Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kita Sedang (Tidak) Baik-baik Saja?

11 Juli 2020   21:04 Diperbarui: 11 Juli 2020   21:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susana di Hotel Santika BSD saat menjalankan PSBB

melihat situasi saat ini , sepertinya perilaku semau gw sudah tidak pas lagi. Negeri kita butuh masyarakat (warga) yang sehat bukan calon pesakitan karena Covid-19. 

data - data yang ditampilkan pemerintah seolah seperti etalase berjalan. Perhari ini Angka penyebarannya bertambah sebanyak 1.671 dengan total sebesar 74.018 kasus (kompas.com) . 

Angka - angkanya kini bagai permisifisme , dianggap biasa dan hanya sebuah angka  statistik  tanpa makna.  Angka biasa yang tidak berarti apa -apa.  "Asal Bukan Gw yang bukan ada di daftar itu"!

Perlu disadari oleh makhluk berakal, bahwa  rasa empati harus ada disertai dengan akal sehat. Kalaulah kita cuek, kemudian itu membuat  nasib keluarga di rumah baik - baik saja.  Ya silahkan itu sebuah pilihan. 

Anak istri,  Suami/ Isri , Kakek dan Nenek bukankan itu orang orang yang Anda cintai? 

Kondisi kita saat ini sebenarnya mengkhawatirkan. kita dalam kondisi tidak baik - baik saja, meski merasa baik - baik saja. Persis seperti Orang Tanpa Gejala (OTG). Terlihat sehat tapi sebagai Carrier pembawa penyakit. 

Hal ini harus dipandang bukan sesuatu yang  baik. Apakah ada usaha untuk memastikan kondisi kesehatan kita untuk ikut Rapid Tes (Swab Tes)? 

Berita terbaru , Siswa Taruna Secapa di Bandung Jawa Barat terkena Covid-19 . Semuanya bingung,  kok bisa ya. Padahal ketat banget protokol kesehatannya.  Terus secara fisik Taruna ini telah teruji dan diatas rata - rata fisik orang biasa. Nah tuh paham, mereka aja bisa kena , apalagi kita yang sebodoan. Disuruh pakai masker males - malesan . Alasannya engap lah, gak biasa lah dan alasan lainnya sebagai pembiaran. 

Ada meme lucu, ketika juru bicara pemerintah Bapak Yuri yang selalu membacakan informasi harian mengenai jumlah yang terkena, yang sembuh sampai kepada yang meninggal dunia. "Lelah Rasanya, kalau bacanya sampai berlanjut -lanjut tanpa kepastian" Makanya pada cuci tangan, pake masket dan jangan pada bandel ngapa?

Setelah apa yang terjadi , lalu apa yang harus dilakukan oleh kita untuk menghadapi musibah ini. Tetap cuek saja? 

Pegawai yang sigap dengan APD sesuai kebutuhan
Pegawai yang sigap dengan APD sesuai kebutuhan
1.  Tetaplah memakai masker ;

2. Tetaplah mencuci tangan;

3. Kurangi ego untuk bepergian ke tempat yang ramai (mall, tempat wisata) ;

4. Tetaplah produktif bekerja dan menghasilkan;

Saya mau membahas point 4 , bolehkan? 

Banyak orang merasa berada di rumah itu membosankan, bekerja di rumah (work from home) sama sekali berbeda dengan bekerja normal. "meninggal dalam mencari usaha di luar  lebih baik daripada meninggal karena gak punya uang"  Itulah ungkapan yang sering didengar selama kurang lebih 4 bulan masa Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB). 

Pendapat seperti itu memang tidak bisa disalahkan. Yang salah adalah ketika sudah ada protokol kesehatan beraktifitas di luar tapi tidak melaksanakannya alias cuek bebek.  

Coba perhatikan di lingkungan sekitar, gak usah jauh -jauh deh pasti menemukan orang yang tidak konsisten  memakai masker. Ada yang pakai , tapi hidungnya gak ketutupan, ada yang nyantol aja di leher  dan sebagainya. 

Kita (tidak) sedang baik - baik saja. Kalaulah Covid-19 ini sampai pada gelombang kedua, maka sudah dipastikan kita memiliki probabilitas tinggi untuk terkena. Sudah siapkah? Jawabnya Jangan sampe deh. Amit - amit. Bukankah itu memang potensi ? 

USAHA BERBAGAI SEKTOR

Sepatu disemprot desinfektan
Sepatu disemprot desinfektan

Saat saya berkunjung ke salah satu hotel di Tangerang Selatan dalam rangka tugas , beragam informasi menarik didapatkan. Sebut saja hotel itu Santika BSD.  

Saat pertama kali Pandemi ini terjadi di Indonesia, semua orang masih beranggapan bahwa kita akan baik - baik saja. Ternyata tidak demikian. Karyawan hotel perlu diperhatikan kesejahteraannya. Perlu diberikan gaji, dan tetap mendapatkan Tunjangan Hari Raya Lebaran. Apakah orang - orang yang cuek tadi mau berfikir? 

Hunian hotel menurun drastis, bahkan nyaris tanpa pendapatan sama sekali. Sementara biaya operasional tetap harus dibayarkan. Listrik,  Air, maintenance, gaji karyawan musti tetap ada. 

Beruntungnya Hotel Santika BSD tetap Survive loh . Awal Juni kemarin, mereka mulai beroperasi . Dengan menerapakan protokol kesehatan  baik bagi pekerja , karyawan dan  para  pengunjung. 

1. Pengungjunga  yang datang akan di termo gun (diukur suhu tubuhnya). Pengunjung yang suhunya di atas 37.5 akan dikarantina terlebih dahulu (tersedia ruang karantina) ;

2. salah satu yang unik sepatu para pengunjung disemprot desinfektan . kan gak tau kita dari mana dan habis menginjak apa. Jadi sepatu hukumnya wajib untuk disemprot desinfektan;

3. Jumlah kamar disesuaikan jumlahnya sesuai aturan, artinya diatur sedemikian rupa agar pengunjung nyaman dan terjamin kesehatannya;

4. Tersedia tanda - tanda antrian. Semisal ketika berada di Lobby , front office, Lift dan sebagainya. 

Nah kenyamanan yang dicontohkan oleh Hotel Santika BSD ini demi keberlangsungan jalannya usaha. Di dalamnya ada puluhan karyawan yang sempat dirumahkan karena Pandemi. 

Dari puluhan pekerja ini ada anak istri yang perlu dinafkahi secara baik. Menunggu kepastian kapan ini berakhir. Kalau sampai ada gelombang kedua. Maka kondisi serupa akan terulang kembali. Lalu apakah kita akan (tetap) merasa baik - baik saja? 

Hotel Santika BSD hanya salah satu contoh yang saya ketahui melakukan kewajiban perundang- undangan ketenagakerjaan dengan baik. Ownernya memerhatikan betul dan tahu apa yang harus dilakukan untuk tetap bisa survive di tengah ketidak pastian.  Bukan kah harusnya kita bertindak sama. Harsu bisa survive juga ,  demi keluarga di rumah. 

Yang paling ditakutkan adalah nasib kita sama dengan ribuan pekerja pabrik sepatu di Kabupaten Tangerang yang mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Massal. Mendapatkan kenyataan ini seperti tersambar petir di siang bolong. Uang pesangon belumlah memberikan rasa aman dan nyaman bagi keluarga di rumah.  Nasib kita  Rupanya (tidak) baik - baik saja. 

Beragam  sektor industri, perdagangan, jasa menjadi stagnan karena pandemi ini.  Lalu apa yang mesti dilakukan agar kita (tetap) baik - baik saja. 

Pertama tetap jaga kesehatan, jaga sikap emosi, tetap berfikiran positif . Tetap produktif.  Masih ingatkan , meski pandemi ada sektor - sektor usaha yang tetap survive. Bidang kesehatan misalnya. Banyak usahawan  baru yang banting setir menjadi produsen alat pelindung diri, membuat masker, hand sanitizer. 

Bidang jasa pun sama. Setiap hari di komplek rumah selalu saja ada yang berteriak "paket - paket" . Artinya daya beli masyarakat masih tetap ada. Industri penghantaran pun tetap berjalan dan meningkat tajam seiring banyak orang berdiam di rumah . Belanja dari rumah. 

Para pemilik toko sepeda. Kebanjiran order pembelian lebih  dari 50 persen. Karena perubahan perilaku masyarakat akibat pandemi . Kembali menjadi care akan kesehatan katanya. Lucunya saat Care Free Daya di Jakarta semua berkumpul , berkerumum seolah - olah kita sedang baik - baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun