Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Maaf Memaafkan Sebelum Tiada, Bagaimana Caranya?

13 Mei 2021   17:20 Diperbarui: 13 Mei 2021   17:31 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Allah , saya merasa banyak dosa kepada orang lain baik sengaja maupun tidak sengaja dan aku malu untuk meminta maaf kepadanya. Tolong hamba ya Allah  maafkan atas kesalahan diri hamba untuknya ya Allah"

Pernahkah kalian memiliki sebuah kesalahan kepada seseorang baik itu kepada orang tua, adik , kakak, pasangan suami/ istri , anak -- anak dan kalian tidak mampu untuk meminta maaf dengan berbagai alasan , diantaranya :

  • Orang tersebut telah mendahului kita / meninggal dunia;
  • Orang tersebut sulit kita jumpai lagi di mana keberadaannya;
  • Orang tersebut dianggap sulit sekali memaafkan kesalahan kita ;
  • Dll nya.

Tentunyaa ada  kegundahan tersendiri bila kita sebagai sesama muslim bersaudara belum mendapatkan maaf  dari orang yang pernah kita sakiti baik sengaja maupun tidak sengaja. Ada pepatah bilang memaafkan lebih baik dari meminta maaf, namun dalam praktiknya sulit sekali. Bisa memafkan namun tidak bisa melupakan. Itulah komplikasi dari sebuah kata memaafkan. Bila keduanya selaras  maaf dan saling memaafkan , maka akan lebih indah lagi.

Saat Ramadan tiba, khususnya  di bulan kemarin yang sudah sama sama kita lewati , dimana satu bulan lamanya kita digodok menjadi manusia tangguh ibarat di kawah candra dimuka , maka endingnya adalah keberanian diri .Ya, berani   untuk menundukan hati untuk meminta maaf kepada orang lain sambil terus berharap orang tersebut mengikhlaskan hati dan jiwanya untuk kita.

Dengan menahan segala hawa nafsu dunia , baik dari makanan dan minuman, perkataan yang tidak perlu dan lain sebagainya puasa di Bulan Ramadan adalah terapi diri yang paling ampuh. Kekesalan, kekecewaan  dalam hidup selama 11 bulan setidaknya bisa dimanage dalam satu bulan berjalan. Setelah selesai terapi tersebut,  maka kita mendapatkan bekal kesucian diri yang akan bisa dipakai di sebelas bulan berikutnya.

Bekal kebaikan tersebut tak akan lengkap bila tidak disertai dengan permohonan maaf dan memaafkan antar sesama. Oleh karena itu banyak orang rela berdesakan penuh peluh, berjuang menembus ribuan kilometer hanya untuk kata maaf yang terucap kepada Orang tua dan saudara lainnya di kampung.  Karena kesalahan , kekhilafan adalah hal umum yang bisa terjadi pada diri kita sebagai manusia, maka dengan sendirinya proses yang menjadi tradisi halal bihalal terus lestari.

saling memaafkan meski tetangga 2 langkah dari rumah, Dokpri
saling memaafkan meski tetangga 2 langkah dari rumah, Dokpri
Halal bil halal yang sejatinya suci mensucikan , berasa sempurna karena dosa yang disengaja maupun tidak sengaja sudah mendapatkan pengampunan bernama Maaf tadi. Lalu bagaimana dengan orang yang saya sebutkan di awal, di mana kita sulit mendapatkan kata maaf  mereka yang memenuhi kondisi tersebut. Seperti pagi tadi , paska Sholat Idul Fitri, WA group Bapak - bapak berbunyi . Dimintakan bapak ibu keluar rumah untuk saling bermaafan. Dari 40 Kepala Keluarga yang ada di lingkungan RT saya, tidak sampai separuhnya ada di rumah. Kebanyakan sudah pergi ke sanak saudara yang terdekat (bukan pulang kampung). Akhirnya yang ada saja dengan kesepakatan hanya di luar rumah, tamu tidak sampai masuk ke dalam rumah masing - masing warga. Saat itu hati menjadi plong, namun ada kekurangan bagaimana dengan orang yang belum saya temui saat acara tadi. Meski bisa disampaikan  via telpon, video call, whats app, namun lebih afdol kalau sudah saling berhadapan dan berucap "sama - sama". Itu kepada orang yang bisa kita ketemui kemudian waktu, lalu bagaimana kepada orang yang telah meninggal dunia?

Dalam pengajian kajian tafsir Profesor Quraish Shihab, kondisi  permasalahan ini sebenarnya ada solusinya yang diperbolehkan :

Tetap meminta ampun kepada Allah SWT. dan kemudian memintakan maaf kepada orang yang kita lukai/ sakiti/dzolimi  melalui perantara Allah SWT. Karena kita adalah tempat khilaf dan salah, maka ada baiknya kita menyegerakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan saling memaafkan , saling mengikhlaskan apa yang telah terjadi di antara manusia.

Dalam buku M Quraish Shihab Menjawab dijelaskan, kalau tidak sempat meminta maaf karena yang bersangkutan telah meninggal dunia atau sebab lain, maka berdoa merupakan salah satu cara yang mungkin bisa meluluhkan hati yang teraniaya sehingga tidak menuntut ganti di akhirat kelak.

Menurut Ahli tafsir Alquran terkenal ini, hal itu bisa dilakukan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berbagai macam kebajikan, sambil berdoa sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun