[caption id="attachment_95448" align="alignleft" width="300" caption="sharenoesis.com"][/caption] cerita ini bermula dari sebuah kesendirian sayapku terkena pecahan kaca tertancap sedikit menyilang dari atas ke bawah rasa menjadi sakit ketika tersadar seketika kulihat bayang kunang-kunang meski saat ini terik menyengat tubuhku yang legam aku rindu pada obat yang kau tawarkan yang tak pernah ku minum bahkan tak pernah tersentuh sayapku lama sembuhnya tak bisa ku kepakkan barang sekejap sementara karena sakitku bobot tubuh ini membesar tak bisa bangkit serasa berat aku sayang terhadap sayapku dia putih dan gagah meski kelam menyelimuti rangkanya aku rindu pada udara yang kuhirup pada angin yang membisikan  beribu kisah aku senang bercanda dengan sayap-sayap lainnya tapi tidak pada sayap yang patah dan tak berwujud air mata yang jatuh tanpa bertindak === aku rindu buaian seruling petani yang kini berganti irama perut lapar tanah tak tergarap karena mahalnya pupuk dan sistem  land reform tak berpihak pada mereka kini aku berusaha sembuh dari pahatan dunia dari kesedihan hidup keseimbangan alam tak pernah salah bagaimana Tuhan menciptakannya dengan sempurna? lihatlah mata indahmu dalam cermin. Mungkin ada sayap yang masih tersisa dari dirimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H