Sudah setahun lebih empat bulan saya 'menikmati' pekerjaan sebagai seorang Sales Engineer. Sales. Sebelumnya tidak pernah ada dalam kamus perjalanan hidup saya bisa menoreh sebuah kata SALES, tapi tuntutan kehidupan ingin saya mencicipi bagaimana 'derita' dan 'insentif' yang membuat seorang Sales bisa bertahan hidup dijaman (yang kata orang) susah ini. Saya sendiri bingung, jaman susah tapi kok berat badan saya tidak beranjak turun. *out of topic* *plak!*
Mencoba menjalani hidup seorang Sales yang harus datang dari pintu satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Bertatap muka dengan sejuta (gileee...sejuta coy) raut wajah para penentu keputusan deal pekerjaan. Berbicara dengan sejuta (sejuta lagi coy!) orang yang punya karakteristik berbicara berbeda-beda.
Dulu! Iya Dulu..saya termasuk orang yang menjauh untuk bisa berbicara panjang lebar dengan orang yang belum saya kenal. Saya lebih senang membuat 'comfort zone' sendiri dengan orang yang "mau" saya kenal. Entah kenapa, yang pasti saya sekarang merindukan saat-saat seperti itu. Bener kata ibu saya, bahwa setiap manusia pasti memiliki gelombang jam kehidupan dimana mereka ingin bisa nyaman dengan banyak orang dan ada saatnya ingin nyaman untuk sendirian. Itulah saya dulu, lebih suka sendiri. Sampai sekarang pun saya punya sahabat cuman 1. Kenapa? Padahal banyak orang punya sahabat lebih dari 1. Simple! saya orangnya tipenya SETIA. *benerin poni* Hehehe..Ya karena saya punya prinsip, Sahabat cukup 1 karena dengan dia saya bisa membagi semua duka. Kalau sekedar teman baik, bisa lebih dari 1 karena dengan mereka bisa membagi suka. Duka? hmm...lebih baik jangan. *case closed!* :p
Oke! Back to topic.
Sahabat saya dulunya seorang AO (accoun officer) sebuah Bank BUMN. Jadi dia sering menceritakan kepada saya ketika masih menjabat sebagai seorang AO bagaiman perjuangannya untuk bisa mendapatkan kredit dari nasabah sebesar mungkin. Mencapai target yang sudah ditentukan itu tidak mudah. Kudu banting tulang siang dan malam hari. Cuaca hujan dan panas tidak menghalangi untuk bisa terus mencapai target. Jadi, saya menghormati bagaimana perjuangannya untuk bisa terus berkarya di perusahaannya. Dan tidak heran benih yang dia sudah tanam sejak awal bekerja, sekarang sudah menghasilkan buah yang cukup dia nikmati dengan keluarga kecilnya. Dari dia saya belajar bagaimana menjadi 'sales' yang mampu menarik nasabahnya untuk bisa memenuhi target perusahaan. Dari dia saya belajar bagaimana berkomunikasi dengan banyak orang yang belum dia kenal. Dia memang orangnya mudah bergaul dengan siapa saja. Orang yang dia lihat sedetik tadi, sudah diajak berbicara hingga bermenit-menit. Bahkan tidak heran hingga mereka bisa tertawa terbahak-bahak padahal baru pertama kali bertemu dan bercakap-cakap. Well..thats why i am so proud to him.
Ketika saya pindah pekerjaan dan mengiyakan untuk menjadi seorang Sales, dia sangat antusias. Dia tau saya sedang berusaha keluar dari 'comfort zone' saya. Dia orang pertama kali membuat saya bersemangat untuk bisa menjadi orang lain, tentunya dalam hal yang positif. Maka jadilah saya menjadi seorang Sales Engineer hingga saat ini.
Saya merasakan beberapa perubahan dalam gelombang kehidupan saya. Diantaranya, saya sekarang menjadi orang yang sok akrab, walau masih standart sih menurut saya. Setiap orang yang memungkinkan saya ajak bicara selalu saya ajak ngobrol tentang hal yang sedang kami tunggu bersama misalnya. Contohnya yang paling saya amati ketika saya sedang mengisi bensin. Sekarang ini saya sering amati orang mengisi bensin mobilnya hanya dengan menarik tombol bergambarkan pompa bensin dari dalam mobilnya dan menyerahkan uang tanpa harus keluar dari mobilnya. Saya sih menganggap kalau sekarang memang sudah jamannya #generasinunduk alias gadget mania. Yang jauh terasa dekat, yang dekat terasa jauh. (yak! mulai deh merenung :p). Jadi saya mengambil poin penting dalam hal itu, saya lebih suka mengeluarkan bodi saya yang aduhai dan tidak sedap dipandang ini dari kursi driver dan bertatap muka langsung dengan petugas pompa bensinnya. Hanya sekedar menyapa "Panas banget hari ini yah Mas?" "Pompa bensin sini 24 jam ga sih Mbak?" "Wah, disini pada ngantri juga yah?" Mengawali percakapan dengan mereka membuat saya ingin bisa kenal dengan mereka secara personal. Maksudnya tanpa meminta imbalan ditambahan 1 liter bensin...bukan...bukan itu! Tapi nilai percakapan yang singkat karena mereka adalah pekerja yang sama seperti saya.
Itu baru hal kecil yang saya lakukan saat ini. Lebih senang dengan bercakap-cakap ringan dengan orang yang ingin saya ajak bicara. Walau tidak banyak yang lebih curiga juga, dikira mau nawarin barang, atau malah dianggap sok kenal terus minta no hp atau pin bb, trus kenalan lebih deket, trus jadian...*cieeee.. curcol nih yeeee!* *plak!*
Langkah pertama saya untuk bisa merubah diri saya anggap langkah besar. Saya bangga dengan diri saya sekarang karena saya mampu dan mau untuk bisa bercakap-cakap walau sering lupa nama dengan kebanyakan orang.
Satu hal lagi, tadi siang ketika saya memposting percakapan seorang ibu dengan anaknya di arena bermain anak-anak melalui akun facebook saya, saya ditegur oleh calon ibunya anak-anak saya. "Jangan berbicara ama istri orang! Ntar dikira orang lain kamu suaminya. Haram hukumnya" Dan saya pun membalas "Kalau kamu percaya sama aku, ga perlu kamu curiga dengan apa yang saya lakukan. Dan saya lebih tidak memandang apa penilaian orang lain terhadap saya selama apa yang saya lakukan adalah hal yang wajar"
Dan dia pun membalas sms (mungkin sambil manyun disana) "iyaa...percayaaaaaa!!!" Duh! cinta mati sepertinya dengan saya yang aduhai ini. *plak!*