Mohon tunggu...
Yusdin Rukka
Yusdin Rukka Mohon Tunggu... -

Buruh tulis biasa dan Makassar asli. Akun facebook Yusdin Rukka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama dan Perang (2)

7 Desember 2015   18:31 Diperbarui: 7 Desember 2015   18:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

JIKA saja untuk mewujudkan kedamaian diseluruh penjuru negeri dengan cara membuat seluruh penduduk bumi memeluk hanya satu agama saja, maka saya akan ikut membenarkan pembunuhan massal terhadap manusia lain yang berbeda agama.

Biarlah generasi saat ini menanggung peluh derita peperangan antar agama, asalkan generasi berikutnya tidak lagi melihat perang dan pembunuhan hanya atas nama perbedaan berkeyakinan dalam beragama.

Hanya saja, dengan memerangi manusia yang berbeda keyakinan hingga tak ada yang tersisa seorangpun, tetap tidak akan menjamin peperangan akan usai. Perang tetaplah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Masa damai hanyalah sementara, masa peranglah yang abadi.

Jika saja setiap orang sadar bahwa perbedaan diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain, bukan untuk saling memerangi, maka setetes darah tidak akan terlihat hanya untuk berebut tanah sorga. Manusia akan saling mengasihi, mendoakan dan saling berbagi kebenaran. Apakah kalian tidak tahu, Tuhan bisa saja menciptakan hanya satu agama jika Dia mau.

Saya memahami keabadian perang sebagai bagian dari kehidupan. Tetapi saya tidak bisa memaklumi dan memberikan pembenaran jika peperangan dibungkus atas nama agama dan keyakinan.

Agama seharusnya dijadikan tempat mendapatkan kedamaiaan ditengah pedihnya peperangan. Atau menjadikan agama sebagai tempat kembali untuk tidak saling memerangi. 

Tahukah kalian, ketika mati seseorang tidak akan membawa agama dan kepercayaan tapi membawa amal dan perbuatannya. (...)

=======

Setiap orang memiliki opini, pendapat, kepercayaan, agama atau ideologi yang berbeda. Maaf kalau opini kami tidak sama dengan anda dan kamipun paham mencoba maklum dengan opini anda yang berbeda. Terlepas dari segala perbedaan yang ada, kenapa kita tidak mencoba berkumpul bersama dalam gelak dan tawa, dengan naungan payung nasionalisme atau humanisme. (DongBud)

[caption caption="Int. DongBud"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun