Pertengahan bulan ini kompetisi liga liga di eropa sudah di mulai, begitupun dengan kompetisi tertinggi di eropa yaitu Liga Champions yang saat ini sudah memasuki babak play off. Dimana 12 klub yang bertarung akan memperebutkan 6 tempat tersisa.
Klub klub besar eropa pun sudah mulai mempersiapkan diri untuk mengarungi kompetisi musim depan tak terkecuali raksasa Spanyol, Real Madrid.
Hasil minor yang didapat El Real musim lalu sepertinya membuat petinggi klub mulai melakukan pembenahan, dimulai dengan memanggil kembali Zinedine Zidane jadi pelatih sejak akhir musim lalu. Mengingat Zidane terbilang sukses dengan 3 gelar Liga Champions secara beruntun yang diraihnya bersama Real Madrid.
Kepergian Cristiano Ronaldo ke Juventus sejak musim lalu juga menjadi petaka keterpurukan El Real musim lalu meski tidak bisa dijadikan alasan. Dan untuk memulai msim depan, nama nama beken dan hebat pun mulai dilirik oleh El Real, nama nama seperti Eden Hazard, Luca Jovic hingga Neymar masuk dalam radar. Tak lain dan tak bukan nama nama itu dipersiapkan untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan CR7.
Namun dari semua itu, ada satu hal yang harus El Real mulai singkirkan. Satu hal yang bisa menjadi alasan kenapa Los Blancos gagal meraih juara khususnya Liga Champions, padahal dengan predikat sebagai peraih tiga gelar beruntun yang dimana sejak dimulainya era Liga Champions musim 1992-1993 tak ada satu klub pun yang mampu meraih atau mampu mempertahankan gelar juaranya, namun El Real tak mampu berbuat banyak dan tersingkir di babak 16 besar dari Ajax Amsterdam.
Sepertinya kutukan El Real di eropa mulai kembali lagi, kutukan dimana saat mereka menjadi penguasa eropa di periode lima musim secara beruntun maka periode selanjutnya El Real tidak akan menjadi juara untuk waktu yang lama.
PERIODE BURUK EL REAL
Kutukan El Real dimulai saat mereka menjadi juara di awal kompetisi ini di gelar, saat itu mereka menjadi juara Liga Champions ( dahulu bernama European Cup ) 5 kali secara beruntun sejak musim 1955-1956 hingga 1959-1960. Pada periode itu El Real di arsiteki 3 pelatih berbeda Jose Villalonga ( 1955-1957), Luis Carniglia ( 1957-1959) dan Miguel Munoz (1959-1960).Â
Di periode itu juga para pemain bintang pun hadir disana seperti Alfredo Di Stefano, Ferenc Puskas dan Raymond Kopa. Namun setelah menjadi juara mereka hanya mampu menembus final di musim 1961-1962 dan 1963-1964 hingga akhirnya mereka kembali menjadi juara di musim 1965-1966.
Selepas menjadi juara di musim 1965-1966 itu, praktis nama El Real tak lagi terdengar mampu meraih titel juara untuk waktu yang terbilang sangat lama. Meski mereka selalu menjadi wakil Spanyol di ajang tersebut namun tak mampu membendung kekuatan Ajax Amsterdam dan Bayern Muenchen yang menjadi penguasa eropa saat itu.Â
Dalam dua dekade kompetisi tersebut nama El Real hanya mampu menembus semi final sebelum akhirnya nama nama seperti Santilana dan Juanito mampu membawa El Real menembus final di musim 1980-1981. Sayang mereka gagal menjadi juara setelah dikalahkan Liverpool yang pada saat itu dilatih oleh Bob Paisley, yang juga menjadi era klub klub Inggris menjadi penguasa eropa.
Dan sejak kompetisi berupah format menjadi Liga Champions, barulah El Real mulai kembali memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya. Dimulai sejak musim 1997-1998, Perdrag Mijatovic dkk meraih gelar ketujuh buat El Real, juga menjadi penanda dimulainya era Los Galacticos jilid kedua. Dan juga menjadi awal El Real kembali menjadi penguasa eropa.
Dalam 5 musim sejak musim 1997-1998 hingga 2001-2002 setidaknya El Real 3 kali mampu mengangkat si kuping besar. Mereka hanya gagal di musim 1998-1999 dan di musim 2000-2001, namun di dua musim itu El Real justru sukses menjadi juara La Liga.
Kekalahan El Real dari Juventus di babak semi final musim 2002-2003 menjadi awal kutukan bagi El Real selanjutnya, bahkan sejak musim 2004-2005 hingga 2009-2010 El Real tak mampu lolos dari babak 16 besar padahal di era itu nama nama seperti Ronaldo (Brazil), Beckham hingga Ruud Van Nistelrooy bermain di sana. Kedatangan Kaka dan Cristiano bahkan tak mampu mengangkat prestasi klub meski pada saat itu dilatih oleh pelatih sekaliber Jose Mourinho.
Barulah di musim 2013-2014 dibawah asuhan Carlo Ancelotti El Real kembali menjadi juara yang dilengkapi oleh Zidane di tiga musim berikutnya. (musim 2014-2015 Barcelona sempat menjadi juara). Dan lagi lagi El Real menjadi penguasa eropa selama 5 musim tersebut.
Jika kutukan bagi El Real kembali terulang maka jangan berharap terlalu banyak untuk musim depan, dan bisa jadi baik pelatih maupun pemain bakal menjadi pihak yang disalahkan. Adapun jika kutukan itu benar adanya tidak salah jika para penggemar tak perlu berekspektasi terlalu tinggi dan menunggu mampukah El Real lepas dari bayang bayang kutukan masa lalu mereka.(IAN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H