke sekolah. Jadi kakak kasih ini, supaya adik-adik tidak kehausan lagi dalam perjalanan pergi dan pulang sekolah." Jelas Sri Mutmainnah menutup kegiatan PIKNIK KI Pangkep di SD Negeri 60 Buung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun