Mohon tunggu...
Yuslisul Pransiskasari
Yuslisul Pransiskasari Mohon Tunggu... -

mencoba berbenah dengan keadaan yang ada dan semoga tetap dapat mencari nutrisi dari obyek yang saya baca, karna membaca tidak terbatas pada buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pertanda

23 Januari 2012   11:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:32 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ndis, tangi. Ono opo iki kok bengok-bengok. Kowe ngimpi opo?”

Hanya lantunan kalimat istighfar yang dapat kuucapkan.

Kowe dipethuki Rama maneh?”tanya mbak yu ku dan aku mengangguk.

Uwis, age wudlu kono disek kareben kowe tenang.”

Aku bangkit dan mengambil air wudlu kemudian kutunaikan sholat malam. Setelah selesai kulihat di meja belajar tergeletak sebuah kertas kusam berpita persis seperti  yang ada di mimpiku. Kubuka perlahan kemudian membacanya. Sebuah pesan belum kutunaikan hingga saat ini mengingatkanku akan wasiat Rama. Rama ingin aku menjadi seperti dirinya. Menjadi seorang dhalang dan mengelola perkumpulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun