Saat itu depresi melanda, pikirannya kacau,sulit sekali mencari solusi dalam masalah yang menderanya. " Apa aku harus bunuh diri saja ya?" Ujar Mbak Agatha  dengan wajah khasnya yang mudah tersenyum  dan selalu sumringah ini.Â
Minggu, 12 Januari 2020, di salah satu tempat wisata, di sebuah pondok gazebo Taman Tekono 2 "Jaletreng River Park Kota Tangerang Selatan, komunitas Kompasianer Tangerang Selatan Plus "Ketapels" berkumpul sejak pagi. Sudah sejak lama, Ketapels selalu tepat waktu dalam setiap kegiatannya alias on time. Â
Ketapels sendiri kini diketuai oleh Kang Rifki Feriandi setelah mendapat lungsuran dari Oom Dzulfikar LaAla, sebelumnya memang Kang Rifki adalah ketua Ketapels pertama, jadi kami bersepakat yang sudah pengalaman akan dipilih kembali. Hehehe. Mudah mudahan gaya pemilihan ketua akan terus seperti ini. Saling mengikhlaskan namun saling membantu. Aamiin.Â
 Kembali ke titik persoalan, Minggu itu saya dan istri terpaksa datang terlambat karena ada suatu urusan di rumah.  Saat tiba di  lokasi Silaturahmi Berbagi Inspirasinya Ketapels, para anggota sudah berkumpul komplit.Terlihat Oom Dzul bertindak sebagai moderator , dan di depannya sudah ada tiga orang inspiratif yang sudah dan akan membagi tips dan trik kesehatan menurut versinya masing masing.Â
1. Agung Han , Kompasianer of The Year Tahun 2019 yang memaparkan hidup sehat karena sayang anak anaknya. Dia mengisahkan ketika tubuhnya membesar, berat badannya tidak ideal disebabkan pola makan yang tidak teratur (apa saja dimakan).Â
Kemampuannya menurunkan kelebihan berat badan menjadi normal adalah sesuatu yang patut ditiru. Kemauan untuk berubah termasuk tidak makan nasi dan mengonsumsi buah buahan semisal pisang, jambu dan lainnya. Kesehatannya diakui membaik setelah dietnya dijalankan secara konsisten.
2. Buyang Bu Ngesti, mantan Pramugari di eranya Orde Baru. Beliau yang kini berusia di atas 60 tahun mengisahkan rasa sakit yang  dideritanya karena menderita sakit kepala berkepanjangan (vertigo).Â
Dalam sharingnya, Buyang (panggilan kami) mengatakan bahwa terlepas dari sakit kepalanya dengan mengonsumsi herbal , tanaman obat. Aktivitasnya kini sangat bermanfaat selalin kemampuannya bermain kesenian keroncong.Â
"Tidur yang berkualitas adalah kuncinya". Ujarnya mengakhiri kisahnya.Â
3. Mey Agatha, Saya menyebutnya Mbak Agatha, Â meski usianya sudah kepala 5 loh. Semua yang hadir kaget bukan kepalang ketika Mbak satu ini meminta audiens menyebutkan usianya dan tak satupun yang berhasil menyebutnya dengan benar.Â
Kegalauan dalam hidup pernah dirasakan, depresi hingga akhirnya ingin mengakhiri hidup dengan cara singkat namun dilaknat (bunuh diri). Beruntung sebelum kejadian, dalam sebuah pertemuan dengan motivator asal Amerika rasa itu tiba tiba sirna. " lupakan dan cintai"Â
Sesulit apapun masalalu kita, dengan niatan tulus makan akan bisa diselesaikan. Â Lupakan masalah itu dan cintai diri kita seutuhnya. Karena jarang sekali orang bisa mencintai atau bahkan memaafkan diri sendiri. Memaafkan orang lain itu mudah, namun memaafkan diri kita atas kejadian itu sangat sulit. Meski sangat susah dilaksanakan, namun bisa dijalankan.Â
Ketiga pembicara yang dihadirkan adalah para Kompasianer juga. Mereka hadir dengan talenta luar biasanya di bidangnya masing masing. Kemampuan menulis mereka memiliki kekhasan tersendiri hingga membuat pembacanya tertarik, selain itu aktivitas di luar dunia tulis menulis juga sangat menginspirasi kami yang hadir saat itu.Â
Jujur saya ingin terus berada di forum tersebut. Rengekan dua bocah Kanda n Kayama membuat tulisan ini harus terhenti di sini. Mungkin tulisan si Mami Ulihape akan lebih lengkap dan mengena lagi.Â
Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H