Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pertamaku Sekolah Bersama Bapak

15 Juli 2016   15:16 Diperbarui: 18 Juli 2016   08:52 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah- Masa itu di mana gadget alat komunikasi selain telepon belum lahir di negeri ini, tak ada komunikasi yang indah selain betatap muka dan bercakap secara langsung. Ketika memasuki sekolah dasar (SD) orang tuanya tak bisa mengantarnya di hari pertama dia masuk sekolah, ketika memasuki sekolah menengah pertama orang tuanya kembali tak bisa mengantarnya ke sekolah di hari pertamanya berkativitas . Berikutnya ketika masuk hari pertama di sekolah menengah atas (SMA) kembali orang tuanya hanya menyerahkan sepenuhnya kepada kakak anak tersebut. Kecewakah sang anak?

Foto Kemendikbud
Foto Kemendikbud
Tentu saja anak tersebut sangat kecewa, ke mana orang tua ku, ke mana Bapakku, di manakah Ibuku? Apakah sulit meluangkan waktu barang se jam saja untuk bertemu guru-guru baruku, teman teman baruku? Apa yang harus ku perbuat agar orang tuaku mau mengantarku ke sekolah di hari pertamaku kuliah? Yang kuingat adalah ketika Bapakku ku paksa menghadiri wisuda perpisahan sekolah di mana aku di daulat untuk mengucapkan kata sambutan mewakili teman teman sekolah .Di mana aku dengan lantang meminta kepada sekolah agar benar-benar memperhatikan kualitas guru, meberikan sanksi kepada guru yang malas mengajar dan hanya member nilai palsu saat ujian selesai sebagai rasa bersalah atas anak didiknya yang tak mampu menjawab soal-soal ujian karen aguru tersebut bisa dihitung dnegan jari masuk ke kelas dan mengajar kami. Tepuk tangan menggema, hirauan guru agar tak berlama lama pidato tak ku gubris. Aku hanya ingin melihat reaksi Bapakku yan dating saat itu. Aku ingin melihat nya bangga saat itu .

Barulah ketika orang tuanya tersadar, betapa si anak tersebut sangat berprestasi di sekolahnya bahkan media massa atau koran yang menandai nama anaknya yang lulus masuk perguruan tinggi negeri masih di simpannya hingga akhir hayatnya. Anak yang menurutnya biasa saja ternyata di hargai oleh para civitas akademik, para guru dan kepala sekolah di mana dia menuntut ilmu, dihormati dan disegani karena kepintaranya oleh teman-temannya. Orang tuanya menitikan air mata dan berjanji akan mengantar anaknya di hari pertama kuliahnya nanti. Dan itu benar terjadi pada diri saya pribadi hingga kedua orang tua saya berpulang ke alamNya. Jangan sampai kita harus mem”Bapak “ kan atau meng “Ibu”kan agar peran mereka harus jelas terhadap masa depan pendidikan anak anaknya.

Tentunya , hari yang paling sibuk sedunia bagi orang tua adalah ketika mempersiapkan peralatan dan perlengkapan hari pertama masuk sekolah buah hatinya.Pergi ke pasar membeli baju baru,celana/ rok baru, topi dan dasi baru tak lupa tas serta semua isinya yang serba baru. Dari ujung kepala hingga keujung kaki semuanya semerbak wangi tokok. Ketika sudah terbeli semua, biasanya orang tua akan merasa bangga ketika anak tercintanya diterima di sekolah negeri/swasta yang terbaik, siapapun orangnya.

[caption caption="Anak anak di kumpulkan di lapangan sekolah dan diberi pengarahan sementara orangtua setia menemani di belakang,sumber :dokpri agus syawal"]

[/caption]Hari pertama sekolah, berlanjut pada ritual berikutnya adalah mengantarnya ke sekolah.Bisa dengan berjalan kaki bergandengan tangan, bisa naik sepeda motor, bisa naik mobil, dan lain sebagainya. Mayoritas ini dilakukan biasanya oleh para Ibu- ibu yang memang fokus sebagai ibu rumah tangga, sementara para Bapak/Ayah hanya satu atau dua yang mengantar anaknya ke sekolah.Itu pun karena ada sesuatu hal semisal jam kantor yang relatif tidak ketat, atau ada waktu luang yang memang di sengaja para Ayah tersebut. Pengalaman diantar orang tua ini belum tentu dialami oleh sebagian anak lainnya. Ada yang diantar oleh asisten rumah tangga, ada yang diantar oleh kakaknya, ada yang diantar oleh supir keluarga bahkan ada juga yang dititipkan kepada tetangga karena tak ada lagi yang bisa dimintain tolong mengantarnya.

Sebagai orang tua yang juga pernah menjadi anak sekolahan dan mengalami nasib di hari pertama hanya di antar oleh Kakak perempuan sekolah, lebih hebat lagi semua aktivitas masuk sekolah tak ada campur tangan sama sekali dari orang tua di rumah. Hal ini lah yang membuat pengalaman diantar sekolah di hari pertama oleh orang tua harus dialami oleh kedua anak laki-laki saya di masa depan. Setahun lagi anak yang pertama akan memasuki sekolah Taman Kanak kanak (TK). Ada kebanggaan rasanya bagi saya pribadi bila anak saya sekolah dihari pertama akan saya antar tidak hanya sampai gerbang namun saya akan tunggui hingga akhir pelajaran usai dan kembali ke rumah.

Berlebihankah harapan saya? Mungkin bagi sebagian orang biasa saja, namun tahukah Anda bahwa anak-anak itu adalah sosok yang belum terbiasa beradaptasi dengan lingkungan baru, suasana baru, teman baru di sekolah bahkan bertemu sosok guru-guru yang akan mengajar mereka. Sesekali kenali karakter anak kita sehingga memudahkan kita untuk mengkomunikasikan kelebihan dan kelemahan anak kita kepada calon gurunya. Semisal kalau Anak Anda tidak bisa diam alias energinya berlebih, tentu akan mengkhawatirkan semua orang yang terlibat dalam pengajaran. Dengan mengantarnya ke sekolah kita bisa mengantisipasinya dan membuatnya merasa nyaman karena apabila ada apa-apa sebagai orang tua bisa langsung tanggap. Bila anak Anda pendiam tak banyak bicara, ini juga akan menyulitkan perkenalan pertamakali masuk sekolah, dengan memberitahukan kepada guru karakter anak kita dan bagaimana membuatnya aktif tentu akan banyak berguna.

Hari Pertama sekolah, para guru di sekolah tentu akan berterimakasih kepada orang tua yang datang dan aktif berkomunikasi mengenai perkembangan anak-anak didiknya. Berdiskusi dan membagi pengalaman bagaimana kiat kiat agar si anak betah belajar di sekolah sehingga terbangun hubungan yang harmonis antara guru dan orang tua yang akan membantu mempercepat proses pengajaran yang lebih baik lagi. Sebagai contoh ada saudara yang juga Dosen di salah satu universitas apabila anaknya akan menghadapi ulangan, saudara saya ini selalu menghubungi gurunya menanyakan apa saja yang sudah dipelajari anaknya dan bagaimana perkembangannya. Ketika mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan tidak lantas marah terhadap anak namun dengan cekatan mengulang kembali mata pelajaran yang diajarkan guru kepada anaknya dan kemudian membuat materi soal-soal secara mandiri dan meminta sang anak menjawabnya. Hasilnya luar biasa si anak terus berprestasi karena dia mendapat dua guru terbaik di bandingkan teman lainnya. Yang pertama gurunya di sekolah yang kedua orang tuanya yang memperhatikan secara detail perkembangan pengajarannya.

Beruntung sekali pada Tahun 2016 ini, Pemerintah kita melalui kabinet nya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Surat Edaran No 4 Tahun 2016 Tentang Hari Pertama Masuk Sekolah yang isinya meminta agar para gubernur dan walikota memberikan dispensasi sebentar bagi para PNS yang memiliki anak-anak bersekolah, para PNS [ada Tanggal 18 Juli 2016 diperbolehkan mendampingi anak-anak mereka ke sekolah dan setelahnya melanjutkan bekerja seperti biasa. Apresiasi pemerintah kepada hak anak dan kewajiban orang tua tentu patut disyukuri oleh semua pihak. 

Foto Kemendikbud
Foto Kemendikbud
Kenapa hal ini begitu Urgent?
  • Jelas sudah, mengantar anak ke sekolah adalah kesempatan membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan sekolah;
  • Mengantar bukan hanya sebatas pintu gerbang sekolah, mengantar itu adalah mendampingi sebentar untuk bisa berinteraksi dengan guru dan orang tua murid lainnya;
  • Hari pertama sekolah adalah awal perjalanan panjang anak-anak di rumah keduanya bernama sekolah pendidikan;
  • Tambahan dengan mengantar ke sekolah kita bisa melihat lingkungan sekolah anak kita berada. Semisal bagaimana suasana kelasnya, bagaimana kondisi toiletnya , sampai bagaimana kondisi kantinnya apakah anak-anak beli sendiri di luar atau ada kantin di dalamnya. Sebagai pengalaman di komplek perumahan kami ada sekolah yang lumayan bagus sarana dan prasarannya bahkan ada fasilitas catering untuk anak muridnya, namun tanpa di sadari sekolah tersebut malah membiarkan pedagang makanan yang mangkal di depan sekolah tersebut dan tidak bisa mencegah anak-anak makan dan minum sembarangan yang rentan akan bahan bahan makanan yang berbahaya.
  • Dengan hadirnya kita di sekolah mengantar anak tercinta, tentu akan ada hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua. Sehingga di masa depan anak anak tersebut melakukan hal yang sama kepada generasi penerus berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun