Mohon tunggu...
Yusmadi Andrie
Yusmadi Andrie Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler, Photographer, and Volunteer.

Penyuka travelling dan fotografi serta volunteering.

Selanjutnya

Tutup

Money

Sabbé, Aminah Akil Silk, dan Wanita Bugis

8 Desember 2018   21:13 Diperbarui: 9 Desember 2018   09:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu produk sabbé Aminah Akil Silk (dok @aminahakilsilk)

ProdukEkonomi kerakyatan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia merupakan wadah bagi pembangunan ekonom. Sistem Ekonomi Kerakyatan berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Dibutuhkan peran langsung rakyat untuk turut aktif terlibat dalam aktivitas ekonomi. Wadahnya berupa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun usaha kecil dan mikro (UKM).

Rakyat dapat mendirikan UMKM/UKM sebagai keterlibatan langsung terhadap sistem ekonomi kerakyatan. Bentuk usahanya dapat berupa bisnis makanan, produk kecantikan, maupun pakaian dan cinderamata. Indonesia sebagai negara multi suku dan etnis, memiliki berbagai macam kekhasan masing-masing yang dapat dilestarikan dan dijadikan sebagai peluang ekonomi. Untuk Sulawesi Selatan sendiri, terkhusus masyarakat bugis yang menetap di Kabupaten Wajo, terdapat produk budaya yang memiliki nilai sangat tinggi yaitu sabb atau kain tenun sutra.

Sabb dan Wanita Bugis

Sabb, erat kaitannya dengan perempuan bugis. Proses pembuatan sabb atau lipa' sabb memang didominasi oleh kaum perempuan. Perempuan bugis, khususnya di Kabupaten Wajo, sejak kecil hingga dewasa telah diajari menenun. Pada masa lampau, ketika seorang wanita bugis mahir menenun maka wanita tersebut sungguh layak dinikahi karena dapat menyediakan sandang bagi keluarganya kelak.

Alat Tenun Bukan Mesin (source: Aminah Akil Silk)
Alat Tenun Bukan Mesin (source: Aminah Akil Silk)
Tenun walida merupakan tenun tradisional yang masih digunakan oleh para kaum wanita bugis yang menenun dengan duduk dan semua peralatannya digerakkan oleh manusia. Tenun walida membutuhkan ketelitian, ketekunan dan keuletan.

Maka tak heran perempuan bugis banyak berperan dalam proses pembuatan sabb. Wanita bugis duduk seharian menenun demi menyelesaikan satu lembar sabb yang membutuhkan waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu. Itulah perjuangan wanita bugis untuk menghadirkan kain tenun berkualitas yang dikerjakan sepenuh hati.

Suasana Toko Aminah Akil Silk (Dok. Aminah Akil Silk)
Suasana Toko Aminah Akil Silk (Dok. Aminah Akil Silk)
Sabbé memiliki berbagai macam motif atau motif yang disebut balo. Motif balo renni' yaitu motif kotak-kotak kecil yang dipakai oleh para gadis. Motif balo lobang yaitu motif kotak-kotak kosong yang dipakai oleh para jejaka.

Motif makkalu yaitu motif garis melingkar dan melintang. Motif tettong yaitu motif garis berdiri. Motif bombang yaitu motif berupa garis zigzag. Motif cobo' yaitu motif berbentuk segitiga dengan ujung yang lebih runcing dan melingkar. Dan terakhir adalah motif moppang. Motif moppang merupakan motif yang sudah punah karena motif ini sangat sakral dan tidak sembarang orang yang memakainya. Motif ini dibuat oleh gadis menjelang pernikahan, atau tenunan terakhir sang gadis ketika masih lajang.

Salah satu produk sabbé Aminah Akil Silk (dok @aminahakilsilk)
Salah satu produk sabbé Aminah Akil Silk (dok @aminahakilsilk)
AMINAH AKIL SILK

Sabb adalah hasil budaya yang ikonk bagi Kabupaten Wajo. Kualitas kain tenun khas Wajo tak perlu diragukan lagi. Proses pembuatan yang masih menggunakan alat tenun bukan mesin menjadikan kualitas tenunan dapat dikontrol dengan baik. Sabb adalah produk tenun yang memiliki peluang yang sangat bagus. Untuk menjemput peluang tersebut, hadir Aminah Akil Silk yang menjual dan memasarkan sabb khas Wajo. Kehadiran Aminah Akil Silk turut berperan dalam memelihara sabb dan menghargai jerih payah wanita bugis.

Ibu Ida Sulawati, merupakan pemilik Aminah Akil Silk. Aminah Akil Silk beralamat di Jalan Wa'na Makka 33 Sempang, Kampung BNI Sengkang. Aminah Akil Silk menjual kain sutera Wajo dengan berbagai macam corak dan warna serta harga yang bervariatif. Harganya mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

"Terkadang saya miris dan khawatir tentang kelanjutan produksi sutera Wajo, kami pelaku bisnis kadang mengalami masa-masa sulit," keluh Ibu Ida, panggilan akrab ibu Ida Sulawat.
Memang ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis sabb di Kabupaten Wajo agar tetap bertahan di bisnis ini. Salah satunya yaitu ketersediaan kepompong ulat sutra. Untuk menyiasatinya, yaitu memasok kepompong ulat sutra dari luar daerah. Begitupun penjualan sabb khas Wajo kadang mengalami pasang surut. Maka Ibu Ida selalu memotivasi sesama pelaku bisnis sabb khas Wajo untuk mempertahankan kualitas dan memajukan bisnisnya.

"Di era yang kekinian ini, yang serba digital, peluang telah terbuka lebar untuk memperkenalkan produk-produk unggulan sutra Wajo melalui media sosial," jelas Ibu Ida. Memang media sosial merupakan salah satu solusi pemasaran terkini. Penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran sedang digalakkan oleh Aminah Akil Silk untuk menjangkau pasar yang luas. Dengan menjangkau pemasaran dan konsumen yang luas, Aminah Akil Silk dalam pemasarannya juga melestarikan salah satu unsur budaya Sulawesi selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun