Mohon tunggu...
Yusmadi Andrie
Yusmadi Andrie Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler, Photographer, and Volunteer.

Penyuka travelling dan fotografi serta volunteering.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Musim Hujan Tiba, Berkah atau Ancaman?

22 Januari 2019   16:20 Diperbarui: 23 Januari 2019   11:21 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang bapak menanam padi (dokpri)

Tik tik tik! Bunyi hujan bagai bernyanyi 
Saya dengarkan tidaklah jemu 
Kebun dan jalan semua sunyi  
Tidaklah seorang berani berlalu

Itu adalah penggalan lirik Tik Tik Tik! Bunyi Hujan karya Ibu Sud yang sangat ikonik. Lagu yang menemani masa kecil kita. sangat pas dinyanyikan ketika musim hujan tiba. Berbicara tentang hujan, itu adalah siklus alam yang tak dapat ditolak. Bagi kita yang tinggal di daerah tropis hanya dapat menikmati dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. 

Hujan mendinginkan bumi saat musim kemarau berlalu. Hujanpun berupa keberkahan. Dan pertanda rejeki yang tak bisa kita dapatkan pada musim kemarau. Bagi sebagian orang musim hujan adalah rejeki, tapi sebagian lainnya menganggap sebagai ancaman.

Sebuah Berkah Dan Sisi Lainnya Jadi Ancaman, Benarkah?

Bagi petani dan orang di desa serta mereka yang mengharap rejeki di musim hujan, hujan adalah berkah. Musim tanam dimulai. Para petani beramai-ramai menggarap sawah untuk memulai menanam padi dan tanaman lainnya. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan pulau-pulau kecil berlomba menampung air hujan. 

Begitupun bagi mereka yang tinggal di lahan tandus, hujan adalah berkah bagi mereka. Tapi disisi lain, masyarakat perkotaan mulai was-was dengan musim hujan. Begitupun bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai serta daerah perbukitan. Hujan adalah ancaman bagi mereka karena dapat mendatangkan banjir dan menyebabkan tanah longsor tanah longsor.

Sebenarnya musim hujan dan hujan adalah berkah bagi semua makhluk, tak terkecuali manusia. Yang kita takutkan pada musim penghujan adalah hasil dari perilaku kita sendiri. Ancaman-ancaman yang kita takutkan pada musim hujan dapat kita cegah. 

Yang pertama kita mesti bijak memanfaatkan alam. Perilaku serakah harus kita minimalisir agar alam tak tereksploitasi dan terjaga keseimbanganya. Untuk mencegah banjir, hutan jangan digunduli tapi terapkan konsesi penebangan yang selektif.

Menurut David Gaveau dalam Bagaimana Penebangan Selektif Bisa Membantu Melindungi Hutan yang termuat dalam forestnews.cifor.org, panen kayu di konsesi penebangan di Indonesia bersifat selektif. Manajer konsesi menebang hanya poho-pohon yang bernilai komersil denganbatas diameter tertentu, meninggalkan tegakan pohon lain untuk jangka panjang. 

Antara 2 dan 20 pohon dipilih untuk ditebang di tiap hektare hutan, sekali setiap beberapa dekade. Umumnya, cara ini meninggalkan lebih dari 90% tegakan pohon, dan meninggalkan vegetasi tetap jadi pohon.

Cara ini sangat baik diterapkan untuk melindungi bukit dan bantaran sungai dari ancaman. Karena dengan selektif menebang maka resapan air terjaga dan struktur tanah tetap kuat oleh akar-akar pohon. Begitupun yang tinggal di pesisir pantai, yaitu menggalakkan penanaman bakau yang berfungsi sebagai tameng dan pemecah gelombang alami.

Selanjutnya, bijak dalam membangun. Fenomena pembangunan di daerah perkotaan adalah mengesampingkan keseimbangan lingkungan. Daerah resapan air diubah jadi hutan beton dan aspal. Inilah awal dari permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat perkotaan ketika musim hujan datang. 

Salah satu pencegahaannya dengan menerapkan model pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Salah satunya menampung air hujan pada saat musim hujan pada bak penampungan dan menyalurkannya ke dalam sumur resapan. 

Selain sebagai penampung air hujan, sumur resapan juga berfungsi sebagai sarana menjaga ketersediaan air tanah. Sehingga ketika musim kemarau tiba, cadangan air tanah masih memadai.

Yang terakhir, mengolah dan mengelola sampah. Banyaknya volume sampah adalah permasalahan global. Dan salah satu sumber bencana bagi manusia dan lingkungan. Dibutuhkan kesadaran kita masing-masing untuk bijak menyikapinya. 

Terapkan pola reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi penggunaan penyebab sampah), dan recycle ( daur ulang), atau kita lebih mengenalnya dengan istilah 3R. 

3R adalah metode sederhana yang perlu kita terapkan, galakkan, dan biasakan. Agar volume sampah tidak bertambah, bahkan berkurang, agar tidak menjadi beban bagi lingkunga. Untuk tahap lanjutan, kita dapat mengubah sampah menjadi bernilai. Yaitu mengubahnya menjadi energi terbarukan, membuat paving blok dari sampah plastik, hingga menjadikan sampah plastik sebagai campuran aspal.

Bijak Adalah Kuncinya.

Sebagian bencana lingkungan yang terjadi adalah andil kita sendiri. Kita terlalu memaksakan kehendak kita kepada alam. Keserakahan memaksa kita untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi alam demi kepentigan materi dan perut. Kita tidak ingin memahami beban yang ditanggung oleh alam akibat ulah kita.

Selama alam bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan, maka kita akan terus menggenjot alam sampai batas akhirnya. Dan keserakahan itu pada akhirnya akan berdampak pada diri kita dalam bentuk bencana. Untuk meredam semua itu dibutuhkan sikap bijak kita sebagai makhluk yang memiliki akal sehat. Kemudian dari sikap bijak yang kita tunjukkan akan muncul tindakan pencegahan agar terhindar dari bencana.

Tik tik tik! Hujan turun dalam selokan
Tempatnya itik berenang-renang
Bersenda gurau menyela-nyelam
Karena hujan, bersenang-senang

Agar lirik Tik Tik Tik! Bunyi Hujan karya Ibu Sud tersebut dapat kita nikmati. Bukan hanya lewat nyanyian tapi lewat pandangan mata kita.

Penulis aktif di twitter dengan akun @yusmadi_andrie dan di instagram dengan akun @yusmadiandrie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun