Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menjadi Menteri Agama untuk Semua Umat

3 Agustus 2018   21:37 Diperbarui: 5 Agustus 2018   08:28 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap ada masa orientasi mahasiswa di kampus dulu, ketika sedang berada dia aula utama, datang sekelompok mahasiswa berdiri di depan dan kemudian mengumumkan ada salah satu teman yang kini terbaring dikarenakan kecelakaan. Sontak mahasiswa yang masih lugu memberikan santunan seikhlasnya. Tahu yang terjadi bertahun tahun kemudian, ternyata itu adalah informasi palsu yanh sengaja diberikan demi kepentingan segelintir orang. Uang yang terkumpul digunakan untuk berfoya foya. Dahsyatnya berita bohong.

Semuanya "terbelah" karena berbeda pilihan. Teman Sekolah masa SD, SMP, SMA bahkan kuliah bisa menjadi musuh dalam tanda kutip hingga menjadi musuh sejati karena berbeda prinsip. 

Itulah kondisi masyarakat kita saat ini, dimana proses tabayun, menemu kenali sebuah kebenaran sebelum menyampaikan kepada orang lain jarang sekali dilakukan, bahkan bagi sebagian orang yang mengaku berpendidikan tinggi ataupun  yang memiliki pangkat dan jabatan. Semuanya asal sesuai di hati langsung disebar tanpa peduli efek domino yang akan terjadi nantinya.

Waktu sekolah agama dulu (Madrasah Ibtidaiyah) saya sempat  merasakan bagaimana  diajarkan menghapal Surat surat dalam Alquran maupun menghapalkan hadis (perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW). Ada mata pelajaran menghapal Hadist, saat itu diminta maju satu persatu menyetorkan hapalan di kelas. Alhamdulillah  ketika itu saya belum paham untuk apa dan bgaimana hapalan itu berguna hingga saat ini? 

Hingga kuliah selesai pencarian saya terhadap makna kandungan yang ada pada agama saya masih dalam proses pencaran. Banyak membaca dan terus menggali literasi litrasi baru. Kini semuanya dimudahkan dengan digitalisasi bantuan internet yang menjangkau segalanya. Kini perpustakaan yang di jaman saya sepi pengunjung sekarang seperti kuburan dan menurut hasil survey adalah menjadi tempat kedua setelahnya yang sepi pengunjung.

Hubbul Watoni Minal Iman ( Cinta Tanah Air sebagian daripada Iman)

Itulah yang sering diucapkan oleh guru agama dan guru mengaji saya. Mencintai tempat di mana kita di lahirkan , di mana kita dibesarkan ,di mana kita tumbuh kembang , di mana ada keberagaman agama, suku dan bangsa. Mencintainya adalah bagian dari Iman. Titik.

Berpuluh puluh tahun kemudian, saya sulit sekali uk mengerti, bahwa masyarakat kita mencintai tanah airnnya, bahkan mencintai agamanya pun sendiri kadang salah kaprah. 

Meyakini sesuai persepsinya, tidak belajar kepada ke arah kebaikan. Meyakini kelompoknya adalah yang benar dan kelompok lainnya salah bahkan sanggup mengkafir -- kafirkan orang lain yang dia tahu sendiri agamanya sama yaitu Islam. Bahkan dengannya mereka merakit sebuah benda yang teramat mematikan yang bisa saja melukai anggota keluarganya sendiri melalui jaringan internet. Lagi -- lagi mereka buta akan sebuah taklid.

Islam sendiri mempunyai arti harfiyah damai , selamat, tunduk, dan bersih , kaitan  dengan kata Muslim adalah dua hal yang berbeda .Islam adalah agama dan Muslim adalah  pemeluknya.  

Sebagai pemeluknya saya mempunyai kewajiban membumikan islam sebagai agama yang mampu membuat saya damai dan memberikan kedamaian pula kepada orang lain. Karena itu perintah Tuhan yang diwahyukan oleh Seseorang yang nyaris tanpa cela dan diteruskan oleh para sahabat dan pengikutya hingga kini. Lalu mereka belajar dengan siapa , ketika mudah sekali mengeluarkan dan menyebarkan berita bohong?

Pandangan Agama Lain Terhadap Kedamaian

Agama lainnya pun saya yakini memiliki ajaran yang sama , mematuhi ajaran tuhannya dan utusannya. Melarang apapun bentuk kekerasan baik verbal maupun fisik. Baik berupa niatan maupun yang sudah dilaksanakan. Apapun yang dibangun dengan sebuah kebencian maka seluruh sendi, tiang , dinding bahkan atapnya akan dihiasi dengan corak kebencian yang sama. 

Lalu mengapa kita teruskan melakukannya?  Seseorang yang terbiasa sejak kecil melakukan pelanggaran ada kemungkinan besarnya pelanggaran itu terus dilakukan , seperti sebuah menu yang harus dilahap setiap harinya, setiap saat.  Lalu adakah program "diet"nya?

Saya jadi teringat, ketika memiliki sahabat karib semasa kuliah dahulu. Sahabat saya ini saya akui kuat mentalnya dan kerap gonta ganti pekerjaan karena mencintai keluarganya. Suatu saat dia diterima di sebuah kantor pembiayaan, tepatnya bagian penagihan. Dalam benak orang mungkin bagian ini seperti customer service yang harus ramah dan memanjakan customer. ...Skip! 

Itu bagian lain ternyata. Sahabat saya ini rupanya mendapat tugas di bagian penagihan.Tugas utamanya adalah menghubungi para customer untuk diingatkan bahwa tagihan atau cicilan hutangnya macet/tertunggak atau kendala lainnya. Dari menelpon dengan gaya bicara halus sampai dengan makian dan ungkapan semisal kata kata yang sering diucapkan di kebun binatang. 

Tidak perduli siapa yang menjadi lawan bicaranya mau laki laki atau perempuan, fix akan dia maki sehabis habisnya. Alhasil berhari -- hari dia melakukannya, sesuai terori Repetation, selama 21 hari konsisten melakukannya maka kecendrungan  akan menjadi kebiasaan dan budaya sendiri. Alhasil omongan kasarnya ini terbawa sampai ke rumahnya, tidak sadar memaki sahabat sahabtnya sendiri, teman dekatnya, bahkan dikeluarganya sendiri. Sungguh, selama bersahabat dengannya dahulu, tak sekatapun dia berkata kasar. Luar biasa1

Bagaimana seseorang menyebarkan berita bohong?

  • Pertama karena  memang sering melakukannya, jari jemarinya sepertinya gatal kalau tidak menyebarkan berita bohong. Padahal jelas , perilaku ini paling dibenci bahkan tidak akan masuk syurga kalau orang yang disakitinya tidak memaafkannya sampai dia meninggal dunia. Saya menyebutnya dengan orang yang "sakit jiwa" dengan artian sebenarnya.
  • Kedua, ada orang karena memiliki kepentingan tertentu, sehingga dengan menyebarkan hoak, atau berita bohong agar tujuannya akan tercapai;
  • Memang sudah menjadi profesi, alias seseorang melakukannya karena dia dibayar untuk memuluskan tuannya, majikannya mendapatkan apa yang dia inginkan, meski itu bertentangan dengan nurani. Di luar sana, model begini sangat banyak dan poin  ini selalu terkait dengan poin 1 dan 2.

Bagaimana mengatasinya?

Agama mengatur dari hal -hal sepele, seperti doa  sebelum dan sesudah makan, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa  memakai baju sampai bertemu dengan mayat yang sedang lewat untuk dikuburkan, kita pun mesti berdoa. 

Nah begitulah ketika kita berada pada sebuah aturan negara. Mengatur segalanya semisal bagaimana menjadi Menteri Agama di Indonesia di tengah kemajemukan agama yang sejak dulu terkenal rukun adem ayem sebelum hoax atau berita bohong bertebaran di mana-mana.

Bahkan kalau baca literasi mengenai keuskupan di vatikan, Roma sana. Salah satu kearifan local Indonesia sangat diakui kualitasnya untuk menjaga perdamaian umat. Namanya Pancasila. Falsafah kehidupan Bangsa Indonesia. Kalau begitu, semakin kuat rasanya saya memahami apa sebenarnya tugas Menteri Agama di Republik ini.

Bagaimana kalau saya menjadi seorang Menteri Agama :

  • perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keagamaan;
  • pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama;
  • pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama;
  • Ishlah, rujuk antar agama ;
  • Kadang semua pemeluk agama, berkeyakinan merekalah yang paling unggul maka terlihat adanya superioritas antara agama satu dengan yang lainnya. Mengundang para tokoh agama lintas generasi untuk menemu kenali permasalahan di negeri ini. Menurut  saya bukan hoaxnya yang mesti ditangkal, tapi orangnya yang melakunnya;
  • Meski ada tindakan tegas melalui UU ITE No. 11 Tahun 2008  dan adanya penindakan dari apparat penegak hukum, hemat saya para tokoh agama akan saya perintahkan melakukan rehabilitasi para pelakunya , mendampinginya dan melakukan bimbingan konseling sampai dia sadar yang dia lakukannya adalah salah;
  • Poin  utamanya sendiri adalah Mereka yang membagikan informasi atau konten yang melanggar UU ITE bisa ikut dijerat dan dikenakan hukuman. Pengguna media sosial harus lebih berhati-hati dan jangan mudah membagikan sesuatu ke dunia maya tanpa melakukan konfirmasi kebenaran info tersebut. Jadi semua orang wajib diberitahu tidak terkecuali dari tingkat sekolah kanak kanak, dari arena bermain  hingga ke perguruan tinggi harus waspada dan cek kembali informasi yang didapat, jangan asal membagikan dan akhirnya merugikan orang lain atau menyebarkan kebencian kepada khalayak ramai.
  • Ketika yang melakukanya adalah  orang yang beragama islam, maka saya akan tunjuk orang yang paling didengar oleh orang tersebut semisal  orang tua, guru agama ustad dan lainnya untuk menjadi pendampingnya hingga dia sadar dan tidak melakukannya lagi, begitupun berlaku untuk umat  agama lainnya ;
  • Memerintahkan peraturan memakmurkan tempat ibadah agama masing -- masing dengan segala aktifitas positifnya, karena ini juga adalah bagian dari perintah agama agama yang mereka anut;

Kita sering mendapatkan bahkan diajak untuk menghadiri kajian-kajian yang terkadang ada unsur unsur hasad dan hasudnya. Ada baiknya saya akan membuatkan aturan agar orang yang memiliki gelar keagamaan terdata dengan baik  dan setiap saat ada pembinaan untuk diundang berdiskusi mencari solusi. 

Kementrian agama akan berkoordinasi dengan unsur unsur organisasi masyarakat lintas agama dan lintas generasi agar bisa memberikan efek kesatuan dan persatuan antar umat. Sekarang saatnya kita  kembali kepada slogan mencintai Indonesia sebagian dari Iman semua agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun