Tergiang kata kata seoseorang" bahwa masa lalu tidak dapat diubah, dilupakan atau dihapus, tetapi hanya bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan". aku tidak bisa mengubah segala yang telah terjadi pada masa lalu, tidak peduli seberapa besar keinginanku atau betapa menyesalnya karena apa yang terjadi.
Masalahnya bukan apakah kita pernah/tidak pernah melakukan kesalahan? Tetapi, apakah kita memiliki keberanian untuk (secara jujur) mengakui kesalahan, bertanggung jawab terhadap kesalahan yang telah kita lakukan (menerima kosekuensi logis), dan berusaha memperbaikinya?Â
Adakah usaha 'mencari' Â kesalahan untuk setiap tindakan (intropeksi diri) baik dalam hubungan kita dengan Tuhan atau dalam interaksi kita dengan sesama manusia, sampai dapat mengerti dan memahami apa yang 'tidak boleh kita lakukan' untuk waktu-waktu selanjutnya? Â Berani secara jujur mengakui setiap kesalahan dan berusaha memperbaikinya, mencari kesalahan dari setiap tindakan dalam interaksi kita adalah sebuah 'intropeksi diri' Â menuju arah 'pengembangan diri'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H