Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal Anugerah Pancawara, Sebuah Jalan Transformasi Pasar Rakyat

31 Oktober 2017   15:20 Diperbarui: 6 November 2017   12:05 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang laki laki dan seorang suami, mengunjungi pasar untuk berbelanja  kebutuhan rumah tangga sudah menjadi hal yang biasa saja. Kalau tidak percaya, coba lihat, apakah mayoritas  para penjual di pasar itu berjenis kelamin perempuan? Menurut saya sih tidak. Memang benar mayoritas dari sisi pembeli di pasar adalah perempuan namun pedagangnya  yang saya amati adalah banyak juga darikamum adam alias laki laki di mulai dari pedagang ikan, ayam hingga sayur mayur , bahkan penjual aneka bumbu masakan pun rata rata adalah laki laki. 

Jelas sudah, pasar tradisional di manapun kini sudah mulai beragam, namun tahukah Anda ketika berbelanja di pasar tradisional apa yang menjadi penghalang  untuk ke pasar  dibandingkan ke pasar modern

Jelas Pasar tradisional itu identik dengan kumuh, becek, ada parkir liar ,tidak nyaman dan keamanannya tidak terjamin semisal  ada pencurian . Hal inilah yang membuat sulit stigma bahwa lebih baik pergi ke pasar modern , meski harga sudah pasti lebih mahal namun ada kenyamanan dan kemanan  dari sisi pembeli.  Bukankah Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan sudah berbenah mengenai kondisi ini?

Anugerah Pancawara adalah penghargaan yang diberikan kepada pengelola pasar rakyat baik Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), maupun swasta yang berhasil mengelola, mengembangkan, dan melakukan inovasi untuk kemajuan pasar rakyat di Indonesia. Anugerah Pancawara diprakarsai oleh Yayasan Danamon Peduli bekerjasama dengan Majalah SWA.

Siang itu (Kamis, 26 Oktober 2017) sekitar pukul 12.30 WIB cuaca sangat terik. Bahkan driver ojek online yang saya tumpangi merasa "ampun" akan cuaca pana ekstrem ini. Padahal keseharian Ojolini separuh hidupnya di jalan dan seharusnya sudah terbiasa akan segala cuaca termasuk panas tadi. Beruntung sang driver paham jalan tikus menuju lokasi kantor kementrian Perdagangan ini . Selepas berpanas panas ria dan menembus belantara jakarta yang macet di tengah hari bolong saya pun tiba di audiotoriumnya tempat penghargaan AnugerahPancawara dilangsungkan.

Yup, saya mendapat undangan untuk menghadiri acara Forum Diskusi dan Pembelajaran Inovasi Pasar Rakyat, Penyerahan Anugerah Pancawara 2017, serta Press Conferenceya . Yang menjadi menarik adalah istilah dalam kalimat Pancawaratersebut, jujur saja baru ini saya dengar. Pancawara itu sendiri secara umum   berasal dari kata Panca artinya limadan wara adalah hari . Garis besarnya adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari 5 hari dalam budaya Jawa dan Bali.

Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa karena beberapa pasar tradisional pada zaman dahulu hanya buka pada hari tertentu saja, misalkan Pasar Legi dan Pasar Pon di Solo hanya buka pada hari Legi dan Pon saja dalam satu minggu kalender Jawa (siklus 5 hari). Dalam sistem penanggalan Jawa dan Bali, terdapat 2 macam siklus waktu: siklus mingguan dan siklus pasaran. Dalam siklus mingguan, satu minggu dibagi menjadi 7 hari, seperti yang kita kenal sekarang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu) . 

Sepintas ketika masuk ke dalam ruangan  acara ini biasa saja , namun bila dicermati acara yang menghadirkan  stakeholder nya sungguh sangat bermanfaat.  Akhirnya saya jadi ingat bahwa nama nama pasar yang saya kenal, ternyata kurang dua  hari yaitu tidak adanya nama hari Selasa dan Sabtu selain keduanya nama lima hari sudah sangat familiar dan diantaranya sudah pernah saya kunjungi. (Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Kemis, Pasar Jumat dan Pasar Minggu).

TRANSFORMASI PASAR TRADISIONAL MENUJU PASAR SEJAHTERA

Bayu Krisnamurthi Ketua Dewan Pembina Yayasan  DanamonPeduli mengatakan bahwa Pasar itu adalah tempat penularan penyakit, pasar juga membua masyarakat sehat  karena apa yang dijual  dan membuat sakit  dengan hal yang sama.  "Danamon  Group mencoba membangun  pasar sejahtera  hijau bersih dan  terawat .Danamon giat membantu  masyarakat melalui pengembangan pasar . Pasar adalah tempat berkumpul dan tempat kehidupan berlangsung. 

Pasar rakyat adalah pasar yang dimiliki warga setempat, meski ada yang namanya pasar swasta yang juga diawasi dan dilindungi oleh pemerintah.Pasar rakyat bisa menjadi pasar modern bila ada kemauan dan keingian dari segenap komponen pemilik dan pengelola pasar seperti pasar Sindhusanur di Bali yang dinakhodai oleh Bapak I Made Sukadana , Kepala Pasar  Rakyat yang berasal dari  Bali. Inovasinya yang terkenal adalah "Inovasi Swakelola dan Pengembangan Wisata Kuliner Malam".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun